Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Senin, 05 Oktober 2020

Chapter 1;part 8

 


Kediaman Mer, dapur kediaman.

Seluruh pelayan heboh karena sesuatu. Banyak dari mereka Nampak menyiapkan sesuatu. Seluruh pelayan di sini menjadi ribut dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ditempat lain, tetap di kediaman. Ibu Fa'I merasa pusing dengan apa yang ia hadapi. Tumpukan dokumen yang tidak kunjung habis. Yang ada malah makin bertambah. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia kepikiran akan anak tunggalnya. Lalu, ia pergi keluar untuk menyegarkan pikiran. Ia pergi ke taman belakang. Ia suka pergi ke taman, karena tempat ini cukup sepi. Hanya terdengar suara angin yang meniup daun daun pohon dengan kencang. Angin semilir malam, menarik rasa kantuknya. Ia sudah bekerja berlebihan dibalik meja. Ia merasa butuh tidur. Lalu, tanpa sadar sepasang tangan merangkulnya dari belakang. Ekspresi kaget tidak luput keluar dari wajahnya. Wajah kagetnya Kembali berseri begitu melihat siapa pemilik tangan itu.

"kamu sudah pulang ?"

"un..." ucapnya sembari mengangguk

Ibunya memegang tangan kasar anaknya, meraba dengan ibu jarinya dengan lembut.

"lihatlah, anak sulungku. Yang dulu selalu merasa gagal karena tak bisa menggunakan sihir, kini sudah pulang dengan tubuh bau, penuh luka. Namun, dengan wajah yang berseri"

"dan lihatlah, ibu terbaik sedunia. Yang selalu menjagaku, menghiburku, memarahiku. Kini terlihat letih, layaknya sebuah zombie"

Sontak ibunya memukul anaknya itu. Sembari merutuki anaknya itu.

"aku pulang, ma"

"slamat datang, nak" sembari mengucapkan hal itu, ibunya pun tertidur dalam dekapan anaknya. Suara hembusan nafas berat terdengar dari anaknya. "baru pulang sudah disuruh nggendong. Dijaga dong ma, kesehatannya" keluhnya. Ia pun mengangkat ibunya dengan pundaknya. Ia pun Kembali masuk ke dalam. Di pintu Jes'ka menunggu nya.

"ada apa ? apa Nyonya Rose baik baik saja ?"

Fa'I hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia lalu memberikan satu liontin yang ia dapat dari Pak Iro ke Jes'ka. Jes'ka menolaknya mentah-mentah. Namun, saat Fa'I menggunakan kartu truf nya, ia bisa apa ?

"ini perintah"

Jes'ka pun mengambilnya, mengikuti perintah.

*

"Maaf Fa'I tapi aku tak bisa menerimanya"

"Ini perintah!" Ucapnya halus

Akupun menerima liontin itu karena perintahnya. Liontin itu berbentuk hati. Liontin rusak yang diberikan Pak Iro kepada Fa'I. Salah satunya berada di tanganku. Aku bisa tau, disaat seperti ini ia tidak mau diganggu.

Jadi aku Kembali ke ruanganku. Ruanganku cukup kecil, hanya berisikan satu Kasur tidur yang jarang kugunakan. Sebuah lemari yang hanya berisikan pakaian pelayan. Dan sebuah meja belajar dengan sebuah lonceng di atasnya. Aku menaruh liontin itu kedalam meja belajar. Dan mulai berbaring, walaupun tidak tidur. Hari sudah malam, kami berjalan cukup jauh dari hutan selatan. Dan ini membuatku Lelah. Aku setidaknya harus tidur satu jam saat ini. Namun berbagai macam pikiran mencegah ku untuk tidur.

"apa kau tak apa ?"

Aduh, ada apa denganku sih ? mengapa aku malah teringat saat ia menahanku waktu itu. Tidak, tidak boleh. Ingat, dia adalah target, dia adalah tar...

Klililililing... klililililing...

Suara denting lonceng membangunkanku. Mataku terasa berat. Kepalaku terasa agak pusing.

