“Jika memang ini
memang harus terjadi, mengapa kau harus menunjukkan reaksi seperti itu”
“karena yang
terjadi melebihi yang di perkirakan oleh ku”
“sudahlah kalian
berdua, kita cukup melihatnya, 2 pembawa kepunahan akan saling berlawanan”
“mana ya
ruangannya” setelah melirik setiap ruang tunggu akhirnya ia menemukan.
Karena lelah
menunggu para murid merasa kesal dan membuat jebakan untuk menjebak guru
mereka.
Lalu muncullah Putra
yang sedang membuka pintu, saat pintu terbuka muncullah 3 kursi melayang menuju
Putra, melihat salah satu muridnya tertawa Putra pun menghindarinya lalu
melemparnya ke murid tersebut.
Murid tersebut
pun marah dan berusaha memukul Putra, melihat tingkahnya es krim Putra pun
terjatuh, Putra pun marah lalu mencekik murid tersebut sembari memegang bara
api ungunya “jika kau suka mencari masalah, akan kudatangkan masalah kepadamu”
Para murid pun
terdiam, melihat reaksi Putra yang begitu marah, Malay pun berusaha mengingat
wajah Putra karena ia merasa tak asing melihatnya.
Dengan penuh
tangis Sania memeluk Putra, Putra pun tidak mengingatnya lalu membuat melempar Sania
ke depan.
“kenapa kamu
begitu kejam pada dia, aku pikir kamu
orang baik, karena pernah menyelamatkan aku”
“apa maksudmu,
berhentilah mengoceh yang tidak jelas, cepat ikuti aku”
Dengan rasa takut
mereka pun mengikuti Putra pergi ke lapangan depan.
Sesampai di
lapangan Putra meminta mereka semua berlari memutari lapangan hingga Putra
berkata selesai.
Sementara itu Putra
pergi ke luar untuk membeli es krim yang telah terjatuh sebelumnya.
“huh.. kenapa
kamu begitu senangnya melihat pelatih”
“dia mirip
kakakku” ucap Sania
Beberapa menit
kemudian para peserta mulai kelelahan mereka pun mulai melambat dan berjalan
dengan keringat dingin.
“kenapa kalian
mulai melambat, cepat lari!” ucap Putra
“dia seperti Iblis”
ucap Malay dengan bergumam.
Perlahan para
peserta mulai pingsan karena kelelahan.
Muncullah Surya
dengan pesertanya menghampiri Putra
“bagaimana kalau
kita berlatih kolaborasi”
“kenapa kamu
sempat berpikir begitu”
“untuk
mempersingkat Waktu”
“boleh, lagi pula
aku kesal dengan peserta ini, kalian semua bangun, lihat ini”
Dengan cepat Putra
bergerak maju membawa bola Api ungunya.
Melihat aksi Putra
para murid terkagum
Surya pun
bergerak mundur sembari menembaki Putra
Namun Putra
menangkis tembakannya dengan Apinya yang berbentuk sebuah tongkat, merasa sudah
cukup dekat, Putra pun melompat sembari mengayunkan tongkatnya untuk
memukulkannya ke Surya.
Dengan tangan
kosong Surya menangkisnya dan terdorong jatuh.
“kenapa kamu
benaran ingin membunuhku”
“apresiasi aja”
Surya pun
menghela nafas sembari meniup luka bakar di lengannya.
“baiklah kalian
dengarkan aku, untuk penjelasan kalian belajar dengannya dulu.”
Sembari menunjuk
Surya “nanti tarung, baru denganku” ucap Putra pergi meninggalkan Pesertanya,
keluar pergi melewati pagar.
“Aku titip
mereka” Ucap Putra melambaikan tangannya.
“tahu gini aku
ngak akan kesini”
^```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````^
Nama : Sania
Umur : 16th
Status : Peserta
Maya : Pemotong
^``````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````^
“baiklah kalian
semua kesini, duduk dan perhatikan ya” ucap Surya
“seperti yang
kalian lihat, kalian selain mendapatkan umur yang abadi, kalian juga
mendapatkan Maya, dan seperti ini contohnya” Surya pun menembakkan sesuatu ke
sebuah pohon.
“mayaku adalah
tembakkan, aku bisa menembak apapun yang aku pegang dengan tepat sasaran, coba
kalian lakukan sesuatu hal untuk memunculkan Maya kalian”
Sementara mereka
berlatih melakukan gerakan aneh, Surya pergi ke dalam ruangan untuk melihat
berkas tentang para peserta.
