Perebutan takhta, peperangan antar wilayah inilah manusia, berapa
kalipun kalian tetap membela kalian tetaplah kesalahan karena………………………………………………
Kalian sudah berani melakukan kesalahan sejak awal kalian tercipta,
berawal saat manusia pertama secara tidak sadar menentang perintah, dan
berlanjut ke manusia ke dua secara langsung menentang perintah, tapi
mengapa…………………..
Pencipta masih memaafkan kalian dengan memberikan kesempatan
ke sekian kalinya untuk kalian, seharusnya kalian sadar dan
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menebus kesalahan kalian tetapi mengapa
kalian masih tidak sadar atau mengakui bahwa itu kesalahan kalian sejak 2
manusia pertama di turunkan hingga sekarang……………………………………………………………….
Setelah terlempar cukup jauh ke atas sang kehidupan menangkap dengan
memegang leher Arif, mereka berdua pun berjalan di atas awan hingga ke tepi
awan hitam dan berdiam di depan awan tersebut.
“duduklah sahaya akan menyaksikan segala hal yang telah terjadi secara
berjenjang” Arif mengikuti perkataannya untuk menghindari kesalahan.
Awan hitam tersebut menggumpal dan membukakan kejadian secara bertahap
dan berikut kejadian tersebut.
Pertama awal terciptanya manusia, dan perlahan mereka berbuat
kesalahan lalu di turunkan ke Arda(bumi).
Kedua mereka terpisah di tempat yang berbeda, kondisi Arda Waktu itu
sangat lah tidak memungkinkan, perjalanan mereka di mulai.
Ketiga terdengar mustahil bagi manusia yang sekarang untuk berjalan
karena adanya lautan yang menghalangi, tapi pada Waktu itu seluruh benua
menyatu tanpa ada halangan apa pun, dan Waktulah yang menjadi halangan mereka.
“bagaimana menurut pakanira setelah melihat ini semua”
“menurut saya ini semua hanyalah kesalahpahaman karena manusia sudah
terbukti pasti akan melakukan kesalahan”
“begitukah menurut pakanira”
“iya, jika saja manusia bukanlah bentuk
kesempurnaan ini pasti tidak akan terjadi”
“bukanya karena sahih, manusia bisa melakukan
banyak hal”
“tidak, karena kesempurnaan itu yang membuat
manusia menjadi tidak sempurna”
Mendengar tutur kata dari Arif sang
kehidupan melempar Arif ke atas dan
tebang perlahan mendahului Arif.
Lalu menunggu Arif, dan menangkap Arif sang
kehidupan pun membawa Arif berjalan di atas awan mengarah ke awan senja.
Dan meminta Arif untuk duduk sembari menatap
cuplikan siklus.
muncullah seorang manusia yang bangun di pagi
hari yang sedang pergi ke hutan lalu memotong batang kayu secara bertahan
hingga potongan 5 ia menghentikannya dan kembali pulang lalu menjual kayu
tersebut.
Keesokan harinya ia melakukan hal yang sama
hingga tersisa beberapa pohon di desa, lalu sang kehidupan memperlihatkan
takdir membuat bencana bagi orang tersebut yang membuatnya tertimbun batang
pohon dan mati.
“menurut pakanira apakah hal yang di lakukan
takdir itu kesalahan”
“dia membunuh manusia, sudah jelas ia melakukan
kesalahan” ujar Arif dengan rasa kesal.
Sang kehidupan pun tersenyum dan memutar
ulang dengan menghilangkan takdir, saat
seorang tersebut memotong semua pepohonan yang berada di sana.
Hujan pun tiba tanah mulai menjadi kotor dan
berlumpur perlahan tanah mulai gusar dan longsor pun terjadi, luap sungai mulai
naik banjir bandang pun tiba menewaskan satu desa.
Sang kehidupan pun menghentikan tayangan tersebut
dan bertanya kepada Arif
“kalau begini siapa yang harus bertanggung jawab,
diakah si pemotong kayu, atau takdir”
Arif pun kebingungan untuk berkata, sang
kehidupan pun berkata
“semua yang dilakukan oleh kami para sang sudah
menjadi pilihan terbaik, jadi jika kalian merasa tidak terima dengan pilihan
yang kami berikan janganlah menuntut buatlah pilihan kalian sendiri”
Sang kehidupan memutar kembali tayangan tersebut,
dengan menewaskan si pemotong kayu, para warga menemukannya dan menguburkannya.
Beberapa hari kemudian saat banjir tiba, air yang
meluap berhasil di serap oleh pepohonan dan perlahan air mulai surut yang hanya
melanda sebagian warga.
