Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Rabu, 12 Agustus 2020

Eps 04 : Hourstrength

 



Sesuai janji usai  kami lulus, kami pun pergi ke rumahnya Nagisa.

Sesampai di sana, kondisi rumah dalam keadaan kosong, kami pun memutuskan untuk menunggu hingga ia kembali, karena kami bosan menunggu kami pun latihan di sekitar rumahnya.

“lihat ini punyaku” ujar Sasa sembari menghentakkan kaki lalu membalik telapak tangan ke bawah, alhasil tanah menjulang.

“hebatkan punyaku” ujar Kahfi sembari mengangkat tangan kiri, lalu bergerak turun dengan cepat dan mengangkat kedua tangannya sembari turun bersamaan alhasil petir menyambar.

“hai kalian semua, masih sehat” kami semua terkejut mendengar ucapa Nagisa yang datang dari belakang kami pun masuk ke dalam rumahnya  lalu memberikan bukti nilai hasil ujian Academi

“mereka semua tidak tahu ya, tentang kehadiran kita”

“Benar kita ini tidak terkalahkan”

“coba lihat manusia itu, betapa bodohnya” melihat Sasa dengan temannya dari orb  “benar semua manusia itu bodoh.” Merasa jauh lebih hebat dari mereka.

 

 

“Arif masih belum bisa menguasai kekuatan tapi ia tetap gigih, ia mengandalkan fisiknya sebagai kekuatannya” Nagisa pun menertawakan Arif

“kenapa nilai kalian tidak ada yang pas rata-rata” ujar Nagisa,

 “ini karena gurunya, yang tidak pas rata-rata dalam mengajarnya” ujar Arif

“kenapa kalian malah menyalahkan gurunya” ucap Nagisa.

Setelah bercanda gurau Nagisa pun meminta kami tidur.

Di saat itu Arif kesulitan untuk tidur ia pun berjalan-jalan di halaman dan melihat Nagisa lalu menghampirinya.

Arif pun bercerita hingga pagi, dengan serius Nagisa mendengarkan mimpi yang dilihat Arif, di pagi hari datanglah petugas menghadap ke Nagisa berkata “munculnya monster di taman kota” Nagisa pun meminta Arif untuk membangunkan teman-temannya untuk mengatasi monster tersebut.

“Kenapa sepi ya” ujar Silver,

 “entahlah, kita cari itu mahluk jangan berpencar tetap bersama” ujar Arif,

Mereka pun berjalan perlahan mengitari taman kota, hingga di taman air mancur mereka bertemu dengan monster yang mereka cari.

 “itu cumi atau gurita” ujar Faid,

Kahfi pun segera maju sembari melempar petir kecil ke arahnya,

 namun makhluk tersebut memakannya.

“hai monster, aku Arif, kamu siapa” teman terkejut mendengar ucapan Airf, “ngapain kamu malah kenalan” ujar Sasa,

“hai juga, namaku sanah”

“eh, itu makhluk menanggapi”

“ini Kahfi, Faid, Silver, dan Sasa, salam kenal” ujar Arif,

Temannya terheran melihat reaksi Arif dengan monster tersebut.

Lalu sanah melempar tintanya ke arah kami, tak disangka tinta tersebut bersifat asam, kami pun berusaha menghindarinya, saat kami mencoba untuk mengepungnya ia menyerang kami dengan petir yang di lempar kafi saat itu.

“Lebih baik, kita langsung habisi, nanti kalau Nagisa, tahu bahaya” ujar Faid, “kenapa ?”

“masak kalian tidak lihat, taman ini hancur” ujar Sasa memperlihatkan kondisi taman.

Silver pun membekukan bangku taman  lalu mematahkannya dan menggunakannya sebagai papan seluncur

“sialan, membuatku iri” ujar Arif melihat tindakan Silver,

Sasa pun bergerak maju lalu melubangi tanah tersebut untuk menjebak sanah, “Silver bawa kesini” ucap Sasa

 Silver pun memancingnya, Kahfi pun mengikutinya sembari menyerang dengan petir, usai memasukan Sanah ke dalam lubang, Silver pun membekukan lubang tersebut dan membuatnya terbakar dari dalam, Faid pun membuat jebakan Lava di dalam lubang tersebut, setelah lubang tertutup Faid pun melepaskan jebakan tersebut, dan terbakarlah Sanah dengan sendirinya.

Arif pun bangun dari bangku berjalan melihat ke sebuah lubang tersebut dan berkata  “sekarang kau sudah kalah” tiba-tiba muncullah Sanah terbang melewati lubang tersebut kabur menjauh.

