Hari sudah mulai sore. Fa'I saat ini tengah berada di depan pintu menunggu kepulangan ibunya. Kata-kata pria tua itu terngiang ngiang. Ia terus menerus memikirkan tentangnya
"pikirkan dulu jika kau ingin menguasai Ki. Penguasaan ki tidaklah mudah. Ini sama seperti kau mengulang dari awal" ucap pria tua itu.
Tak lama kemudian yang ditunggu tunggu pun datang. Kereta kuda keluarga Mer datang. Begitu ibunya turun, Fa'I langsung melompat dan menghampiri ibunya. Ia mengambil koper milik ibunya itu lalu mengantarnya. Ia bahkan menolak permintaan pelayan untuk membawa koper ibunya itu.
"ada apa Fa'I ? tidak biasanya kau seperti ini"
"tak ada kok ma. Aku cuman kangen sama mama"
Ibunya itupun tersenyum dan memeluk anaknya. Ia mengatakan hal yang sama kepada Fai. Mereka sampai di kamar ibunya. Fa'I pun meletakkan koper yang ia bawa di dekat pintu masuk. Fa'I terdiam setelah itu, berusaha untuk mengumpulkan keberanian.
"ada apa ?"
"ma, aku mau belajar penggunaan ki"
"penggunaan ki ? kau ingin belajar di siapa ? tak banyak pengguna ki di sini"
"tak apa, aku sudah menemukan seseorang yang akan mengajariku. Aku hanya ingin memberi tahumu hal ini sebelum mencobanya. Bisakah aku menguasainya ?"
"pasti bisa. Tak apa cobalah. Mungkin kau tak cocok dengan sihir dan malah cocok dengan Ki. Siapa tau"
"mama ndukung aku ?"
"apapun keputusanmu mama cuman akan mendukungmu dan bila keputusan mu salah, jangan berlarut larut. Mama akan tetap mengomelimu kalau salah dan Bahagia saat kau berhasil"
Fa'I pun beranjak dari tempatnya dan memeluk ibunya itu.
"makasih ma. Besok ia akan kesini, orang yang akan melatihku Ki"
Ibunya pun membalas pelukannya dan berkata " iya, Latihan yang serius. Jangan aneh aneh'
*
Esoknya, Fa'I Bersama Jes'ka menunggu pria tua itu datang. Tak butuh lama hingga ia datang. Pria tua itu Kembali dengan pakaian yang lebih bersih dibandingkan kemarin. Jes'ka Nampak terkejut melihat siapa yang datang. Namun ia hanya diam tak berani berucap.
"baiklah kita bisa pergi sekarang"
"kemana ?"
"ke hutan selatan. Disana tempat yang cocok untukmu berlatih ki "
"hutan selatan ?"
"iya. Sekitar 10 km dari kota kearah selatan. Tapi kita akan kekota dulu"
"baiklah aku akan memanggil kereta kuda terlebih dahulu"
"nggak... nggak... nggak... kita akan jalan dari sini"
"kenapa ?"
"stamina adalah penyokong penting dalam penggunaan ki. Jadi kau harus membiasakan diri untuk melatih fisikmu itu"
"oke. Ayo kita lakukan"
"baiklah tapi kita akan berhenti ke kota terlebih dahulu. Ada hal yang perlu kulakukan dahulu"
"baiklah"
Setelah itu mereka pun pergi menuju kota. Fa'I dan Jes'ka hanya mengikuti kemana pria tua itu pergi.
Dikantor ibunya, ibunya tengah mengurusi tumpukan dokumen yang harus ia selesaikan hari itu juga. Saat ia melihat keluar jendela dari lantai dua, ia melihat Fa'I tengah berbincang dengan pria tua yang ia pikir adalah orang yang akan mengajarkan Fa'i.
