Mereka saling
memperkenalkan diri kepada Nagisa.
“jam tersebut
memilih tuannya dengan sendirinya, mungkin kalian yang di pilih oleh jam itu.”
ujar Nagisa.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
{ Nagisa [
Umur : ? th ] [ Tinggi : 185 cm ] [ Berat : 30 kg
] }
----------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jadi
bagaimana caranya memunculkan benda bergumpal itu” tanya Kafi sembari
menunjuk Gumpalan Air tersebut.
“mudah lah,
tinggal begini” ujar Nagisa,
mereka
berlima tercengang melihat keajaiban tersebut.
“sebenarnya
kalian juga bisa, bahkan melebihi punyaku”
“tunggu-tunggu!,
apa maksudnya kami bisa, kami bukan experimen mu kan” kata Sasa,
“tadikan sudah aku
jelaskan jam itumemilih kalian, jadi kalian bisa gunakan jam tersebut, keren lo
kekuatannya” sembari memunculkan air mancur dari tangannya.
Nagisa pun
membukakan pintu dan berkata
“kembalilah
terlebih dahulu, besok kalian akan ku ajari”
“cara
kami kembali ke sini bagaimana” ujar Silver
“lihat saja
besok” pintu terbuka kami pun keluar dari rumah tersebut, tanpa sadar
kami berada di tempat kami menghilang sebelumnya.
Kafi Faid dan
Arif segera mengambil sepeda dan kembali pulang ke rumah neneknya.
Sedangkan
Silver segera berlari kembali ke rumah orang tuanya, Sasa pun kembali berada di
depan mall, lalu segera pergi pulang ke rumah nya.
Keesokan
harinya ...
Di pagi hari
mereka terbangun dan melakukan aktivitas seperti biasa.
|
Kafi, Faid
dan Arif bangun di pagi hari lalu segera mandi di sungai yang berada di
belakang rumah neneknya, setelah mereka mandi mereka pun sarapan di depan tv |
Silver bangun
di pagi hari berolahraga lalu sarapan dan bergegas mandi |
Sasa bangun
di pagi dan membantu ibu menyiapkan sarapan, lalu makan bersama dan bergegas
mandi. |
Karena hari libur sekolah, mereka
pun bersantai – santai dan melupakan kejadian kemarin. Nagisa yang melihatnya
dari kolamnya menjadi geram, dan mengerjai mereka, di kala mereka terlelap
tertidur karena hembusan angin, nagisa pun memindahkan mereka ke tengah hutan.
Malam pun tiba, mereka terbangun dan kebingungan, mereka sadar bahwa mereka
telah melupakan janji mereka dengan Nagisa, mereka pun berjalan ke sana kemari,
namun mereka merasa pusing karena jalan tampak sama.
“ ini pasti
ulahnya” ujar Arif,
“berarti kita
memang sengaja, di permainkan oleh dia” ujar Sasa
Mereka pun
terus melanjutkan perjalanan mereka, tiba-tiba tanah bergerak secara vertikal,
mereka pun terjatuh ke sungai, Nagisa pun menyapa mereka dari atas, mereka pun
meminta maaf.
Nagisa
pun menyuruh mereka untuk segera mandi lalu meminta mereka untuk menginap di
rumah nya, usai makan Nagisa menjelaskan tentang sejarah alam “dulu terdapat 3
alam terbesar yaitu : fana, narka, sorga, 3 mahluk tersebut menjadi pemimpin
sekaligus pemilik dari alam fana, naraka dan swarga, namun si fana pergi entah
kemana dan meninggalkan tanggung jawabnya, dan terjadilah hal mengerikan pada
alam fana, kalian pernah mendengar sejarah disambiguasi!”
“kejadian dasyat
di semesta” ujar Silver
“ya
mungkin hampir sama dengan big bang, kabarnya si itu ulah Fana, tapi itu masih
mitos, bahkan para astronomi sudah membuktikan secara nalar mengenai kejadian
itu.” usai itu Nagisa meminta mereka untuk tidur, karena esok mereka akan
berlatih kekuatan jam tersebut
Keesokan
harinya ...
“Mengapa harus aku, Huh…” sembari menghela nafas
“lanjutkan terus, kurang 5 putaran lagi” dengan penuh paksaan harus berlari di pagi
hari, keluh kesal di keluarkan oleh mereka, namun mereka tetap menjalaninya.
‘Seakan aku tersesat di dalamnya apakah aku mampu
bertahan di sini.’
