Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Kamis, 06 Agustus 2020

Part 03 : the end story


Usai menyelesaikan urusannya dengan Mahaguru, dengan segera Vilan mendatangi Academi, Semua orang telah menunggu kabar mengenai hasil dari peperangan, dengan kedatangan Vilan, mereka berasumsi bahwa perang telah usai.

beberapa guru pun berkumpul di ruangan untuk membicarakan lebih lanjut, tanpa basa-basi Vilan mengulas semua hal yang terjadi, bahkan Vilan menyampaikan bahwa dirinyas seharusnya telah tiada, namun karena ulah Mahaguru Vilan di beri beberapa waktu untuk menyelesaikan urusannya.

setelah menjelaskan hal yang di luar nalar, Vilan pergi menemui keluarganya dan berusaha menyembunyikan hal yang seharusnya ia sampaikan, demi menghindari ke khawatiran Vilan menahan beban itu sendiri, selang beberapa hari Nagisa menginjak umur 4th dan memasuki academi, suasana baru telah di awali oleh Nagisa.

namun beberapa hari ini Vilan merasa ada hal yang aneh yang di lakukan oleh Nagisa, namun Vilan membiarkan, seakan tidak ada yang terjadi.

usai perpisahan dengan orang tua nya, Vilan meminta beberapa guru yang ia percayai untuk berkumpul di ruangannya.

"aku akan pergi untuk mencari ilmu tambahan, dan itu akan memakan waktu yang lama, mengenai urusan academi aku serahkan kepada pak Rex juga adikku, bila ia sudah tumbuh dewasa."

Nagi yang sedang menguping pembicaraan di luar merasakan ada hal yang terjadi, usai pembagian tugas selama kepergian Vilan, semua guru kembali ke tugasnya masing-masing, dan menyembunyikan hal yang telah dibicarakan sesaat.

Usai menata rapi beberapa buku dan meninggal kan wasiat, Vilan pergi ke sisi lain academi untuk mengambil Matralis, ia ingin membawa Matralis bersamanya untuk menghindari pencurian, namun beberapa guru mengatakan Matralis adalah bagian dari Academi ini.

demi menghormati keputusan, Vilan membuatkan penghalang luar biasa yang hanya bisa di hancurkan oleh dirinya sendiri, untuk berjaga Matralis dalam bahaya, Vilan juga meminta penjaga memperkuat keamanan.

usai melihat garis takdir dalam matralis Vilan pergi keluar Academi, namun sang adik telah menunggu di depan gerbang, sejak ia menguping pembicaraan di ruangan Vilan.

dengan tergesa berlari menuju Vilan seraya memeluknya dan meminta Vilan untuk tidak meninggalkannya, namun Vilan hanya bisa berkata "aku titipkan semua milikku kepadamu, Pak Rex tolong jaga dia" Vilan pergi keluar academi dan berjalan ke sebuah bukit untuk menemui Mahaguru.

saat Vilan berhasil membuat tiruan Matralis, walau hanya beberapa halaman, ia menyerahkan kepada Mahaguru, untuk berjaga-jaga selama pergi, dan tidak bisa menjaga dunia ini.

Nagi yang tidak ingin perpisahan hanya sebatas ucapan, ia menghampiri Vilan yang berada di atas bukit.

Usai berpamitan dengan mahaguru, "KAK..!!" nagisa berteriak dari bawah bukit berlari menemui Vilan dan berjanji kepadanya bahwa ia "akan ku lindungi dunia ini dengan caraku sendiri"

mendengar ucapan Nagi mata Vilan berlinang air mata dan tersenyum, ia pun menatap Nagisa dengan rasa lega dan tenang melepaskannya, Vilan pun terjatuh ke bawah tebing, dan berubah menjadi partikel cahaya lalu terbawa angin hingga ke langit, suasana Matahari terbenam membuat kesan yang mengharukan dan menjadi kenangan terakhir bagi Nagisa.

ia pun mengusap matanya dan menemui Mahaguru "jadikan aku muridmu" ucap nagi dengan terengah-engah menangis, ia pun juga bersujud di hadapan Mahaguru, dengan memohon penuh terhadap Mahaguru.

"berdirilah, temui aku lagi, bila dirimu sudah lulus dari academi" ucap Mahaguru dengan penuh harapan.

sebenarnya Mahaguru tidak ingin membebankan  nasib pada Nagisa, namun Vilan yang meminta Mahaguru untuk mengajarkannya, karena Vilan melihat Nagisa di masa depan dalam bahaya, demi mengantisipasi entah itu mencegah atau menghadapi, Nagisa harus kuat menerimanya.


