Sesampai di tepi pasir hitam berkilau mereka pun masuk ke dalam.
Semakin dalam mereka masuk jalan pun semakin sempit, tumpukkan
tengkorak menjadi membuat suasana mencekam, dan terlihatlah jembatan
penyeberangan di bawah jembatan tersebut terdapat para manusia beserta makhluk
lain yang meminta tolong.
Setelah melewati jembatan, kami menuruni tangga dan di bawah kami di
sambut dengan anjing berkepala tiga Raksasa, seakan menunggu kami.
Kami pun terkejut melihat anjing tersebut, lalu muncullah sebuah
cahaya dari dalam, bergerak menuju kami.
“Selamat datang di DeadHell, siksaan apa yang kalian inginkan”
“kami ingin bertemu sang kematian” ujar Vivien
“mengapa tidak ke Altarisk” si cahaya tersebut pun berubah wujud
menjadi manusia lelaki tua.
“karena di Altarisk dia tidak ada” ujar S3
“Bagaimana kau bisa mengetahui, padahal manusia seperti kalian belum
pernah ke Altarisk”
“Sang Waktu bilang ke padaku”
“Waktu ya, piuu...(meludah) dia sukanya ikut campur, bagaimana jika
aku bilang tidak ada”
“kami akan menunggunya di sini” ujar Vivien
“dan bagaimana jika aku tidak mengizinkan kalian berada di sini,
Cerberus!!!”
Si anjing kepala tiga menggonggong kepada kami, dan menyudutkan kami,
ke perapian, dan di dalam perapian terdapat para manusia meminta tolong.
S3 pun langsung mematikan api perapian tersebut, dan berkata “aku
tidak ingin ribut di sini, aku hanya ingin bertemu dengan nya”
“Tidak ada manusia yang bisa mematikan bara api Naraka, siapa kau”
“Salah satu dari pewaris SD”
ujar S3
“oh.. ternyata kita kedatangan tamu, yaa” berjalan dengan memberi
aba-aba kepada Cerberus untuk mundur.
Dia pun meminta kepada kami bertiga untuk duduk, tapi Vivien melarang
kami, dia pun menepuk tangannya, dan beradalah kami di Altarisk, altar para
sang berada.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : S3~ ]
{ ~ Umur : 18th ~ }
{ ~ Status : hidup pada masanya
~ }
{ ~ Kekuatan : ReBorn ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dia pun membawa kami pergi ke sebuah taman di Altarisk, pemandangan
tampak indah dan menawan, berbeda jauh dengan suasana di deadhell.
“ada perlu apa denganku”
“jadi dia sang kematian” ujar Arif
“iya, aku adalah sang kematian”
“ini muridku, aku telah mengajari dia dasar-dasar dari kehidupan dan
kematian, aku memohon dengan segala hormat, izinkan dia untuk mengetahui
kematian itu seperti apa”
“dia sudah mati sebanyak 2x” ujar Vivien
“baiklah, tapi jangan salahkan aku jika dia tidak kembali”
“apa yang terjadi kalau muridku tidak kembali”
“sederhananya dia tidak layak untuk hidup dan mati”
Sang kematian pun membawa Arif pergi ke tempat lain, dan menepukkan
tangannya untuk mengembalikan S3 dan Vivien ke Deadhell
“kalian tunggu di sana saja” ujar sang kematian
Di Deadhell S3 pun marah-marah, karena di suruh menunggu di tempat
yang mengerikan.
Vivien pun menetralkan sofa untuk bisa di duduki.
Sesampai di medan perang pasukan S3 telah terkikis banyak, ribuan
prajurit telah gugur, jendral merasa menyesal terlambat untuk kembali.
Merasakan rintihan dan ketakutan yang di derita oleh para pasukan, S4
pun mengambil tindakan dengan menghentikan gerakan pasukan lawan.
D5 pun segera membakar ribuan pasukan lawan dari udara, Waktu pun
kembali berjalan, tapi pasukan lawan kembali bangkit, dan kulit mereka
mengelupas secara perlahan dan tersisalah tulang belulang yang menyerbu.
“mereka sudah bukan manusia” ujar D3 yang merasa gelisa.
“jendral !, tarik pasukan kembali!...” dengan lantang dari udara.
Jendral segera menyusuri medan perang dengan kudanya untuk mengumumkan
kemunduran.