“Setidaknya aku coba dulu huh..” ujar Arif merasa
tersiksa.
usai lari kami
diminta untuk pemanasan,
“padahal kami sudah kepanasan.” Kata Faid
“cukup sampai disini cepat kalian mandi, lalu
makan ini, lalu lanjut latihan”
“seperti
ibuku nyuruh-nyuruh di pagi hari” ujar Sasa
“lebih
baik kita turuti aja” ujar Kafi
“Dingin amat airnya, tapi enak seger” ujar Silver
usai makan dan mandi Nagisa mengajak kami ke tepi
sungai dan menyuruh kami untuk duduk di tengah sungai
“duduk saja disana dan jangan bergerak, ini latihan
ketenangan” ujar Nagisa
“luas juga
tempat ini” ujar Silver
“ya, benar” ujar Kafi,
5 menit kemudian “dingin, udahan yuk” ujar Sasa,
“nanti nagisa bagaimana?” ujar Faid,
“ah biarlah” ujar Kafi,
“itu Arif dari tadi sana” ujar Silver, melihat Arif
duduk santai di bawah pohon rindang sembari minum air kelapa.
“enak banget kamu ya” ujar Kafi dengan kesal
menghampiri, arif pun berdiri dan berkata “mau kalian, itu ada banyak, ambil
sudah” ujar Arif, dengan kesal pergi ke duduk kedalam air, mereka pun mengambil
air kelapa tersebut dan meminumnya “segar juga” ujar Faid, tidak lama kemudian,
Nagisa kembali dan melihat mereka meminum air kelapa dengan santai, ia pun
melirik Arif yang sendirian berlatih
“enak kalian ya, di tinggal sebentar sudah
minum-minum, liat itu teman kalian, kenapa kalian tidak mau menyontoh dia”
Mereka berlima kesal dan geram melihat tingkah
arif.
Mereka pun di hukum berlari 5 putaran halaman, Nagisa
pun mengajak Arif ke dalam rumahnya, dan menyuruhnya mengambil sebuah buku.
“kamu pergi ke ruang ku ambil tumpukan buku itu,
dan bawa ke sini”
Ia pun menemukan sebuah unik lalu membukanya ia
pun tidak memahami isi dari buku tersebut dengan rasa penasaran, arif membuka
setiap lembaran buku “ketemu belum bukunya!” ujar Nagisa, arif pun terkejut
lalu segera membawa tumpukan buku tersebut, dan memberikannya kepada Nagisa,
“guru, ini buku apa, bahasanya aneh”
“dapat dari mana kamu!, serahkan kepada ku, ini
bukan mainan, ini buku penting, cepat panggil teman kamu” arif pun segera
memanggil mereka berempat, dalam benak Nagisa ia berpikir bagaimana bisa Arif
mengetahui isi buku tersebut.
“duduk disana” ujar Nagisa
“kita
ngapain disini”
“diam semuanya,
sekarang akan ku jelaskan tentang jam kalian,
Jam mu rif berwarna putih dan abu itu artinya kau punya kekuatan angin.
Kau fi berwarna biru tua dan merah artinya
kekuatanmu petir.
Dan faid warna nya merah dan hitam artinya api.
Kalian berdua warnanya coklat berarti tanah tanah
dan silver warnanya putih biru artinya es.
Sekarang kalian mengertikan.”
“jadi kita punya kekuatan elemen ya” ujar Kafi
“sekarang kita latihan elemen” ujar Arif
“iya, tapi ingat kekuatan kalian digunakan untuk
menolong” ujar Nagisa
Mereka berlima mendengarkan setiap perkataan
nagisa, namun arif masih memikirkan buku itu,
“rif, cepat, kelapangan, ngelamun” ujar Nagisa.
Arif pun bergegas ke lapangan, dan melihat
tingkah temannya yang kegirangan.
“seperti apa ya latihanya” ujar Faid,
“iya ini, aku penasaran” ujar Silver
Nagisa pun memberikan contoh kekuatannya, langit
mulai menggelap udara berhembus dengan kencang, air mulai menetes dari langit
satu demi satu, sedikit demi sedikit hujan pun turun dengan deras namun air
hujan tersebut tidak terjatuh ke tanah dan menggumpal bagikan gelembung saat Arif
mencoba menyentuh air tersebut, air tersebut meletus bagaikan gelembung, para
murid pun terpukau, lalu Nagisa mengayunkan tangannya, langit mulai cerah
kembali, gumpalan air ia panggil dengan gerakan kedua tangannya, ia memusatkan
air tersebut dalam bentuk batang air, dan menggenggam batang air tersebut dan
melemparnya ke sebuah pohon, pohon pun terbelah, sejenak para murid terdiam,
tak mampu untuk berkata, Nagisa pun menghampiri pohon tersebut dan menyerap air
yang berada di dalam pohon, alhasil pohon pun layu dengan cepat karena
kekurangan air.