Sesampai di altarisk Vilan bertemu dengan para sang yang menyambutnya “ini tempatmu sekarang” ujar sang kehidupan memperkenalkan aula altar “memilih manusia dan dijadikan sang, aku tidak paham pola pikir penentu” ucap sang waktu yang sangat membenci keberadaan manusia.

Sang Takdir pun berubah wujud menjadi manusia dan mengajak Vilan mengitari Altarisk, karena sedang berduaan, Vilan menanyai sebab Sang Waktu yang membenci manusia. “karena manusia tidak bisa menghargai waktu” vilan merasa bersalah karena ia juga manusia.

usai berkeliling Vilan menghampiri Sang Waktu dan dan berkata "aku siap menerima segala kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia" namun sang waktu malah menolaknya dan membawa Vilan ke ruangan nya lalu di perlihatkan kejadian mengerikan yang merupakan ulah Manusia.

Pembunuhan, Penghinaan, Penyiksaan, Persaingan, Kebencian, Kesombongan, dll "ini semua kamu ingin menanggungnya"

Vilan terdiam dan tidak bisa berkata-kata melihat manusia yang melakukan kejahatan dalam diri dan dalam dunia,  "yakin, masih ingin bertanggung jawab atas mereka" ucap sang waktu terhadap vilan.

"aku tidak tahu mengenai ini semua, namun jika Sang Waktu ingin melampiaskan, lampiaskanlah kepadaku, entah itu cukup atau tidak, akan kuterima semua nya" ucap Vilan yang berusaha menyakini sang waktu.

"apakah semua manusia ada yang seperti dirimu" ucap sang waktu yang menguji vilan.

"mungkin ada, namun hanya beberapa"

"siapa yang akan menghentikan kepunahan setelah kamu tiada" ucap sang waktu, vilan terkejut mendengar ucapan sang waktu.

lalu muncullah sang penentu "apakah adikmu sanggup menggantikanmu"

vilan terkejut dengan kemunculan sang penentu dan masih terdiam, namun vilan mempunyai keyakinan pada adiknya.

sang waktu pun pergi meninggalkan mereka berdua, dalam benaknya sanga waktu telah memaafkan vilan, namun tidak dengan manusia lain.

"umur adikmu tidaklah cukup untuk kepunahan selanjutnya, jadi apa rencana mu selanjutnya" ucap sang penentu yang menyudutkan Vilan.

"kapan terjadinya kepunahan berikutnya"

sang penentu enggan menjawab, untuk alasannya dia benar-benar tidak mengetahui kapan terjadinya, namun prediksinya umur nagisa tidak lah cukup, "aku melihat murid adikmu juga akan menjadi bencana bagi kita semua" ucap sang penentu yang semakin menekan kepada Vilan.

teringat ucapan shophia, teringat kejadian melawan shophia, dan di penuhi tekanan dai sang penentu, membuat vilan kebingungan, rasa stres yang ia timpa melebihi akal pikirnya.

"aku hanya bisa saran, jika adikmu bisa memilih mungkin saja itu semua bisa terubah, tapi itu semua tergantung adikmu, dan janganlah mengusiknya, agar ia tidak salah jalan.”

mereka berdua pun kembali ke aula altar lalu sang takdir melaporkan info menarik terhadap sang penentu “terdapat perwujudan menarik nantinya, kita pasti akan mendapat hiburan darinya, namun dia juga akan membahayakan kita nantinya” ucap sang takdir yang penasaran dengan makhluk yang akan segera lahir. 

(lain sisi)

usai melakukan perpisahan nagi kembali pulang ke rumah dan menangis di pelukan orang tuanya, kondisi yang di derita oleh keluarga tersebut sangatlah dalam, para roh sekitar merasa prihatin melihat kondisi tersebut, keesokan harinya Nagi bersifat seolah tidak terjadi apa-apa dan berangkat ke academi seperti biasa, sesampai di academi, Pak Rex mengajak Nagi ke ruangannya Vilan dan berkata "ruangan ini menjadi milikmu sekarang" tiba-tiba beberapa guru bertekuk lutut kepada nagi di ruangan tersebut.

Nagi terkejut melihat reaksi para guru yang aneh Pak Rex pun menjelaskan posisi D3 yang menjaga academi seraya matralis di pindahkan ke Vilan selaku D6  lalu sekarang di pindahkan ke adiknya.