           

“hebat, bisa tembus” ujar Arif terpukau melihat aksi Sanah,

“kamu sih tidak bantu” ujar Sasa,

“bagaimana mau bantu, jika kalian main sendiri”

“hahahaha, lain waktu aku kembali”  ujar Sanah pergi menjauh

“daah” ujar Arif menanggapi ucapan Sanah

“balik yuk” ujar Silver Sesampai di rumah Nagisa kami pun di marahi karena gagal menangkap Sanah juga menghancurkan Taman Kota.

Di malam hari pun Arif masih kesulitan untuk tidur, ia pun berjalan-jalan di halaman rumah Nagisa, Nagisa pun meliihatnya sedang berlalu lalang, ia pun memanggil Arif, Arif pun menghampiri Nagisa yang duduk sendirian di depan teras,

“duduk sini”

“indah ya rembulan itu, menurutmu Nagisa bagaimana ?” ujar Arif

“benar-benar indah walau hanya sekilas” ujar Nagisa

“dunia ini sudah berubah ya”

“maksudmu apa ya”  tanya Nagisa

“bagaimana bisa ada musuh seperti sanah”

 “namanya musuh itu sudah ada sejak dulu” Arif pun meminta Maaf.

“kenapa kamu minta maaf”

“entah lah, aku hanya ingin melakukan itu”

Dulu aku sempat berpikir ini adalah akhir bagiku, namun muncullah seorang membantuku melindungi dunia ini, dengan berkata ‘jika aku mati terlebih dahulu, aku tidak akan bisa melihat keajaiban yang akan terjadi di masa depan’ apa kamu tahu perang dunia

“aku pernah mendengarnya di sekolah” Nagisa pun menertawakannya

“perang yang berada di sekolah itu, hanyalah perang antar sekolah berbeda dengan perang yang aku maksud” jawab Nagisa

“Berarti dunia lain juga terlibat” tanya Arif

“lebih dari itu mungkin”

“berarti aku terjebak dalam lingkup dunia lain”

 “jika menurutmu kamu terjebak untuk apa aku peduli pada kalian,  kalian sudah di pilih oleh takdir, aku bukanya menjebak, aku hanya menolong kalian, Mahaguru pernah bilang bahwa aku mempunyai seorang murid yang akan menjadi bencana”

“Jadi mahaguru itu, adalah gurumu”

“bisa di bilang begitu”

 “jika begitu kenapa kamu memilih kami menjadi muridmu”

“aku bimbang, antara memilih mempunyai murid atau tidak mempunyai murid, aku pun memutuskan untuk mempunyainya dengan cara mendidik muridku secara benar, kakakku juga percaya bahwa takdir bisa di rubah, bagaimana kalau kamu berjanji tentang takdir yang bisa di rubah”

“baiklah, aku berjanji, akan aku buktikan bahwa takdir bisa berubah dirikulah  yang menjadi bukti” mendengar ucapan Arif, sontak Nagisa pun memuluknya.

 “aku hanya ingin melenyapkan perang walau harus dengan perang” ucap Arif

 “jadilah dirimu sendiri” ucap Nagisa sembari memukul dada Arif.

Nagisa menuju kamarnya dan berbaring di kasurnya denan mengepalkan tangannya menghadap atap ia pun berkata

 “lihat kak, aku menemukan murid yang akan menjadi bencana, tapi jika ia benar-benar menjadi bencana, mengapa impiannya dan harapannya begitu indah, dia menginginkan kedamaian, aku yakin kak, dia mampu, ini semua hanyalah masalah waktu” Gumam Nagisa mengingat tentang impian yang dikatakan Arif waktu di Academi mulai sejak itulah Nagisa berjanji pada dirinya bahwa ia akan mendukung Arif untuk kedepannya.

  

“jadi kita harus apakan manusia ini”

kita bunuh aja semua manusia itu”

“benar kita balaskan dendam kita”

“mereka semua harus mati, karena berani membunuh keluarga kita”

“hei .. sedang berbicara apa kalian, menarik banget”

“diam kau! Pergi sana! Jangan ikut campur”

“kenapa kalian sangat membenci manusia”

“pergilah” di dalam kegelapan dengan deru angin yang mendingin terlihatlah cahaya yang sedang berkedip secara bergantian.

“bagaimana”

“belum bos”

“cari lagi! Cepat!” dengan lantang membentak menggempar kan tempat tersebut “baik bos” si bos pergi meninggalkan mereka,

“kita harus cepat ini, nanti ketua bos marah lagi, kita yang kena”

“makanya segera temukan dia, dan bunuh manusia itu”

 “pasukan segera cari lagi”

“siap!” pencarian kembali berlangsung, perlahan cahaya terang berbaris pergi entah keluar.

Bersambung...


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search