"aku akan mas-
Prang !
Suara gelas pecah mengejutkan mereka berdua. Mereka pun masuk ke dalam, melihat ada apa di dalam. Ayah Nar'u tengah kejang kejang-kejang dengan mulut berbuih di lantai. Pak tua langsung mengecek keadaan Shi'ka. Ia bahkan berusaha melakukan akupuntur pada nya. Namun, itu sudah terlambat. Ayah Nar'u sudah kehilangan nyawanya. Ia sudah berhenti kejang. Matanya sudah tidak lagi mampu menatap dengan hangat.
"Ayah... Ayah... apa yang terjadi. Kenapa ia menjadi seperti ini" tanya nya pada pak tua
"aku tak tahu, ia menjadi seperti ini setelah meminum tehnya"
"apa yang kau masukkan ?!"
"tenanglah terlebih dahulu. Tidak mungkin kan Tuan Archie yang menyuguhkan teh nya ..." ucap Pak Christ menenangkan
Nar'u memanggil ayah nya berulang ulang. Walaupun ia tahu ayah nya tidak akan pernah Kembali. Ia hanya berharap akan sebuah keajaiban yang tidak mungkin terjadi.
*
Upacara pemakaman dilakukan, dan yang memimpin upacara adalah pak Christ. Pemakaman yang hanya dihadiri oleh pelayan dan keluarga Mer. Dibarisan paling depan, tentu saja keluarga Mer yang tersisa. Nar'u, Fa'I, Dan Rose(ibu Fa'I). Dan orang yang paling terpukul adalah Rose. Ia kehilangan Adiknya, adik yang paling ia sayangi didunia.
Begitu mayatnya sudah dikubur, batu nisan pun dipasang di depan nya. Tertuliskan, 'Terkubur, seorang pemimpin hebat. Shi'ka Lin'. Nama asli yang hanya diketahui oleh pelayan dan keluarga Mer sendiri.
Upacara pun akhirnya ditutup. Banyak orang yang pergi Kembali ke pekerjaannya. Karena tak banyak yang bisa dilakukan pada saat ini. Nar'u dan Rose tetap terdiam disana cukup lama, hingga hanya tersisa Rose. Nar'u pergi setelah ia mengucapkan janjinya. Janji yang mempengaruhi seluruh cerita ini.
"Aku pasti akan mencari dalang nya. Dan saat aku menemukannya, aku akan membunuh nya" ucap nya lalu pergi.
*
Jes'ka POV
Ia ingat dengan bagaimana rencana nya. Walaupun banyak factor yang tidak bisa ditebak. Namun semuanya menjadi lebih mudah dengan kembalinya Fa'I dan ibunya ke kediaman. Mereka hanya perlu untuk membunuh mereka dengan bertahap.
'selanjutnya giliranmu. Lakukan peranmu dua hari setelah pemakaman. Cari waktu yang tepat dan eksekusi rencana nya saat itu'
Ia berdiam diri di depan pintu kamar. Kamar yang bukan miliknya. Ia menarik nafas Panjang, lalu mengubah ekspresinya menjadi datar bak boneka.
"permisi, Fa'I" ucapnya sembari mengetuk pintu kamar. Namun tak ada jawaban dibalik pintu itu. Ia memanggilnya lagi, namun tidak ada respon.
Aku pun membukan nya karena tidak ada jawaban sama sekali. Dan yang ku lihat adalah Fa'I yang tengah tertidur di ranjangnya. Ia tidur tanpa selimut. Bertelanjang dada. Puluhan luka terlihat di sekujur tubuhnya. Ini bukan luka karena Latihan saat itu. Ini luka sebelum ia berlatih. Ada apa dengan luka-luka ini. Sekejap aku menjadi penasaran. Dan tanpa kusadari, tanganku sudah meraba seluruh luka-lukanya. Dan aku lupa dengan misiku.
"apa yang kau lakukan ?"
Aku terkejut begitu mendengar orang yang kusentuh bersuara. Ia menatapku dengan penuh tanda tanya. Sontak wajahku memerah karena malu. Akupun mundur dan menunduk meminta maaf. Apasih yang sebenarnya kulakukan
"maaf tuan, aku-
Grep !
Ia sontak mencekik leherku. Mengangkatku dengan satu tangannya.
"Tuan, Mohon maafkan saya. Saya sudah lancang"
Tapi cengkramannya semakin erat.