"Apa aku tertidur ? jam berapa sekarang ? aku pun bangun dan melihat jam di dinding. Jam tujuh ? masih jam tujuh... tunggu dulu, JAM TUJUH ?" ucapku terkejut. Tanpa sadar aku sudah tidur selama dua belas jam. Akupun bergegas keluar dari kamar

"Gawat ! bisa bisa aku dima-ra-hi"

Aku sontak membeku melihat siapa yang ada di depan pintu. Fa'I ia ada di depan kamarku. Kenapa ia kemari ? tunggu dulu, jangan jangan lonceng tadi panggilan untuk nya. Waduh, gawat ini. Gawat. Bisa bisa aku gagal. Padahal sudah tinggal dikit lagi

"kamu kenapa ? mukamu kok pucat ?"

"eh ?" ucapku tanpa sadar

Ia dengan cepat menyibak poni ku dan menempelkan dahinya. Aku bisa merasakan wajahku seperti kepiting rebus. Apa-apan dia ini ? terlalu dekat, terlalu dekat.

"kau, agak panas. Lebih baik kau istirahat"

Ada apa ini ? dia mengkhawatirkan ku ? tidak tidak tidak, aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Dia kan...

"Dia kan Cuma seorang anak yang ga tau apa apa ?"

Tunggu dulu. Sialan. Keceplosan.

"maksudnya ?"

"ah nggak... nggak apa apa Tu-"

Dak!

Ia menghantam dinding dibelakangku. Aku terkejut. Rasanya jantungku seperti akan lepas.

"sudah kubilang berapa kali ? jangan panggil aku tuan!"

"he ? ah maaf Fa'I"

"sudahlah lebih baik kau istirahat. Badanmu cukup panas" ucapnya sembari pergi. Akupun mengiyakan ucapannya dan Kembali masuk.

"Jes'ka." Panggilanya sebelum aku masuk. Ia menatapku dari balik punggung nya itu, dan aku menunggu apa yang hendak ia ucapkan.

"aku minta maaf." Ucapnya lalu pergi

Aku masih tidak mengerti dengan apa yang ia pikirkan. Aku pun Kembali masuk ke dalam. Aku mengambil stetoskop dan memerika suhu tubuhku. 38.2°. tubuhku benar benar sudah panas. Kenapa aku tidak merasakannya.

Aku pun Kembali terbaring di Kasur setelahnya. Aku tertidur hingga peristiwa itu dimulai. Rencana yang sudah ia bangun sudah dimulai.

*

Esoknya. Di kantor Paman Shi'ka. Ia tengah berbincang dengan pak tua (Pak Archie).

"ada apa kau memanggilku kemari pagi-pagi ? tidak biasanya kau yang meminta"

"jika bukan karena anak itu aku tidak akan mau."

"Ah... anak itu... . Jadi, apa yang kau inginkan ?"

"aku ingin kau membuatnya masuk akademi. Bagaimana pun, ia juga perlu pengakuan dari akademi untuk masa depan nya"

"aku dengar kau antusias mengajaknya untuk terjun dalam politik"

"yah... walaupun itu pilihan nya... aku punya permintaan dari pihak yang tidak pernah bisa kuabaikan"

"ah... gadis itu..."

"murid terbaikmu bukan ?"

"aku harap tetap begitu. Melihat dari perkembangan anak ini, ia memiliki potensi yang jauh lebih tinggi dari sepupunya"

"ia bahkan belum menemukan kekuatan pribadinya. Ki, Mana, ia hanya mempelajarinya. Namun ia belum mengembangkan kekuatannya hingga sampai dimana kekuatan itu menjadi ciri khasnya"

Pak Tua meraih cangkirnya. Ia Nampak berpikir sembari meminum teh itu.

"akan kuusahakan. Tapi aku tidak bisa memaksanya"

"tentu saja. Mungkin ia akan berubah pikiran begitu kau memberi tahunya"

"apa kau sudah bertemu dengan guru ?"

"ntahlah, ia hilang tak pernah terlihat sejak pensiun. Mungkin ia di terran"

Disaat yang sama, diluar ruangan.

"ayah ada ?" tanya Nar'u

"ia didalam dengan Tuan Archie" Jawab Pak Christ

"aku akan mas-

Prang !


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search