Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Senin, 05 Oktober 2020

Chapter 1;part 7


 

"Ugh... ada apa ini ? kenapa kepala ku terasa pusing sekali ? hari sudah gelap ternyata"

"Fa'I kau sudah bangun ? baguslah. Ini, minumlah" ucap Jes'ka sembari memberinya segelas air putih, Fa'I pun mulai duduk dari tidurnya dan meneguk segelas air putih tersebut

"kau anak sialan. Apa yang kau lakukan ha ?" tanya pak tua begitu ia melihatnya terbangun. Ia datang sembari membawa seekor serigala abu abu dipunggungnya

"Maksudnya ?" ucap Fa'I tak mengerti

"tunggu, jangan bilang kau tak ingat apapun. Katakan padaku apa yang terakhir kali kau ingat ?"

"yang terakhir kali kuingat ? umm... aku sedang meditasi dibawah air terjun. Saat itu aku sudah bisa merasakan energi alam di sekitarku. Lalu tiba-tiba, aku merasakan suatu energi alam yang besar dibawahku. Aku pun mulai berusaha mendeteksi nya. Lalu begitu aku sadar aku sudah di sini"

"kau tidak ingat apapun setelahnya ?"

"tidak. Memang ada apa setelah itu ?"

"kamu kerasukan"

"kerasukan ?"

"ya. Kau bertingkah aneh saat itu. Bahkan ratusan hewan buas mengikuti mu"

"oh ya ? hmm.. tapi ada satu hal yang membuatku bingung. Kenapa aku tidak mengenakan celana dalam ? aku merasa aneh di bawah sini" ucapnya sembari memegang daerah intimnya. Tak ada satupun dari mereka yang menjawab. Pak tua sibuk dengan masakannya, sedangkan Jes'ka menyumpah serapah dalam hati.

"apapun itu, kau sudah siap dengan pelatihan Ki"

"apakah itu masih belum cukup ?"

"itu hanyalah suatu cara untuk merasakan ki dalam dirimu. Seperti hal nya mana. Jika kau tak bisa merasakannya bagaimana kau bisa menggunakannya ?"

"jadi kita akan mengganti agenda Latihan kita lagi ?"

"tidak banyak. Kau masih harus tetap bermeditasi agar kau dapat menggunakan ki dalam dirimu dengan optimal. Sudah cukup dengan omongannya. Sekarang kita makan dulu. Jes'ka, siapkan bahan bahan lainnya. Kita akan memasak serigala abu-abu ini"

Tak lama setelah itu, rutinitas Fa'I menjadi lebih mudah. Ia hanya melakukan meditasi, dan sisanya mencari gaya bertarungnya sendiri. Hingga akhirnya saat itu tiba. Siang hari, saat Fa'I baru selesai bermeditasi.

"hei Fa'I kurasa sudah saatnya kau melakukannya"

"benarkah ?"

Terik matahari menyengat mata begitu mereka sampai di air terjun. Fa'I menyentuh batu besar itu. Ia bisa merasakan Ki di dalam batu itu. Ia menarik nafas dalam, lalu diam cukup lama. Ia mulai memukul beberapa titik dengan kekuatan sedang dengan cepat. Hingga akhirnya ia melakukan satu pukulan dengan tenaga penuh di tengah tengah batu itu.

Batu itu hancur. Tidak, lebih tepatnya batu itu pecah. Bukan menjadi dua atau tiga. Namun menjadi puluhan hingga ratusan. Pak tua bertepuk tangan melihat muridnya berhasil. Wajah Fa'I terlihat begitu senang. Ia melompat dengan girang begitu tau kalau dirinya berhasil menghancurkan batu itu.

"sekarang. Kalian bisa pulang. Dan untukmu Fa'I, kau bawa pedang ini" ucapnya sembari memberinya pedang hitam yang ia ambil di toko Iro sebelumnya

"tapi, ini bahkan tidak layak disebut pedang"

"cabut pedang itu!"

Fa'I pun menyabut pedang itu. Seperti sebelumnya, tidak ada bilah pedang. Fa'I bahkan mencoba untuk menyentuh bilah pedang yang tidak ada, seandainya bilahnya transparan. Namun, hanya udara kosong yang ia sentuh.

"tidak ada apa apa"

"pikirkan ini. Apa yang kau ingin kan dari sebuah senjata ? alat untuk membunuh kah ? alat untuk mempertahankan diri kah ?"

"senjata ? aku selalu berpikir, senjata yang baik adalah senjata yang mampu melindungi apa yang ada. Bukan merengut apa yang ada"

Tiba-tiba, pedang itu mengeluarkan cahaya. Lalu, ada semacam roh putih kecil yang mengitarinya. Pedang itu meleleh, begitu pula dengan sarung pedangnya tanpa kehilangan cahayanya. Lalu, ia mulai melebur hingga sesuatu yang berbeda. Sebuah perisai (yang sebelumnya merupakan sarung pedangnya) dan sebuah broadsword(yang sebelumnya pedang tanpa bilah).

"pedang itu akan memberikanmu senjata yang kau inginkan. Bahkan yang kau butuhkan. Selama itu masih dalam bentuk senjata tajam"

Fa'I dan Jes'ka terpana dengan apa yang mereka lihat. Fa'I pun mulai mencoba mengayunkan pedang nya.

"pedang ini terasa ringan. Tapi aku heran, kenapa perisai nya pun terasa ringan" tanya nya

"kalo seperti itu, biarkan Jes'ka memegang nya. Jadi kau bisa mencoba pedang itu"

Fa'I pun memberikan perisanya pada Jes'ka, namun begitu Jes'ka memegangnya ia terhuyung kedepan karena keberatan. Fa'I menahan tubuhnya dengan menahan pundaknya.

"kau tak apa ?"

"ini... cukup berat."

"pedang ini adalah pedang khusus untuk pengguna ki. Pedang ini dialiri Ki yang begitu deras, sehingga bagi seorang pengguna ki senjata apapun wujudnya akan terasa begitu ringan. Dan sebaliknya untuk seorang pengguna mana(penyihir), senjata apapun bentuknya akan terasa berat"

Fa'I pun mengambil Kembali perisai yang dipegang Jes'ka. Ia melihatnya dengan seksama, dan menemukan sebuah rongga yang terlihat cocok untuk tempat pedang. Ia mencoba memasukan broadsword nya disana dan ternyata muat. Pedang itu berdiri dengan gagah dengan perisai sebagai penyangganya.

Tak lama dari itu pedang itu Kembali menjadi semula. Fa'I menggengam erat pedang itu 'aku tidak sabar, akan menjadi apa pedang ini nanti' pikirnya. Dan tanpa ia duga ia mendengar sebuah suara.

'bukan menjadi apa aku, namun akan menjadi apa kita nanti'

Fa'I terkejut dengan satu kejutan lagi. Ia bertanya kepada Pak tua tentang hal ini, namun pak tua sama sekali tidak pernah mendengar hal itu. Fa'I pun mulai berpikir bahwa pedang itulah yang berucap. Walaupun itu kurang tepat. Dan Fa'I akan mengetahuinya nanti.


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search