Aku harus membunuhnya, aku harus membunuhnya, aku harus -. Tanpa kusadari air mata jatuh ke wastafel. Aku melihat diriku dibalik cermin. Air mata tumpah tanpa persetujuan ku. Apa ini ? aku mengusapnya namun itu makin cepat mengalir. Hingga akhirnya seorang pelayan masuk dengan tergesa gesa kedalam sini. Ia melihatku dan bertanya
"apa kau melihat tuan muda ?"
"tuan muda ? bukankah dia di kamarnya ?"
"ia tidak ada. Kamarnya kosong, tas dan pedang nya juga hilang"
"tunggu dulu, jangan jangan" ucapku lalu berlari meninggalkannya
"hei Jes'ka apa kau tahu sesuatu ? JESKA !" teriaknya
Aku berlari kearah kamarnya. Di sana aku menggunakan sihirku untuk mencarinya. Namun aku tidak bisa merasakannya. Akupun berlari kesana kemari, mencarinya. Aku tak tahu apa yang terjadi, namun kakiku tidak mau berhenti. Ia terus bergerak dan berlari. Sedangkan kepalaku tidak bisa menatap lurus. Ia terus menengok kesana kemari seperti mencari seseorang. Kenapa aku begitu peduli padanya ? jika ia mati, misiku akan tuntas bukan ?
Aku sudah mengitari seluruh kediaman. Namun aku tidak menemukan nya sama sekali. Belum, masih ada satu tempat lagi yang belum kucari. Taman belakang kediaman. Aku dengan sekuat tenaga berlari kesana. Dan begitu sampai aku tidak menemukan siapa siapa. Hanya bangku kosong yang terletak di tengah taman. Aku Kembali menggunakan sihirku. Untuk melacaknya, namun hasilnya tetap sama.
"apa yang kau lakukan ?"
"heh ?" ucapku kaget
Tunggu dulu suara itu. Aku menoleh keatas. Ia berada di atap kediaman, sembari menatapku. Tatapan nya berbeda. Tatapan nya sungguh dingin.
"kemana saja kau ? seluruh pelayan mencari mu"
"memangnya kenapa ? mereka hanya pelayan. Seperti itu kau ingin aku mengatakannya ?"
"apa yang kau katakan. Turunlah, kau bisa jatuh"
"siapa kau berani memerintahku ?"
"ha ?"
Dia benar juga, aku hanyalah seorang pelayan. Bukan siapa siapa nya. Tunggu dulu, jika dipikir pikir. Mungkin ia sama seperti ku, sendirian. Tanpa teman. Mungkin ia hanya membutuhkan seorang teman. Sama seperti ku sewaktu kecil dulu. Dari yang aku dengar, ia tidak bisa mengendalikan sihirnya. Di jaman seperti ini, ia pasti ditindas di sekolanya dulu. Apakah karena itu ia begitu membenci kasta ? jika begitu, yang bisa kukatakan adalah
"aku... aku adalah temanmu"
"dan kenapa kau menyimpulkan seperti itu"
"karena aku ingin menjadi temanmu" ucapku.
Apa-apa an ini ? bukankah aku orang yang hendak membunuhnya ? mengapa aku mengatakan hal semacam ini ? tak tahu mengapa aku mengatakan hal seperti ini, aku bahkan tak tau kenapa aku sekhawatir ini. Tapi asalkan aku bisa dekat dengannya lagi ini akan menjadi lebih mudah. Setidaknya untuk membunuhnya.
Ia bediri, lalu melompat dan mendarat dengan sempurna di depanku. Ia menatapku begitu dekat, lalu berkata
"ini menyebalkan. Kau begitu peka"
"aku akan ke kota. Membeli mawar mana. Kau ikut ?"
"ha ? eh ten tentu"
"tapi tu- ah maksudku Fa'I, bukankah kita paling tidak harus memberi tahu yang lain terlebih dahulu."
"tak apa, aku sudah memberi tahu mama"
*
"Eh Fa'I. kemana kita akan pergi ?"
"Maaf, apa ?" ucap Fa'I sembari mendekatkan telingan nya. Saat ini mereka tengah berada di mall pusat kota. Mereka sudah berkeliling sekitar kurang lebih tiga puluh menit tanpa tujuan yang jelas
"kemana kita akan pergi ?" ucap Jes'ka lebih keras
"aku mencari bunga kesukaan ibuku"
"bunga ? bunga apa ?"
"Mawar mana"
"Mawar mana ? itu cukup sulit untuk dicari. Tak banyak yang menjualnya"
"aku tahu. Cara mendapatkannya cukup berbahaya, karena itu tak banyak yang menjualnya. Dan bahkan harganya cukup mahal"
Lalu tiba-tiba, Jes'ka melambat.