“kisanak ini bukan perang biasa lagi, Perang Donya ke 2 ini harus
segera di selesaikan”
Pengumuman mundur menyebar dengan cepat, D3 dan D5 berusaha
memperlambat para Skeleton sedangkan S4 berusaha mengobati para pasukan yang tersisa.
Di deadhell S3 pun marah-marah, karena di suruh menunggu di tempat
yang mengerikan.
Vivien pun menetralkan sofa untuk bisa di duduki.
S3 berkeliling tempat tersebut dengan Vivien.
Mereka berdua menemukan ruang penjara, dan melihat keroposnya suatu
kehidupan.
“apa benar sang kehidupan dan sang kematian bermusuhan” ujar Vivien
“tidak tahu aku, tapi sifat mereka berlawanan”
Melewati altar penentuan Arif berpapasan dengan sang takdir, sang
takdir merasa kenal dengan Arif, ia pun menghentikan Arif, lalu berubah wujud
menjadi manusia,
“ada perlu apa dengannya”
“kamu yang Waktu itu sama Waktu kan”
“iya..” dengan ragu, sang kematian pun menariknya, dan kembali
berjalan.
Sesampai di tempat yang di tujuh yaitu jalur pemisah sang kematian pun melempar Arif
ke sebuah Portal, dan berkata “cari tengkorak itu dan bawa kepadaku”
Arif pun terputar-putar dalam Portal dan sampailah di mana kumpulan Portal
berada yaitu the Portal, Arif pun berjalan mencari sebuah tengkorak, tapi para Sountor
yang berkeliling menyerbu Arif, Arif segera berlari, tapi dengan cepat Sountor
menangkapnya Arif pun terkejut melihat wujud Sountor, Sountor pun menghirup
jiwanya Arif, tapi Sountor tersebut melemas dan mengering.
Arif pun terjatuh ke bawah dan di bawah tempat the Portal terdapat
lubang hitam dan lubang putih yang menanti.
Arif pun menggunakan elemen
anginnya untuk berayun ke tepian the Portal, dan mencari tengkorak tersebut,
para Sountor, terlihat gelisa dan mundur secara perlahan.
Arif pun menyeberangi jembatan tersebut lalu bertemu dengan Sheeva
yang sedang membawa tombaknya untuk menghalangi Arif di jembatan tersebut.
Sheeva pun menghantamkan tombaknya ke jembatan tersebut, papan kayu
pun yang menjadi pijakan di hancur kan secara bertahap.
Di satu sisi Sheeva lain menghadang, Arif pun terkepung di jembatan
tersebut.
Sedikit demi sedikit papan pijakan perlahan habis, Sheeva pun perlahan
maju untuk menjatuhkan Arif ke di bawah yang terdapat lubang hitam dan putih
sedang menanti.
Karena merasa tersudut kan Arif
pun memutuskan untuk menyerang salah satu dari mereka, saat Sheeva yang di
depan membanting tombaknya dengan keras, dan Sheva belakang hendak menusuk,
datanglah seorang manusia dari sisi kanan jembatan, memotong salah satu ikatan
dan membuat jembatan terombang-ambing, Arif pun memanfaatkan dengan menjadikan
tombak Sheeva depan dan melompat ke seberang, seorang tersebut pun memotong
jembatan tersebut.
“terima kasih sudah membantu” ia pun memberi salam dengan menundukkan
kepalanya sembari berkata “senang bertemu denganmu” mendengar ucapan wanita
tersebut Arif merasa heran akan sikapnya seakan dia telah menunggu Arif.
Si wanita ini pun mengajak Arif ke salah satu Portal di dekat tempat
tersebut dan memasukinya, sesampai di dalam Portal tersebut si wanita tersebut
mengambil sebuah bintang dan menciptakan 2 bangku dan satu meja, ia pun meminta
Arif untuk duduk, Arif pun mengikuti arahan si wanita, lalu datanglah seekor
kucing perempuan yang begitu menawan melompat ke pangkuan si wanita tersebut.
“aku penjaga Donya the Portal ini, tenang saja aku akan membantu mu”
ujar si wanita tersebut sembari mengelus-elus kucing tersebut.
( NOTE : Donya = Dunia )
“aku mencari Portal yang bertulang, bisakah kau membantu” ujar Arif
sembari menatap langit-langit semesta yang berkilau.