"sudah berapa kali kubilang sih ? jangan panggil aku tuan. Aku membenci kasta, walaupun aku adalah keluarga bangsawan aku sangat membenci kasta. Yang bawah atau yang atas itu semua sama saja. Hanya karena kasta ini, banyak orang mengalami apa yang tidak seharusnya mereka alami. Biarkan aku bebas dari hal abal-abal yang disebut kasta ini sementara"
"m-ma af tu- Fa-i. aku tidak bermaksud" ucapku sembari berusaha untuk lepas dari cengkramannya
Ia melepasnya dengan lembut, lalu ia meminta maaf. Ada apa dengan nya. Kenapa ia sangat membenci kasta ?. apakah ia... tidak tidak, itu tidak mungkin. Lagi pula aku sudah membuang nya begitu jauh.
"sudahlah. Pergilah dan jangan Kembali lagi. Aku tidak butuh seorang boneka yang hanya bisa mematuhi perintah dan membangkang. Kukira kita bisa berteman. Tapi ternyata dugaan ku salah"
Ucapannya sontak membuatku terkejut. Boneka ? yang hanya bisa mematuhi perintah ? dan membangkang ? aku ? apakah aku seperti itu ?
*
"hei nak. Siapa namamu ?"
"Jes'ka paman"
"kau begitu mungil dan lucu, seperti mendiang anak ku"
"dimana anak paman ? apa ia seumuran denganku ?"
"ia sudah pergi ke tempat yang dinamakan surga"
"surga ?"
"iya, itu tempat dimana orang orang baik pergi."
"kalau begitu aku ingin ke sana"
"belum waktunya bagi mu untuk kesana. Hanya sang pencipta lah yang menentukan kapan kita akan kesana"
"apakah paman akan pergi lagi ?"
Ia mengangguk sebagai jawaban. Air mataku keluar. Ntah kenapa.
"tapi paman akan Kembali lagi kan ?"
"tentu saja. Dan saat kita Kembali kita akan menjadi keluarga"
"keluarga ?"
"ya keluarga. Kau bisa memanggilku ayah, dan kau akan menjadi putri ku"
"benarkah paman ?"
Ia mengangguk sembari mengacungkan jempolnya. Seminggu setelahnya aku akhir nya keluar dari panti asuhan. Paman itu menjadi ayahku, dan aku menjadi putri nya. Kukira semua akan menjadi lebih baik setelah itu, namun aku salah.
*
Aku menangis di pojokan. Berbagai macam sumpah serapah tertuju pada diriku yang masih berumur tujuh tahun. Suatu hal yang tidak seharusnya didengar oleh anak semuruan itu.
"apa apaan kau ? tak bisakah kau lebih baik dari ini. Hanya segini nilaimu ?"
"ta-tapi pa. aku kan tetap-
"tetap apa ? walaupun kamu sudah masuk tiga besar tapi kau masih belum rangking satu."
"aku sudah berusaha pa"
"berusaha apanya ? bahkan violet lebih baik dari ini" ucapnya membawa bawa putrinya yang sudah meninggal.
Sejak saat itu, ia tidak terlalu memperhatikan diriku. Aku terus menerus berusaha menarik perhatianny. Namun, ia tidak sekalipun melirik diriku. Aku bahkan hingga masuk ke sekolah pelayan karena keiinginannya. Aku keluar dengan nilai terbaik dan tetap diacuhkan nya. Lalu kemudian,
"kau akan menjadi pelayan keluarga Mer, disana kau akan kuberi misi untuk membunuh beberapa dari mereka. Dan jika kau gagal, aku sendiri yang akan membunuhmu" ucapnya.
Aku pun mulai bekerja di tempat yang sama dengan tempat ayahku bekerja. Bersamaan dengan itu, ada salah satu anggota keluarga mer yang datang. Dan ia adalah orang yang menjadi tuan ku saat ini. Dan hingga saat ini, aku sudah melupakan mimpi yang kubuat sebelum aku keluar dari panti asuhan. Mimpi yang terlalu kekanak kanakan. Namun, ia yang seorang bangsawan. Membuatku mengingat mimpi ku itu dari ucapannya. Ia mengatakan hal yang ingin kuraih. Ia mengatakan hal yang sangat ingin kutunggu
"-Yang bawah atau yang atas itu semua sama saja. Hanya karena kasta ini, banyak orang mengalami apa yang tidak seharusnya mereka alami. Biarkan aku bebas dari hal abal-abal yang disebut kasta ini sementara"
Aku harus membunuhnya, aku harus membunuhnya, aku harus -. Tanpa kusadari air mata jatuh ke wastafel. Aku melihat diriku dibalik cermin. Air mata tumpah tanpa persetujuan ku. Apa ini ? aku mengusapnya namun itu makin cepat mengalir.
Posting Komentar