"ada apa ? kau Lelah ?"
Ia menggeleng lalu menjawab "tak apa, aku hanya..."
"aku punya ide." Ucapnya sembari berjalan memutar
"kemana kita akan pergi ?"
"kau ikut saja aku"
Jes'ka pun mengikutinya dibelakangnya. Ia hanya berjalan sembari menunduk. Ada alasan mengapa ia melambat barusan. Ia mendengar omongan orang-orang terhadap dirinya. Tentang mengapa ia berani berjalan sejajar dengan majikannya. Ia yang berusaha untuk memikat majikannya. Atau apalah itu. Memang hal itu ia acuhkan. Namun ia merasa harus menghapus rumor buruk yang akan jatuh ke tuannya itu. Dan karena lamunannya tadi, ia tidak melihat bahwa Fa'I sudah berhenti. Alhasil ia menabrak punggung Fa'i. Ia merasa malu akan dirinya.
"tenanglah. Hal seperti itu tak usah kau pikirkan. Sekarang kamu ganti baju dulu"
"ganti baju ? tapi aku kan tidak membawa baju apapun. Hanya ini"
"karena itu kita berhenti di sini"
Ia melihat kebelakang Fa'I. Mereka berhenti tepat di depan toko pakaian. Mereka pun akhirnya masuk. Jes'ka berkeliling, mencari pakaian yang ia pikir cocok untuk dirinya. Sedangkan Fa'I hanya duduk diam sembari memperhatikannya.
Jes'ka pun sibuk dengan ratusan pakaian di depan pakaiannya. 'yang mana yang akan kubeli ? paling tidak yang cukup dengan uang yang kubawa saat ini' pikir nya. Saat ia tengah bingung dengan pilihannya, ia melihat Fa'I dengan seorang perempuan tengah berbincang dengannya. Ia mengacuhkannya, berusaha tak peduli. Ia sudah bulat terhadap beberapa pakaian yang hendak ia coba. Ia pun mencoba nya di ruang ganti.
Ia bingung dengan pilihan pakaian yang hendak ia ambil. Alhasil ia pun menuju ke Fa'I dan bertanya tentang pilihan pakaiannya. Namun, saat ia hendak bertanya, gadis itu masih disana bersamanya. Fa'I yang melihat Jes'ka pun sontak berdiri dan menghampirinya. Ia bisa melihat gadis itu Nampak kecewa.
"apa kau sudah selesai ?"
"ntahlah aku bingung hendak memilih yang mana"
"siapa dia ?" ucap gadis tadi mengikutinya
Ia melihat tubuh Jes'ka dari puncak rambut hingga ujung kaki. Ia mendengus lalu berkata "owalah, ia hanya pelayan mu toh"
"Jes'ka menurutku lebih baik yang ini" ucapnya sembari menunjuk gaun lengan collar putih. Mengacuhkan gadis tadi
"baiklah akan ku-
"hei ! apa kau mengacuhkan ku ?" ucapnya sebal
"lalu kenapa ? aku tidak mengenalmu. Kau tiba-tiba datang dan mengajak ku bicara"
"apa yang kau bicarakan ? bukankah aku sudah memberi tahumu nama ku?"
"aku tak ingat apapun"
"aku adalah Erina Heavenshield. Aku adalah keturunan langsung dari salah satu dua belas bangsawan utama"
"oh ya ? baguslah. Kau bisa menggoda laki laki lain yang kau inginkan tanpa merasa rugi"
"apa-apaan kau ini ? apa kau tak tahu siapa Heavenshield itu ?"
"aku tahu, ia adalah salah satu bangsawan yang ikut ambil andil dalam perang hampir dua abad lalu. Emang kenapa ?"
"aku takkan melupakan ini". Ia pun mendecakkan lidahnya, lalu pergi dengan penuh rasa malu. Fa'I dan Jes'ka melihatnya berjalan kearah dua gadis lain dan pergi bersamanya. Jes'ka pun menoleh dan menatap Fa'I. Ia mendongak lalu berpikir, 'ternyata ia lebih tinggi dariku'.
"ada apa ? ada sesuatu diwajahku ?" tanya nya sembari mencari sesuatu yang tidak ada.
Hal itu membuat jes'ka malu. Kepergok memandangi seseorang, siapa yang tidak malu. Ia pun dengan cepat pergi ke arah ruang ganti diikuti Fa'I dibelakangnya. Ia lalu hendak masuk ke salah satu ruang ganti. Tapi, Fa'I menghentikannya. Jes'ka menatapnya tak mengerti. Fa'I hendak mengatakan sesuatu namun...
"Jes'ka, kamu Jes'ka kan ?"
"Nas'ti ?"
Posting Komentar