Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Senin, 24 Agustus 2020

Chapter 1;part 3

 

"Apa kau tau, seorang penyihir adalah seorang yang mampu melindungi semua orang. Mereka begitu kuat dan keren"

"benarkan ? seperti apa penyihir itu ?"

"Seorang penyihir yang terbaik. Adalah seorang penyihir yang mampu menggunakan segala yang ia miliki untuk orang disekitarnya"

"kalau begitu, aku ingin menjadi seorang penyihir yang kuat nanti. Aku akan melindungi papa, mama, dan Ir'ha"

"Kalau begitu belajarlah lebih tekun, mama akan menunggunya"

Fa'I terbangun dari tidurnya. Ia tertawa kecil sembari memeluk dirinya.

"huh... Bodohnya aku. Menjadi penyihir sudah menjadi hal yang mustahil untukku" ucapnya. Ia melihat jam di dinding, yang menunjukkan dini hari. Ia berusaha untuk Kembali tidur namun tak bisa. Alhasil, ia pergi ke taman. Berusaha mengalihkan pikirannya. Ditemani dengan cahaya rembulan ia berdiri di taman. Kenangan tadi membuatnya mengingat hal buruk.

"ada apa ? apa Fa'I susah tidur ?"

Jes'ka tiba tiba datang menemaninya. Berdiri dibelakangnya. Namun tuannya hanya diam membisu. Fa'I yang duduk di bangku taman dan Jes'ka yang berdiri dibelakangnya.

"lebih baik kau masuk. Ini waktunya untuk tidur. Tak baik perempuan masih diluar jam segini"

"saya lebih dari cukup bisa menjaga diri saya sendiri"

"bukan itu yang kumaksud. Tak baik untuk tubuhmu keluar malam malam"

"begitu juga denganmu Fa'I"

Mendengar hal itu, Fa'I menatapnya. Ia tersenyum. Ia pun menyuruhnya untuk duduk disampingnya dari pada berdiri terus di belakangnya. Namun Jes'ka menolak. Fa'I yang terus memaksa membuat Jes'ka akhirnya menyerah.

"kau tau. Aku punya permintaan. Yang satu ini kau boleh menolaknya"

"apa itu Fa'I ?"

"Bisakah kau tak usah berbicara terlalu formal ? setidaknya saat kita hanya berdua" ucapnya sembari tetap menatap langit. Jes'ka pun menatapnya setelah ia mengatakan hal itu.

"jika hanya seperti itu tak masalah" jawabnya.

Tak lama setelah itu Fa'I berdiri, meregangkan tubuhnya lalu mengajak Jes'ka untuk Kembali kedalam. Jes'ka pun menurut dan mengikutinya

Esoknya Fa'I menolak ajakan pamannya. Pamannya pun hanya mengiyakan melihat dari kondisi Fa'I yang seperti itu. Namun berbeda dengan Nar'u ia masih berusaha untuk meyakinkan Fa'I masuk ke akademi.

*

Beberapa minggu berlalu setelah itu. Fa'I memiliki guru privat yang mengajarinya mengenai politik. Ia terlihat serius dengan apa yang ia pelajari. Ibunya pun hanya bisa mendukungnya. Sedangkan Nar'u menghilang tanpa kabar. Namun ia yakin mbak nya itu takkan apa apa. Ia adalah gadis kebanggaan keluarga Mer. Seorang yang menjadi murid terbaik di akademi ternama, akademi XOUN. Ia menjadi murid terbaik dan lulus dengan nilai terbaik dibandingkan dengan sekolah lainnya. Sekarang ia bekerja sebagai seorang penyihir dibawah naungan pemerintah.

Lalu suatu waktu, saat Fa'I baru Kembali dari kota. Ia baru datang dengan kereta kuda milik keluarganya. Ia melihat ada seorang pria tua berdiri didepan istana. Pakaiannya yang compang camping, membuatnya tampak kumuh. Ia Nampak tengah mencari sesuatu atau seseorang. Fa'I pun memberhentikan kereta kudanya. Ia turun dan menghampiri pria tua itu.

"Ada apa anda di sini paman ?" tanya Fa'I berusaha untuk sopan

"Tak ada, aku hanya kelaparan. Bisakah kau memberi pria malang ini sepeser koin untuk makan ?"