Arif yang melihat kejadian tersebut meminta maaf
karena merasa tahu diri, dan menyesali perbuatannya.
Sang kehidupan pun melempar Arif ke atas dan tebang
perlahan mendahului Arif.
Lalu menunggu Arif, untuk menangkapnya, sang
kehidupan pun membawa Arif berjalan di atas awan mengarah ke awan hitam.
Sembari berjalan sang kehidupannya bertanya “apa
kesanmu melihat ribuan jiwa minta tolong kepadamu saat di Alam baka”
Arif terkejut mendengar ucapan sang kehidupan
yang mengetahui bahwa Arif telah berada di Alam baka.
“takut dan kasihan”
“lalu saat di the Portal, apakah pakanira bertemu
dengan Sountor”
“iya, aku pikir mau di makan olehnya”
“jika masih hidup pasti akan di makan olehnya”
“maksudnya hidup”
“pakanira kan sudah wafat”
Sontak Arif mengingat saat S3 menusuk pedang ke
dada Arif.
“dia pasti kesulitan menghadapi ujian dengan sang
kehidupan”
“kenapa” tanya S3
“masa kamu lupa, dia kan sudah mati, saat kamu
tusuk dengan pedangku”
“bukanya kamu hidupkan”
“mana mungkin bisa aku, aku hanya memberi dia
penahan rasa sakit”
“celaka dia” ujar S3.
“pantas Sountor tidak memakanku”
“asal pakanira tahu kawula tidak akan mengizinkan kepada kematian”
“jadi mengapa aku harus melakukan ujian ini”
“kawula akan memberi kesempatan yaitu dengan
menghidupkan pakanira sendiri”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : Sang Kehidupan ~ ]
{ ~ Umur : N\A ~ }
{ ~ Status : berada ~ }
{ ~ Kekuatan : menghidupkan ~ }
{ ~ tugas : menyeleksi siapa yang tidak layak hidup ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
berjalan di atas awan mengarah ke awan hitam,
sesampai di sana sang kehidupan meminta Arif untuk duduk, cuplikan potongan
kehidupan pun di tayangkan.
Namun yang di lihat oleh Arif hanya kekosongan.
“kenapa tidak muncul ya” ujar Arif
“karena kamulah yang akan di lihat”
Tempat Arif duduk pun perlahan menipis dan Arif
pun terjatuh ke bawah.
Aaaaaaarrrghhhhhhh!!!!! Teriak Arif di tengah
udara, lalu muncullah sebuah ide untuk menggunakan Waktu dan memperlambat jatuh
nya Arif namun karena kurangnya pengetahuan tentang Waktu, Arif pun terjebak ke
arus Waktu dan terlempar di era nya Vilan jauh lebih tepatnya setelah perang
dunia Alam ke 2
saat Nagisa sedang berusaha mencari keberadaan
Mahaguru .
Sang kehidupan yang sedang melihat Arif terkejut
“pakanira
bisa menggunakan Waktu, atraktif” ujar Sang kehidupan yang kagum akan aksi Arif,
yang mempersulit dirinya.
Arif pun terjatuh terombang-ambing dan terikat dalam
dedaunan, Arif pun berusaha keluar dari ikatan daun tersebut dan melihat
keadaan sekitar
“apa yang terjadi kenapa tempat ini terlihat hancur
seperti ini”
Arif pun berjalan melewati puing-puing namun
jalan untuk menyeberangi sungai telah tertutup arus sungai lebat, Arif pun
memutuskan untuk menggunakan elemen anginnya dan terbang melalui udara.
Dari kejauhan Mahaguru melihat Arif yang sedang
terbang melintasi, Arif pun melihatnya juga lalu menghampirinya untuk bertanya
mengenai kejadian yang telah terjadi di tempat ini.
Namun Arif tidak mengerti bahasa yang digunakan
oleh Mahaguru, tapi Mahaguru menyadari bahwa Arif bukan berasal dari masa
sekarang di lihat dari pakaian dan luka dadanya, Mahaguru pun menggunakan
bahasa isyarat gerakan untuk meminta Arif pergi dengannya.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan tempat
tersebut, seiring perjalanan mereka, mereka pun saling memahami dan bisa bercakap
dengan bahasa isyarat tersebut, Arif pun menjelaskan kejadian yang menimpanya.
Mahaguru pun kesulitan untuk memahami Arif yang berkata
bahwa dirinya berasal dari masa depan dan terbawa arus ke masa lalu, hingga
berada ke masa sekarang.
Bersambung....
Posting Komentar