Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Minggu, 30 Agustus 2020

Chapter 1; Part 5

 


Setelah cukup jauh mereka menyusuri hutan, mereka akhirnya berhenti. Pepohonan di hutan selatan cukup lebat. Banyak monster yang menghuni hutan ini, namun tak satupun dari keluar sejak mereka memasuki hutan. Mereka berhenti tepat di bawah air terjun. Fa'I pun langsung pergi ke air terjun itu, hendak meminum air itu. Namun, Jes'ka menghentikannya. "biar saya check lebih dahulu. Apakah air itu beracun atau tidak"

"tenanglah air itu tidak beracun. Itu air murni dari alam." Ucap pak tua

"tuh katanya air ini tidak beracun"

"tapi, tuan

"bukankan sudah kubilang untuk tidak memanggilku tuan ?!. tenang saja, aku percaya pada pria tua itu"

Jes'ka menunduk begitu mendengar nada Fa'I meninggi. Ia mundur dari tempatnya. Membiarkan tuannya itu minum dengan tenang. Setelah itu Fa'I mengambil sebuah daun yang ukurannya cukup besar, mengambil air dengan daun itu sebagai wadah lalu memberikannya pada Jes'ka

"minum ini."ucapnya

Dengan ragu Jes'ka meminumnya. Ia meneguk nya dengan cepat begitu tau bahwa air itu rasanya enak.

"maaf aku meninggikan suaraku tadi"

"tak apa tu- maksudku Fa'I."

"baiklah istirahatnya sudah. Sekarang mari kita mulai latihannya." Ucap pak tua.

Fa'I pun menghampiri pak tua. Sedangkan jes'ka hanya berdiri ditempat yang sama. Pak tua menyuruh Fa'I untuk membuka baju yang ia kenakan. Ia membukanya, dan yang terlihat adalah tubuh ramping seorang remaja 15 tahun.

"mulai sekarang kau akan menjalani Latihan fisik"

"sampai kapan"

"paling tidak sampai kau bisa menghancurkan batu yang disana itu" ucap pak tua sembari menunjuk kebelakang Fa'I. Fa'I pun melihat yang pak tua tunjuk dan ia terkejut. Itu adalah batu sebesar 8 meter.

"tunggu, bukankah ini terlalu besar ?"

"kenapa kau tak mau ? kalau kau tak mau lebih baik kita hentikan."

"tidak tidak tidak. Aku pasti bisa"

"dan juga. Kau akan bermalam di sini Bersama kau hingga kau berhasil atau menyerah"

"tunggu aku tidak tau akan hal ini sebelumnya" ucap Jes'ka memotong

"emang kenapa ? aku tidak keberatan" ucap Fa'I

"tapi, ibumu mungkin akan kawatir akan keadaanmu"

"tak apa. Aku sudah bilang kepadanya"

"tapi...."

"ada apa ? kenapa kau yang bingung ?"

Jes'ka hanya diam tak menjawab.

"apapun keinginanmu akan kuturuti" ucapnya sembari membungkukan badannya

Setelah itu, Latihan bak neraka ia jalani. Ia berlari mengitari hutan selatan dari pagi hingga siang. Hutan dengan luas sekitar 700 hektar itu harus bisa ia putari sebelum siang. Itupun tak semudah kedengarannya. Karena ia masih harus berlari menghindari monster monster yang menghadang.

Lalu setelahnya ia harus bertapa di air terjun pertama kali ia datang. Ia harus bisa membiasakan diri dengan alam di sekitar nya. Ia lakukan hal ini secara terus menerus selama hampir dua bulan. Hingga akhirnya ia mampu mengitari hutan sebelum waktu yang ditentukan.

"aku sudah selesai dengan ini. Ada hal lain yang harus kulakukan ?"

"putari lagi. Namun kali ini gunakan ini" ucapnya sembari melempar sepasang gelang besi.

Fa'I hendak mengangkat gelang itu. Namun, gelang itu cukup berat. Itu bukan gelang besi biasa. Itu adalah gelang pemberat.

"hah... baiklah" ucapnya

Ia pun Kembali mengitari hutan itu dengan gelang pemberat di kedua tangannya. Tiap kali ia berhasil mengitari hutan sebelum waktu yang ditentukan ia mendapat tambahan satu pasang gelang. Dan tiap kali ia terlambat ia tidak mendapat jatah makan siang

Tiga bulan berlalu, ia berhasil mengitari hutan itu dua kali lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Tidak ada lagi tempat untuk pemberat di tubuhnya. Semua tempat yang bisa dilingkari sudah penuh dengan pemberat. Dari sabuk seberat 40 ton hingga gelang kaki dan tangan seberat 20 ton masing masing sudah penuh di tubuhnya. Ia berkata bahwa ia sudah siap untuk menghancurkan batu itu, namun pak tua menyangkalnya. Ia belum cukup kuat untuk menghancurkannya. Namun, Fa'I tak percaya dengan omongan pak tua.

Malamnya. Ia menyelinap saat semua orang Sudah tidur. Ia pergi ke batu itu dan berusaha menghancurkannya. Ia percaya bahwa Latihan yang ia lalui selama ini sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan batu itu. Ia mengepalkan tangannya sudah siap. Lalu, akhirnya ia memukulnya. Namun batu itu tak bergeming sedikit pun. Bahkan taka da retakan di permukaan nya

Tak!

"bukankah sudah kubilang kau masih belum bisa ?" ucap pak tua dibelakangnya setelah memukul kepala Fa'I dengan pedang hitam itu.

"bagaimana bisa ? sudah lebih dari 100 ton yang kuangkat untuk berlari mengitari hutan. Namun, kenapa aku tak bisa menghancurkanya ?"

"batu itu dipenuhi dengan Ki. Berbeda denganmu. Tubuhmu ada kolam mana yang besar namun tak kau gunakan sama sekali."

"kolam mana yang besar ? bagaimana bisa ? sihirku berkurang dari waktu ke waktu"

"sihir mu tidak berkurang. Namun kau kehilangan kuasa untuk mengendalikannya. Sehingga tiap sihir yang kau buat tidaklah stabil"

"jadi ?"

"dari pada kolam mana itu sia sia disana. Kita gantikan kolam mana itu dengan Ki"

"tapi, bukankah itu akan membuang potensi besar ku dalam menggunakan sihir"

"bukankah kau sendiri yang bilang bahwa untuk menggunakan sihir itu mustahil ?"

Fa'I terkejut mendengar ucapan pak tua. Ia tak mengerti tujuan pak tua mengatakan hal itu.

"kau mengatakan bahwa itu adalah hal yang mustahil. Maka dari itu tubuhmu meresponnya dengan menjadikan hal itu adalah hal yang mustahil"

"jadi, sebenarnya aku bisa menggunakan sihir ?"

"itu semua tergantung daridirimu."


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search