"aku harus menjaga academi ini, juga apa itu Matralis"

penjelasan singkat mengenai buku sakti telah di curahkan namun Nagisa masih tidak mengerti fungsi buku tersebut, demi menghindari keresahan Nagisa menerimanya  dan mengikuti pembelajaran seperti biasa.

Usai sekolah Nagisa bertemu dengan para roh yang meminta pertolongan kepadanya, dengan murah hati ia menolongnya seperti biasanya, keseharian itu lah yang membuatnya di gemari para orang dan roh, Vilan yang melihat dari atas merasa lega sifat Nagisa yang begitu baik, 12 tahun telah berlalu ia pun membantu para guru mengurus Academi dan melakukan perubahan untuk kedepannya.

pemikirannya begitu jauh yang membuatnya menjadi orang yang agungkan oleh para guru, posisi kepala academi berhasil ia dapatkan, walau sebenarnya sejak umur 4th setelah kepergian Vilan sebenarnya ia telah mendapatkannya, dengan rasa bangga Nagisa hidup penuh kebahagian namun itu hanya sementara. saat malam hari sebelum ia tertidur ia sedang memandangi langit sembari membaca buku, ia pun tertidur di depan ruangannya dan bermimpi bertemu dengan secercah cahaya yang berkata "jika kamu bertahan lebih lama, kamu akan bertemu dengan kakak mu di kemudian hari tapi kamu harus bisa menghindari malapetaka yang menimpa dunia dan itu adalah ulahmu" tiba-tiba nagisa terbangun karena ibunya yang membangunkannya lalu memintanya untuk tidur di dalam.

hal yang ia mimpikan membuatnya curiga akan isi mimpi tersebut, karena ia merasakan mimpi tersebut sangatlah nyata, dengan penuh gelisa sesosok roh menghampirinya dan menanyainya "mengapa nagisa harus membuat banyak pilihan" ucap roh tersebut membisikkan ke telinga nagisa, ia pun merespon dan menjawab "karena dengan banyak nya pilhan membuatku bisa mencegah bencana yang akan ku timpa di masa depan"

2 bulan telah berlalu pembuatan rencana telah berhasil ia buat beserta pencegahnya " dengan begini aku bisa tenang" ucap nagisa berbicara sendiri, esok harinya di hari libur ia berusaha mencari keberadaan mahaguru, berawal dengan mengunjungi bukit saat pertama kalinya ia bertemu dengannya namun ia tidak menemukannya, Nagisa pun melanjutkan perjalanannya, 5 tahun telah berselang ia pun tidak menemukan keberadaan Mahaguru.

di tengah malam dia didatangi oleh roh yang memberitahukan bahwa ibunya sedang sakit parah, dengan cepat nagisa kembali ke academi untuk merawat ibunya.

“apakah urusanmu dengan mahaguru telah selesai?” ujar Pak Rex 

“belum, aku masih belum menemukannya selama ini”

demi menghindari kekhawatiran Nagisa memutuskan untuk merawat ibunya, dengan penuh kasih sayang Nagisa melupakan segala bebannya demi ibunya, di suatu hari saat nagisa tertidur di dekat ibunya, ia terbangun merasakan tangan ibunya yang mengusap kepala nagisa.

"aku sudah tidak tahan lagi, aku harap kamu tidak kesepian" tiba-tiba ibu nagisa menutup matanya sesaat nagisa syok mendengar ucapan ibunya, ia pun memanggil tabib dan ayahnya, namun ibunya sudah tidak tertolong lagi, perlahan air mata mulai menetes, dengan penuh kesakitan akan kehilangan seorang yang berharga, nagisa merelakan, esok paginya mereka semua memakamkan ibunya bersama, dan berdoa untuk ketenangan ibunya di alam sana.

pada malam hari, nagisa mengelamun dengan rasa penyesalan karena meninggalkan ibunya, ia pun memutuskan untuk menjaga ayahnya, bersama menjabat sebagai kepala academi.

sembari menunggu kabar dari para roh yang di sebarkan untuk mencari keberadaan Mahaguru, nagisa membuat rancangan untuk mengembangkan posisi academi sembari membangun segala otoritas kehidupan tahun bertahun telah terlewati, di malam hari ia memandangi langit sembari memandangi langit ia pun mencoba untuk memutuskan untuk melihat Mahaguru di gubuk nya pada esoknya.

