Karena kesulitan untuk memahami bahasa dan
kondisi dirinya, Arif memutuskan untuk mengikuti perjalanan Mahaguru.
Sesampai di desa terdekat Arif melihat beberapa
warga di sana sangat menghormati Mahaguru, seperti memberikan beberapa
buah-buahan kepadanya.
Arif pun berpikir bahwa Mahaguru bukanlah orang
biasa, usai bertemu dengan kepala desa, kami pergi melanjutkan perjalanannya,
ia juga memberiku beberapa buah miliknya, aku pun tanpa rasa sungkan menerima
pemberiannya.
“kita mau ke mana” ujar Arif sembari memberikan
aba-aba.
Mahaguru pun menunjuk arah ke sebuah perbukitan.
Sesampai di sana kami menemukan sebuah gua, dan
memasukinya lalu membuat api unggun untuk berteduh, seketika hujan mengguyur
tempat tersebut.
Arif pun sempat berpikir ‘apakah ia mengetahui
bahwa hujan akan turun.’
Arif pun menunjukkan caranya membuat api dengan
menjentikkan jarinya sembari membuat tiupan dari mulutnya untuk menciptakan
sepercik api kecil di tumpukan dahan, namun hal tersebut membuat Arif heran
akan reaksi Mahaguru yang biasa saja, ‘apakah hal yang biasa bagi warga sekitar
mempunyai elemen seperti ini’ ucapnya dalam hati.
Mahaguru memutuskan untuk bermalam di gua
tersebut, esoknya saat Arif terbangun ia tidak melihat keberadaan Mahaguru.
Arif pun mencarinya dengan mengitari sekitar gua
tersebut namun tidak menemukannya hingga ia berputus asa untuk mencarinya dan
kembali ke gua tersebut, ia pun terkejut melihat adanya Mahaguru di dalam gua
tersebut.
“tadi ke mana, saat aku bangun” ujar Arif yang
kesulitan mengucap
“mencari makanan” Mahaguru memintaku untuk menjulurkan
tangan, dan memberiku beberapa buah-buahan.
Usai memakan buah-buahan kami melanjutkan
perjalanan ke desa terdekat.
Sebulan telah berlalu, Arif telah menguasai tata
bahasa yang digunakan oleh penduduk sekitar.
Sempat ia berpikir saat berada bersama S3 dan
lainnya kenapa ia tidak kesulitan untuk berbicara, walaupun perbedaan zamannya
sangatlah jauh.
Sesampai di desa terdekat kami bermukim di
penginapan dan mendiami desa tersebut selama beberapa hari.
Karena Mahaguru merasa Arif telah memahami tata
bahasa, ia pun bertanya kepada Arif “bagaimana dirinya bisa sampai di sini”
Sepanjang malam Arif bercerita mengenai tibanya
pada era masa lalu dan kesehariannya dengan S3 juga lainnya.
“terdengar mustahilnya ya, ceritaku ini”
“apakah menurutmu itu mustahil”
“tidak sih, tapi mana mungkin ada manusia yang
bisa melakukan hal seperti itu”
“jujur ya, aku percaya apa yang Anda katakan,
sepanjang sejarah yang aku ku tahu sama persis seperti yang Anda ceritakan, dan
Anda Waktu juga sudah membuktikan seperti membuat api di gua”
“sebenarnya sejak dulu, aku selalu ingin bertanya
apakah wajar orang disini menggunakan elemen seperti itu”
“jika itu adalah kewajaran pasti kami tidak akan
mempunyai krisis seperti ini”
“begitu ya”
Esoknya kami pergi meninggalkan desa tersebut dan
melanjutkan perjalanan kami.
