Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Selasa, 03 November 2020

Eps 25 : Kehidupan

 


 

(Sebelumnya di the Portal)

setelah kepergian Arif dari the Portal si kucing ini pun berubah wujud menjadi manusia dan berkata “mengapa ibu malah menyerahkan diriku kepadanya”

“aku melihat suatu hal yang luar biasa dalam dirinya, dan aku penasaran”

“tapi mengapa harus aku yang menjadi korban”

“ini demi keberadaanmu, jauh lebih baik kamu di lindungi oleh orang yang kuat”

“aku jauh lebih kuat dari manusia itu” dengan kesal merasa di anggap lemah

“iya untuk sekarang, kita tidak tahu untuk kedepannya”

Sesampai di Donya Roh, S3 terus memperhatikan Grim yang berada di dekat Arif, Vivien pun membuka jalur sungai untuk memasuki rumahnya Vivien.

S3 pun mengajak Arif berbicara berdua

“memangnya kenapa” ujar Arif mendengar permintaannya S3

“nantinya kamu yang kesulitan jika dia tampak seperti itu” melirik Grim yang melayang di dekat Arif.

Arif pun memikirkan cara untuk menyembunyikan Grim, ia pun memanggil Grim dan meminta saran.

“aku tidak bisa di lihat oleh siapapun dengan mudah, tapi jika aku masih di anggap mengganggu, aku bisa bersembunyi di dalam bayanganmu”

Arif pun menyetujui dan Grim pun memasuki bayangannya Arif dan menetap di sana, Vivien membawakan minuman untuk Arif dan S3 “bagaimana jika kamu tidur dulu, itu di sana sudah aku siapkan kasur untukmu” menunjuk tempat tidur di ujung, Arif yang melihatnya langsung menghampirinya dan mencoba kasur tersebut “lembut banget” ujar Arif yang mencoba untuk tidur-tiduran.

“tidurlah dulu, nanti di bangunin kalau sudah siap” mendengar ucapan itu, Arif pun langsung berbaring di kasur tersebut.

“tinggal satu lagi untuk menyelesaikan tujuan kan” ujar Vivien berbicara serius.

“iya, dan ini akan sedikit bertolak belakang dengan sebelumnya”

“tadi itu benar bukan Naraka”

“mungkin, aku tidak bisa memahami cara kerja Alam”

“setahuku dulu kamu enggan membantu seorang yang membutuhkan pertolongan, bagaimana bisa kamu membantunya”

“aku juga tidak tahu, entah kenapa aku harus melakukan ini”

“apakah ini takdir, atau suratan takdir”

“bisa jadi kedua, sang takdir itu tidak bisa di ajak bicara”

“aku punya teman dia roh air namanya Lapis, dia berada di tempatmu berasal, dan belum kembali ke Alam roh ataupun ke Donya roh, jika bertemu dengannya sampaikan salam dariku”

“akan kusampaikan jika umurku masih sampai hyahahahaha” tertawa lepas

“oh iya, kamu manusia, umur paling singkat, hahahahahah”

 

Sekitar 300 pasukan yang berhasil selamat dan mundur, D3 dan D5 pun telah kembali, jendral yang melihat kedatangan mereka berdua segera melapor

“pasukan tersisa 300, apa langkah selanjutnya”

“terus mundur, dan biarkan kami yang memperlambat” ujar D3 dengan serius

“biarkan aku ikut membantu” ujar jendral menawarkan bantuan

“tidak perlu.. jika jendral membantu siapa yang menjaga pasukan, kita juga butuh jendral untuk melaporkan ini semua ke S3, lagi pula lawan kita tidak kenal mati”

Ujar D5 yang berusaha menahan keinginan jendral untuk membantu.

Dengan cepat jendral menyampaikan pesan ke S4 untuk mundur, S4 pun membelah diri menjadi 2 untuk saling membantu S4.1 membawa mundur dengan mempercepat pergerakan pasukan juga mengobati, S4.2 maju ke garis depan membantu D3 dan D5.

Setelah menyampaikan pengumuman S4.1 beserta jendral segera mundur.

“kenapa kau bisa ada di sini” ujar D3

“untuk membantu kisanak”

“biarkan dia, asal tidak menjadi beban bagi kita”

Mereka bertiga menatap langit senja merona sembari memperhatikan jumlah tiada kira bergerak dengan cepat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

[ ~ Nama : Sang kematian ~ ]

{ ~ Umur : N\A ~ }

{ ~ Status : berada  ~ }

{ ~ Kekuatan : mematikan ~ }

{ ~ tugas : menyeleksi siapa yang tidak layak mati ~ }

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Beberapa jam telah bersilih S3 pun membangunkan Arif sedangkan Vivien membuka kembali jalur sungai, mereka bertiga kembali ke daratan Donya roh.