Fa'I tersenyum mendengar hal itu. Lalu ia berkata "Jangan berdiri di sini pak. Anda menggangu jalan masuk kereta kuda kami"

Mendengar hal itu pria tua itu meminta maaf kepada Fa'I, lalu beranjak pergi

"Paman mau kemana  ?"

"Ya ?"

"Kau bilang kau lapar. Masuklah" ucapnya

Pria tua itupun tersenyum Bahagia. Ia menurut dan masuk ke dalam kediaman Mer Bersama dengan Fa'i. Saat mereka masuk, tak ada satu pelayan pun yang berani menghamiri Fa'i. 'mungkin mereka merasa jijik terhadapnya' begitulah pikir Fa'i. ia pun melayani pria tua itu sendiri. Dari makanan yang ia makan, hingga pakaian yang ia kenakan.

Saat mereka tengah makan di ruang makan, pamannya masuk ke ruangan dan terkejut melihat siapa yang dihadapannya. Pamannya pun memanggil Fa'I ingin bicara secara empat mata.

"apa yang kau lakukan ? bagaimana bisa kau bertemu dengan orang seperti itu ?"

"tak apa ia hanya butuh makan dan minum. Aku membuat semuanya sendiri. Bahkan baju itu adalah baju milikku yang kebesaran"

"Bukan begitu, pria itu adalah –

"Permisi tuan. Semuanya sudah siap" potong pak Christ

"baiklah, kita lanjutkan nanti, aku ada masalah yang harus ku urus."

Pamannya pun meninggalkan ruang makan Bersama dengan pak Christ. Fa'I pun Kembali ke ruang makan, menemani pria tua tadi.

"ada apa ?" tanya pria tua itu

"nggak, nggak ada masalah yang serius"

"apa mungkin ini gara gara aku ?. baiklah aku akan pergi jika seperti itu"

"tidak tidak, ini bukan tentang anda" jawab Fa'I tidak enak

"sungguh ?"

Fa'I pun mengangguk sebagai jawaban. Pria tua itupun duduk Kembali dan melanjutkan makannya. Ia makan seakan akan tak pernah makan enak sebelumnya. Fa'I yang melihatnya tertawa, membuat pria tua itu bingung.

"ada apa ?"

"tak apa, baru kali ini aku melihat orang yang makan begitu rakus"

"apa itu sindiran ?"

"bukan bukan. Hanya saja aku pernah merasa kesulitan akan makanan dulu"

Pria tua itu diam memperhatikan Fa'I selama beberapa saat. Lalu melanjutkan acara makannya.

Tak lama setelah itu, mereka selesai. Pria tua itupun mengambil barang barangnya lalu pamit. Fa'I pun mengantarnya hingga ke pintu depan. Sebelum pria tua itu pergi, ia bertanya sesuatu pada Fa'I.

"Siapa namamu nak ?"

"Fa'I paman. Fa'I Mer"

"Fa'I Mer ya ?"

"ada apa paman ?"

"tak ada, hanya saja aku penasaran ada putra bangsawan yang masih baik di jaman ini. Benar benar anak yang baik"

"Tidak paman, ini hanyalah etika dasar yang kupelajari. Namun masih banyak yang harus kupelajari"

"lalu, mengapa anak baik seperti mu Nampak seperti kesepian ?"

"maksudnya ?" tanya Fa'I bingung

"yah nggak apa. Ini hanya gumaman orang tua. Tidak perlu kau masukan ke hati"

"mungkin karena aku buruk dalam sihir"

"jaman kini semua yang mereka tahu hanya tentang sihir. Padahal ada banyak macam kekuatan lain yang setara bahkan lebih kuat dari sihir"

Fa'I terkejut dengan apa yang pria tua itu katakan. Saat pria tua itu hendak pergi, Fa'I menahannya"

"Tunggu" cegah Fa’I

"apa kau tau tentang kekuatan lain itu ?" Lanjutnya

"tentu saja, kau pikir aku siapa ?"

"huh ?"

"apa kau tak tahu siapa aku ?"

"seorang gelandangan ?"

Pria tua itu terbahak mendengar ucapan Fa'I yang begitu lugu.

"kau bisa menganggapnya begitu. Aku adalah pengguna Ki"

"ki?"

"ya unsur kekuatan lain selain sihir. Apa kau mau belajar tentang Ki ?" tanyanya.

Saat itu. Fa'I menemukan harapan lain dalam dirinya. Harapan yang akan membawanya lebih jauh dari yang ia perkirakan.


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search