"tunggu dulu, siapa dia ? aku seperti pernah melihatnya " ucapnya
Pelayan yang berdiri disebelahnya pun ikut menoleh kearah yang tuannya lihat. Ia begitu terkejut begitu melihat siapa yang tuannya maksud
"itu kan Archie"
"Archie ? maksudmu Archie yang itu"
"iya nyonya saya yakin ia adalah Archie yang itu"
"baguslah kalau begitu. Aku bisa tenang jika ia yang mengajar Fa'I tentang Ki. Karena ia yang terbaik dalam bidang ini"
*
Mereka sampai di pusat kota. Berkeliling kesana kemari, mengikuti pria tua yang tak tahu jalan. Mereka bertiga pun berhenti di suatu toko jam. Pria tua itu masuk diikuti Fa'I dan Jes'ka. Pria tua itu dengan ramahnya menyapa pemilik toko itu. Berbincang satu dua kalimat lalu pergi melewati pintu belakang. Fa'I dan Jes'ka tak yakin untuk terus mengikuti pria tua itu
"hei apa yang kalian berdua lakukan ? ayo kesini" ucap pria tua itu
Mereka berdua pun mengikuti pria tua itu. Meminta ijin ke pemilik toko. Tanpa diduga didalamnya terdapat toko sihir. Etalase toko yang berderet, penuh dengan barang barang sihir. Dari kristal sihir, hingga senjata sihir seperti pedang, tongkat sihir dan semacamnya
"hei archie ... apa yang kau lakukan di sini ?" panggil seseorang dibalik etalase itu
"hei Iro. Lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu ?" jawab pria tua itu. Ia pun menghampiri mereka. Fa'I dan Jes'ka mengikuti.
"toko ini semakin sepi saja, sejak kau berhenti"
"Yah... pak tua ini sudah Lelah bekerja. Ingin menikamati masa tuanya"
"apakah menjadi gelandangan bisa dibilang menikmati masa tua" ucap Fa'I pelan, namun pria yang dipanggil Archie itu mendengarnya
"hei, jangan meremehkanku ya." Ucapnya tak terima
Pria yang bernama Iro itu pun tertawa mendengar ucapan Fa'i.
"lagi pula kau tak setua itu" ucapnya
"lalu, apa yang kau inginkan ?"
"aku ingin pedangku. Apa itu sudah selesai ?"
"biar kutebak. Yang disana itu adalah murid mu ?" ucap Iro sembari menunjuk Fa'I dan Jes'ka.
"tidak hanya yang laki. Gadis itu pelayannya"
"keluarga bangsawan ya ?"
"baiklah tunggu sebentar. Akan kuambilkan"
Iro pun meninggalkan mereka bertiga. Masuk ke dalam Gudang yang ada dibelakangnya.
"Paman... Archie ?" ucap Fa'I ragu
"panggil saja pak tua"
"dulu kau bekerja di sini ?"
"nggak juga. Dulu sewaktu aku masih aktif, aku sering memesan peralatan ku di sini. Dan aku menjadi pelanggan setia di sini. Namun aku sudah pensiun. Jadi aku tak pernah datang lagi' ucapnya
"ah begitu"
Perhatian Fa'I teralihkan, ia melihat sebuah liontin di etale sebelahya. Ia merasa ingin membelinya sebagai oleh oleh.
"penilaian anda bagus sekali Fa'I"
"Ah Jes'ka ?"
"itu adalah liontin sihir yang bisa melindungi penggunanya saat terdesak"
"benarkah ? bagaimana cara kerjanya ?"
"liontin itu akan menyimpan energi dalam jumlah besar. Lalu, akan aktif sebagai perisai saat penggunanya mengaktifkannya. Atau kondisi penggunanya dalam bahaya"
"itu tidak lebih dari liontin rusak." Sela Iro tiba tiba
"apa ? kau bilang ucapanku salah ?" tanya Jes'ka tak percaya
"tidak ucapanmu benar. Namun liontin itu sudah rusak. Ambil saja jika kau mau. Liontin itu tidak menerima mana saat diisi. Jadi itu tak lebih dari perhiasan saja"
"lalu mengapa kau menaruhnya disini ?" tanya Fa'i
"aku baru saja mencoba untuk yang terakhir kali memperbaikinya. Namun itu tak berhasil. Nih ambil saja." Ucapnya sembari memberi liontin itu. Dan Fa'I menerimanya. Ia akan memberikan salah satu liontin ini kepada ibunya.
Setelah itu Iro pun memberikan pedang hitam pada pak tua. Pedang itu berwarna hitam pekat. Sarung pedangnya terlihat menyatu dengan genggamannya. Jadi terlihat seperti sebatas tongkat. Pak tua pun menerima pedang itu, dan mencabutnya. Tak ada bilah pada pedang itu. Pak tua pun menerimanya dan memasukkan kedalam tasnya.
"aku pergi dulu Iro."
"sering seringlah kemari"
"kuusahakan"
Dan mereka pun pergi menujutempat tujuan mereka dari awal. Hutan Selatan.
Posting Komentar