Vivien pun mengantar ke taman roh, Arif hanya bisa terpukau melihat segala aktivitas para roh “hiraukan saja, asal tidak mengganggu” ujar S3.

“ini tempatnya” ujar Vivien menunjuk ribuan batuan nisan tertata rapi.

S3 pun menggunakan indranya untuk membuktikan kebenaran tempatnya.

Bagaimana” tanya Arif yang sedang melihat reaksi S3.

“iya ini tempatnya” ujar S3, Vivien pun pergi membeli sesuatu dan meminta mereka berdua menunggunya.

Sembari menunggu S3 menasehati Arif agar menjaga bicaranya kepada sang kehidupan “karena sang kehidupan jauh lebih bahaya dari sang kematian dan jangan tertipu dari sikap atau perwujudannya” tidak lama kemudian Vivien kembali dan menyerahkan obat tetes mata kepada mereka

“teteskan sekali di kedua mata kalian agar kalian bisa melihat hal luar biasa ini”

Setelah melakukan apa yang diminta oleh Vivien kuburan tersebut mulai mengubah wujudnya dan terlihat seperti pabrik yang sedang mengelola jiwa-jiwa manusia dari yang sudah hidup sampai awal pemberian.

Mereka bertiga pun menuruni jalanan dan menuju ke lapangan bawah tempat pabrik itu berada.

Perlahan mereka berjalan melihat cara kerja kehidupan, mereka melihat roh yang dipilih sedang di tiupkan ke janin seorang ibu, ada juga roh yang masih layak di perbarui dan di buat ulang di wadah yang baru lalu di tiupkan ke janin seorang ibu, “itu untuk benih baru, dan itu untuk benih lama, mungkin kalian mengenalnya sebagai reinkarnasi, itu siklus kehidupan, ada sangkut pautnya dengan takdir”

Arif hanya bisa diam melihat kejadian di luar nalar yang di lihatnya ‘ini bukan mimpi, aku sekarang sedang menyaksikan detik-detik kehidupan bermulai’

Setelah melewati pabrik mereka berdua melewati lorong yang gelap perlahan cahaya mulai bersinar terang di lorong tersebut dan menjadi penghubung ke siklus Fana.

Mereka bertiga pun telah sampai di orbit pencitraan dan sedang menunggu di ruang berbintang “di sini kita bisa bernafas” tanya Arif ke S3.

“lorong tersebut masih terhubung ke Donya roh, jadi indra pernafasan masih berfungsi”  ucap Vivien kepada Arif.

Kemudian orbit tersebut berputar dengan cepat namun mereka bertiga tidak terkena dampaknya lalu muncullah secercah cahaya mendekat ke mereka bertiga, dan perlahan berwujud sebagai manusia.

“siapa yang mengizinkan kalian kemari” cakap sang kehidupan ke mereka bertiga

Vivien pun maju perlahan dan berkata “hamba hanyalah mengantarkan teman hamba yang mungkin sudah di kenal oleh pakanira”

S3 pun membuka kudung jubahnya dan berkata “salam kenal pakanira sang kehidupan masih kah pakanira mengenal kawula”

“dari mana pakanira berasal”

“kawula berasal dari Fana lebih tepatnya kawula adalah  manusia nami kawula ialah S3 kawula salah satu dari SD” (SD : Star Devil)

“oh... SD ya, apa yang pakanira inginkan dari kawula”

 “mohon izin pakanira, niki murid kawula”

Arif yang tidak memahami Bahasa yang di ucapkan oleh S3, menggunakan Bahasa normal dan sopan

“nama saya Arif saya muridnya S3 saya berharap sang kehidupan memberikan izin saya menggunakan kehidupan”

Sang kehidupan pun menghampiri Arif dan menggenggam tangan Arif lalu melempar Arif ke atas.

“agihkan kepadaku….” lalu terbang ke atas menyusul Arif dan melewatinya.

“kita harus apa” ujar S3

“ya di tunggu”

“lama tidak”

“kamu dulu bagaimana”

“lupa”

Di atas langit sang kehidupan melewati Arif dengan mendahuluinya.

Arif pun merasakan pusing dengan kecepatan yang begitu cepat.

Bersambung…


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search