Setelah mencoba
banyak gerakan mereka masih tidak menemukan apa maya mereka, namun beberapa
dari mereka ada yang sudah menemukan maya mereka.
Surya pun kembali
dengan membawa beberapa berkas, dalam benaknya saat melihat mereka yang sudah
menemukan mayanya merasa bangga.
“pak pelatih Maya
itu apa ?” tanya Bahri
“Maya itu energi
makhluk yang sudah mati, hampir mirip dengan energi jiwa, namun bedanya Maya
itu di ciptakan oleh bangsa jin” dalam benaknya Surya ‘untuk aku mendengarkan
penjelasan Skyjin Waktu itu, tapi bagaimana dengan Putra ya’
Dengan apa yang
surya ketahui ia jelaskan kepada para murid.
Sementara itu Putra
yang sedang asyik makan es krim sembari melihat lautan api di atas jembatan
penyeberangan merasakan rasa bersalah saat ia mendorong Sania ia pun memikirkan
apa yang dikatakan oleh Sania soal dirinya pernah menjadi kakaknya “apa saat
ujian akhirku ya” sembari berjalan menyeberangi jembatan.
“ah.. dari pada
pusing lebih baik aku ke dia” dengan santainya Putra berjalan memasuki istana
kerajaan sembari menghantamkan apinya ke setiap penjaga.
Dengan tergesa
keluarlah skyjin “kenapa kamu menyerang mereka”
“mereka
melarangku masuk”
“lalu kamu serang
mereka”
“iya kenapa”
Dengan menghela
nafas berat Skyjin menghampiri Putra dan berkata
“apa yang kamu
butuhkan”
“ingatan ujian
akhirku”
“bukanya kamu
mengingatnya”
“saat aku gagal,
aku di ujikan ulang kan”
“lalu kamu ingin
mengetahuinya ikut aku” mereka berdua pergi ke ruang bawah kerajaan, dengan kegelapan
yang menyelimuti Skyjin menyebarkan aliran mayanya sebagai penerang ruangan.
Maya pun
beterbangan bagaikan debu yang tak terlihat.
Usai menggeser
tuas Skyjin menyalakan Perangkat pantauannya dan memberitahu Putra bahwa dia
berhasil mendapat kesempatan kedua karena arif, Putra pun di tinggalkan sendiri
di ruangan tersebut, Skyjin pun kembali ke singgasana.
Video tersebut Putra
putar hingga 3x putaran tak disangka gadis yang berperan sebagai adiknya ialah
adiknya.
Namun Putra
menemukan keanehan “bagaimana tubuh yang sudah termakan bisa utuh kembali”
gumam Putra.
“untuk Malay
hanya sebagian tubuh tapi Sania”
Dengan rasa lelah
Putra pergi keluar dari ruangan tersebut dan kembali ke apartemennya, sesampai
di sana ia pun langsung melompat ke tempat tidur tanpa membuka bajunya sontak
ia teringat sesuatu “oh iya para murid, biar sudah” ia pun kembali tidur dengan
nyenyak hingga esok harinya.
Keesokan harinya Putra
pergi ke asrama kelasnya dan membawa para muridnya ke lapangan depan.
“jadi kemarin
kalian di ajar apa”
“penjelas maya”
ucap bahri
“praktiknya
belum” tanya Putra
“belum” jawab Malay
“baiklah kita
akan belajar maya sekarang, maya aku adalah api ungu seperti yang kalian lihat,
aku bisa mengubah bentuk apiku dan ini berada di level lanjutan.”
“apa dari kalian
ada yang sudah mengetahui maya kalian”
“kami sudah
mencobanya beberapa” ucap danil
“bagus lah,
pertama kalian berdiri membentuk lingkaran di sana” setelah mereka membentuk
lingkaran Putra membakar daerah sekitar mereka.
“aku tidak akan
membimbing kalian satu-satu, keluar lah dari lingkaran api itu terserah
bagaimana pun caranya, bagi ya sudah aku tunggu disana” sembari menunjuk pohon
yang rindang Putra pun duduk disana sembari menunggu.
Dengan panik
mereka terhimpit oleh kobaran api, setiap pergerakan membuat mereka terbakar
api.
“Saranku tenang
dan berpikir” ucap Putra dari kejauhan.
Bersambung...
Posting Komentar