“air adalah kekuatanku, bagaimana menurut kalian”
para murid pun memuji kehebatan Nagisa,
“apakah air tersebut harus di ciptakan terlebih
dahulu atau di ambil dari sesuatu, bagaimana jika air tersebut berasal dari
diri” tanya Arif dengan rasa penasaran, karena Nagisa merasa tertantang ia pun
menunjukkannya.
Tiba-tiba Nagisa merasa pusing, tapi dia tetap
tegak, dan mulai menyampaikan materinya “kalian sekarang meluruskan tangan
kalian seperti ini, jangan bergerak kaki kalian di perlebar, latihan ini untuk
memperkuat otot pondasi kalian, aku tinggal sebentar ya”
“baik” ujar mereka.
Nagisa pergi ke ruangannya, dan mulai berbicara
sendiri.
“pegal juga, lama-lama begini” ujar Sasa.
Kafi mencoba memanggil Arif berkali-kali, namun
ia tidak mendengar, temanya pun mencoba memanggilnya, ia tetap melamun.
“apa yang ia pikirkan” ujar Silver,
“mungkin dia ingin membuat ulah lagi” ujar Faid,
temannya kembali memanggilnya, “apa!” ujar Arif yang kaget.
“ngapain kamu ngelamun”
“nanti
malam ikut aku, ngambil buku”
“buku apa” “ada, dan unik”
“oh,
karena itu kamu ngelamun”
Para murid mendengar Nagisa berbicara sendiri
dengan marah-marah, mereka pun pergi melihatnya dan mendengarkan pembicaraannya
“apa yang kamu maksud .... bukanya pihak Rs sudah
di konfirmasi, ada kekurangan apa lagi sih, kamu urus saja, masalah biaya apa
kata nanti, aku sedang mengajar disini” ujar Nagisa lalu membuka pintu, dan
terjatuhlah mereka.
“sedang apa kalian” para murid kebingungan untuk
menjelaskan,
“tadi kami
mendengar mu marah-marah, makanya kami kemari, kami lelah latihan begitu terus,
pegal tangan dan kaki kami”
“kita lanjutkan latihanya ayo keluar ke halaman”
Di luar halaman Nagisa meminta para murid untuk
mengikuti gerakannya, “kedua kaki berjinjit pusatkan beban di jari kaki, dan
biasakan berjalan dengan jari kaki” lalu nagisa memanggil Sasa untuk
mengajarkan teknik dasar.
“pertama kamu, harus memusatkan beban di telapak
tanganmu lalu kamu putar ke dua tanganmu dan hantam telapak tangan ini ke
tanah, coba lakukan” sasa pun mempraktikan alhasil tanah tempat ia berdiri bergerak menurun secara vertikal, “lakukan
seperti tadi hantam ke atas, itu akan membuat tanah naik ke atas” alhasil Sasa
berhasil menguasainya, “kamu kembangkan sendirinya”
para murid
terkagum akan kekuatan Sasa, Nagisa pun melanjutkan mengajak mereka ke tepi
sungai, Silver pun di panggil lalu memintanya ilver untuk menekuk jari manis
dan kelingking, lalu memusatkan tatapannya ke sebuah air di sungai, alhasil
sungai menjadi dingin dan membeku perlahan, Kafi dan Faid kagum sembari memuji Silver.