“Portal itu ya... bisa akan kuantarkan kamu ke sana” ujar wanita
tersebut
Arif pun menanyainya maksud membawa dirinya ke tempat seperti ini
“memangnya salah aku mengundangmu ke tempatku, sedangkan dirimu
seenaknya masuk ke tempatku tanpa izin dariku” mendengar ucapan wanita tersebut
Arif pun merasa bersalah.
“kalau itu aku minta maaf, bisakah aku segera pergi dari sini”
beranjak dari tempat duduk dan menuju ke Portal, tiba-tiba Portal ini tertutup
mengecil, Arif pun menoleh ke si wanita tersebut, ia pun beranjak berdiri dan
menghampiri Arif
“kenapa harus buru-buru, aku kan sudah bilang aku penjaga the Portal,
jadi semua Portal di sini berada di bawah kendaliku” tersenyum dengan sinis
“apa yang kau ingin kan dariku” ujar Arif yang mulai curiga dengan si
wanita tersebut.
“kerja sama” Arif pun merasa bingung dengan jawaban yang di lontarkan
oleh dia.
“maksudmu, kerja sama dalam apa” ujar Arif yang berusaha memancing si
wanita tersebut untuk berbicara.
“semuanya, aku kubantu kau dalam banyak hal, juga mendapatkan izin
keluar masuk Donya the Portal ini” mendengar tawaran yang begitu mewah, Arif
merasa kesulitan untuk menolaknya.
“lalu apa yang harus aku lakukan” ujar Arif yang berusaha menghindari
pertarungan.
“membantuku jika aku dalam bahaya, dan menjaga kucing ini” sembari
mengangkat kucing tersebut.
“untuk tawaran pertama aku bisa memahami tapi menjaga kucing itu” Arif
pun mulai ragu dengan kesepakatan ini.
“ya kucing ini adalah putriku, dan aku tidak bisa bertahan sendiri”
“dari apa ?” Arif pun merasakan bau pertikaian.
“hal yang tidak patut kau ketahui”
“bagaimana cara membuat kepercayaan kita”
“datanglah kesini setiap aku memanggilmu dengan Portal ini”
“oh begitu, jadi dengan berjalannya Waktu kita bisa terbuka begitu”
“mungkin bisa di bilang begitu” Arif pun menyetujui kesepakatan
tersebut dan si wanita tersebut membuka kembali Portal tersebut dengan jarinya.
Mereka berdua pun kembali ke the Portal, si wanita tersebut pun
membawaku ke Portal belulang “ini Portal yang kau cari”
“terima kasih, oh iya namamu siapa ?”
“aku tidak punya nama”
“baiklah.. aku Arif, terima kasih atas bantuannya” sembari memasuki Portal
tersebut.
Sesampai di luar Portal Arif pun bertemu dengan S3 dan Vivien, mereka
berdua pun terkejut melihat kedatangan Arif, karena mereka mengira Arif adalah
lawan.
Lalu muncullah sang kematian yang tertawa keras “lumayan cukup hebat,
berhasil bertahan dari Donya itu” S3 pun penasaran Arif datang dari mana
Sang kematian pun berkata “tempat pertemuan dan perpisahan, di mana ribuan
Sountor berada” Vivien pun terkejut mendengar kata Sountor.
S3 pun bertanya ke Vivien tentang apa itu Sountor, Vivien pun
menjelaskan “bahwa Sountor adalah makhluk pelahap jiwa, tapi bukan sekedar jiwa
bahkan keberadaan pun akan di lahap olehnya” S3 pun marah ke sang kematian
karena membahayakan Arif, lalu datanglah salah satu bawahannya sang kematian
yaitu Grim yang sedang membawa sabit sebagai senjata pencabut nyawa.
“aku perintahkan kau berada di sekitarnya, aku telah memberi izin dia untuk
menggunakan kematian” ujar sang kematian dengan mudahnya memberikan izin.
“tunggu aku dilempar ke the Portal hanya untuk di serang oleh Sountor”
ujar Arif yang merasa bingung
“iya kenapa memang ngak suka dengan caraku” ujar sang kematian.
“bukan seperti itu maksudku, hanya saja aku tidak puas dengan ujian
ini”
“jadi kurang begitu, kenapa ngak bilang” mencoba untuk memancing Arif
“oh ngak sudah cukup” Grim pun berpindah ke sebelah Arif dan memudar
secara perlahan, mereka bertiga pun pamit dan kembali ke Donya roh.
Bersambung...
Posting Komentar