esok paginya dia berangkat setelah terpaan badai di malam hari tanah sedikit licin untuk di daki, namun nagisa tetap bersikeras untuk mendakinya saat dia telah sampai di atas bukit tiba-tiba kakinya kram dan terjatuh ke jurang, dengan kaki patah ia berteriak meminta tolong, namun tidak ada seorangpun mendengar teriakan nya Nagisa mulai kelelahan, lalu hujan turun dengan deras sungai mulai meluap mendekati nagisa. tak disangka mahaguru mengulurkan tangannya, untuk menyelamatkannya, nagisa pun berterima kasih dan menceritakan perjalanan nya yang mencari  keberadaan mahaguru.

"apa pendirianmu sekarang" ucap mahaguru.

"aku mengikuti kata hatiku" mendengar jawaban nagisa Mahaguru memperbaiki tulang kakinya yang patah dengan menggeser kakinya dan menariknya lalu mengoleskan obat secara ajaib kakinya sembuh

 “obat apa itu ?” dengan rasa penasaran nagisa bertanya 

“ini hanya air biasa” ujar mahaguru, 

“bagaimana air bisa menyembuhkan luka” 

“air biasa pun bisa menyembuhkan apapun jika atas izin dari pencipta, cukup percaya dan itu akan terjadi” nagisa tersentuh dengan perkataannya dan lalu menagih janji, yang di janjikan oleh maha guru saat ia masih kecil.

"aku akan menemui di academi, kembali lah sekarang, kita akan segera bertemu lagi"

"apakah Mahaguru masih ada urusan"

"bisa di bilang begitu" Nagisa pun kembali menuju academi dan melanjutkan posisinya sebagai kepala academi, dia membuat academi jauh lebih maju dan memperlebar luaskan kawasan academi. 

pada malam hari saat nagisa tertidur ia bermimpi bertemu dengan wanita yang menawarkan permintaan kepadanya, dengan sigap nagisa memilih hidup abadi, wanita itu pun meminta nagisa untuk bunuh diri.

"kenapa aku harus bunuh diri"

“keabadian tercipta dari kehidupan dan kematian jika kamu pernah merasakan keduanya kamu akan abadi” pagi hari pun tiba nagisa pun terbangun dan segera mandi usai mengurusi tugasnya sebagai kepala academi, ia pun memikirkan rencananya untuk mati lalu hidup kembali, nagisa pun meminta para roh, mencarikan seorang yang bisa membunuh lalu menghidupkannya, para roh pun menemukan dan mengantar nagisa ke tempat mahaguru, nagisa pun terkejut karena di bawa ke tempatnya mahaguru, dengan penuh keberanian Nagisa  mengatakan bahwa ia ingin abadi namun mahaguru menolaknya mentah-mentah karena abadi itu terlarang, dengan rasa kesal Nagisa mencoba bunuh diri, namun Mahaguru menghentikannya lalu salah satu roh menghampirinya dan bekata bahwa ayah nya sekarat, ia pun segera kembali ke academi, namun sesampai di sana ayahnya sudah tidak sadarkan diri, saat tabib memeriksanya dia sudah tidak bernyawa, dengan penuh penyesalan dan beban, nagisa memutuskan untuk bunuh diri, karena ia sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi, saat ia menusukkan belati kayu mahaguru menghentikannya dan memperlihatkan masa depan dengan sekilas, lalu berkata "masih ingin mati dini" nagisa hanya terdiam membisu tanpa kata.

"apa itu salahku" dengan gugup penuh ketakutan

"bisa jadi, jika kamu memilih mati" ujar mahaguru.

usai menemui kesepakatan mereka berdua berbaikan dan meminta Nagisa mengelola Academi kembali, dan saat ia sudah siap ia di minta untuk menemui Mahaguru di atas bukit.

Mahaguru pun pergi meninggalkannya, Nagisa pun menenangkan diri di ruangan nya para roh pun berusaha menghiburnya, namun nagisa tetap termenung sedih, melihat hal gila yang ia rasakan.

ia pun memutuskan untuk melupakannya dan menjenguk kedua makam orang tuanya dan meminta maaf karena berbuat nekat, ia juga meminta maaf ke kakaknya dengan menatap langit.

Keesokan harinya Nagisa bersikap seperti biasanya seakan kejadian kemarin tidak pernah terjadi, Nagisa pun menjalani hari-harinya mengelola Academi titipan kakaknya.

~!~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Tamat~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~!~


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search