“kamu kembangkan sendiri, kalian bertiga ikuti
aku”
sesampai
di hutan Faid diminta untuk memutar tangannya lalu membuat gerakan menabur dan
melempar alhasil daun kering mulai terbakar
“berhati-hati jangan sampai membakar hutan, kamu
kembangkan sendiri” ujar Nagisa, setelah itu ia pergi mengajak Kafi dan Arif
keluar hutan dan menatap langit, langit pun mulai gelap awan hitam menghadang
mentari, angkat tanganmu buat bagaikan menggengam lalu turunkan, petirpun
menyambar
“kamu kembangkan sendiri, dan juga hati-hati
dalam menggunakanya”
Nagisa membawa arif ke pohon rindang “cobak kamu
buat gerakan meniup” Arif pun melakukannya namun tidak terjadi apa-apa
“kenapa tidak muncul” “
bukanya sudah muncul, kamu meniup kan sudah keluar
angin”
“tapi mengapa tidak sehebat yang lain”
“karena kekuatan mereka berwujud, sedangkan angin
tidak berwujud, angin mana bisa di lihat, jika kamu ingin melihat angin, ya
belajarlah melihat, nanti kamu bisa melihat” arif tidak mengerti apa yang di
maksud oleh Nagisa, Nagisa pun kembali ke dalam rumah dan memantau mereka
dengan orb,
Petang pun tiba, mereka pun di minta kembali ke
dalam rumah, usai latihan panjang, mereka segera mandi dan makan lalu
beristirahat.
“gimana sudah membuat teknik spesial” ujar Silver
“aku mencoba membuat gerakan” ujar Kafi,
“enak ya, sudah menguasai” ujar Arif, dengan iri
“memangnya
kamu belum membuat teknik baru”
“jangankan teknik, seharian ini aku hanya meniup,
dan tidak ada hasilnya”
“berisik!! Cepat tidur sana!” ujar Nagisa,
“baik”
Keesokan harinya
“bangun kalian semua, Sekarang kalian latihan
lagi.”
Mereka pun kembali berlatih selama seharian,
siang pun tiba mereka di panggil oleh Nagisa kembali ke dalam rumah.
“cepat kalian berkemas, kalian besok kan sudah
kembali masuk sekolah, bagaimana sudah punya berapa skil”
“tidak ada sama sekali” ujar Arif.
Mereka semua menatap Arif dengan kasihan, mereka
pun segera bersiap, usai bersiap mereka di minta duduk oleh Nagisa
“kalian kan satu tim jadi kalian harus membuat
nama tim kalian”
“itu
terserah guru saja” ujar Silver.
Nagisa pun mengiyakan lalu membuka portal ke
tempat mereka sebelumnya berada.
Mereka berlima pun memasukinya dan berhasil
kembali, mereka pun menjelaskan kepada orang tua mereka, namun tidak ada yang
mempercayai, mereka pun menunjukkan kekuatan mereka, namun tidaklah muncul,
mereka di marahi karena menghilang selama 2 hari.
Arif pun kembali pulang dari rumah neneknya
karena arif tinggal di kota, sesampai di rumah Arif di pukul dengan sapu hingga
patah, karena pergi menghilang 2 hari, dan membuat neneknya risau, Arif pun
kesal dan jengkel masuk ke kamar dan tidur, ia mengingat bahwa ia lupa mencuri
buku unik itu, iya pun menatap jam kekuatannya, dan berharap
“bagaimana aku tidak bisa seperti yang lain, apa
yang dimaksud dengan melihat”
“tidur cepat besok sekolah”
Keesokan harinya arif terlambat ke sekolah karena
ketiduran, ia pun di hukum oleh gurunya untuk membersihkan lapangan hitam
tempat upacara di hari senin, ia pun membersihkannya selama satu jam pelajaran,
Sasa melihat Arif yang sedang menyapu pergi menghampiri nya, “kamu sekolah di sini juga”
“iya, aku juga tidak tahu kalau kita satu
sekolah”
“kenapa dihukum?”
“telat” Sasa pun segera kembali ke nya, guru pun
mencatat nama Arif lalu menyuruhnya kembali ke kelas, sesampai di kelas, Arif
langsung mengerjakan tugas, tiba-tiba muncullah Nagisa berbicara dengan kepala
sekolah, usai pelajaran Arif dan Sasa di panggil ke ruang tamu sekolah dan bertemu
dengan Nagisa
“kalian akan tetap mendapat nilai sesuai standard
di sekolah ini, selama kalian belajar dengan ku di luar, kalian akan belajar
selama kurang lebih satu tahun, dan itu kalian tidak boleh pulang, masalah
ortu, aku yang urus, ini penting bagi kalian, dan dunia ini”
“guru, kau hanya mendramatiskan nya kan”
“ya intinya kalian harus menjawab iya”
“apa ini paksaan”
“iya”
Usai negoisasi, Nagisa pergi ke sekolahnya Silver,
Kafi, dan Faid
Setelah sepakat mereka pun di ajari tata krama,
lalu di buat pingsan oleh Nagisa dan dibawa ke Sebuah Academi
To be continued ...
Posting Komentar