“aku sempat berpikir Mahaguru bisa mengenal D3
itu dari mana”
“saat penyerahan buku sakti, apakah kamu tahu
tentang buku sakti”
“tidak, buku apa itu”
“di dunia ada 10 buku terlarang dan itu harus di
lindungi”
“jadi D3 bertugas melindungi salah satu buku itu”
“iya, tapi sekarang buku itu berada di adik
muridnya”
“kenapa buku tersebut di sebut terlarang” Arif
pun terjatuh karena tingkahnya saat melompati bebatuan di sungai.
“sini, untuk sekarang aku tidak bisa
menjelaskannya, tapi suatu saat nanti mungkin Anda bakal tahu dengan
sendirinya” sembari menjulur kan tangan untuk membantu Arif berdiri.
Karena baju Arif basah, Mahaguru menghentikan
perjalanannya sembari beristirahat juga mengeringkan baju Arif.
Mereka berdua saling mengakrabkan diri sembari
menunggu baju Arif kering.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : Mahaguru ~ ]
{ ~ Umur : N/A ~ }
{ ~ Status : berada ~ }
{ ~ Kekuatan : Bela Diri Marwah dan lain-lain ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Karena hari semakin petang, mereka berdua
melanjutkan perjalanan, Arif pun merasakan perbedaan, biasanya dikala malam
mereka berdua beristirahat.
Namun kali ini mereka melanjutkan perjalanannya.
Saat mereka melewati hutan-hutan yang gelap
menjulang, Arif merasakan kehadiran sesuatu yang mendekat.
“apakah Mahaguru merasakannya” ia pun berbisik
kepada Arif untuk berhati-hati.
Angin pun mulai melawan arah arus dengan kencang,
perlahan bulu kuduk Arif mulai berdiri, Arif merasa merinding.
Kesunyian menutupi suasana malam, lalu dengan
cepat lewatlah barakuda yang berjumlah banyak berenang melintasi mereka berdua,
saat itu juga Mahaguru langsung melompat sembari menarik tanganku.
Aku terkejut dan bertanya “makhluk apa itu,
ikan?” ujar Arif yang kebingungan lalu menggunakan elemen anginnya untuk
berpijak, Mahaguru pun melepaskan tangannya, sembari menunggu rombongan
barakuda berlalu lalang.
“itu roh penasaran dan itu hanya sebagian,
sebentar lagi datanglah yang jauh lebih berbahaya” ujar Mahaguru berbicara
serius.
Usai ikan tersebut berlalu lalang, mendaratlah
mereka berdua, Mahaguru pun memintaku untuk berlari dengan cepat.
“desa terdekat sudah dekat, cepat lari!”
Arif pun mendengar suara roda yang semakin
mendekat, saat itu juga aku di dorong ke samping kiri oleh Mahaguru, lalu
berhentilah Sado tersebut, muncullah puluhan orang bebal dari sado tersebut.
Lalu datanglah sado lain dari belakang dan
berhenti di belakang kami, semua arah kami di hadang oleh sado, dan ribuan
orang bebal mengepung kami.
Arif pun menggunakan elemen apinya ke sado dan
orang bebal tersebut, saat melakukan pembakaran pun mereka tidaklah terbakar.
“kenapa tidak terbakar”
“karena mereka tidaklah hidup”
Perlahan orang bebal ini mendekat lalu menyerang Arif,
Mahaguru pun melempar Arif menjauh lalu menghadapkan kan telapaknya ke hadapan
orang bebal tersebut dan mengalirkan energi Marwah ke telapak tangannya dengan
cepat beberapa orang bebal terlempar jauh.
“wiuh, apa itu”
“tapakkan, aku gunakan energi Alam lalu aku buang
melalui telapak tanganku”
Serangan dari belakang berhasil di hindari,
perlahan Mahaguru menghindari lalu membanting orang bebal tersebut, 2 orang
bebal tersebut menyerang balik dengan senjata pedang berkarat lalu Mahaguru
menangkisnya sembari memotong dengan bilah telapak tangannya.
Namun tidak cukup sampai di situ, serangan lain
telah berdatang, semakin menghindar, semakin tersudut kan, Mahaguru pun
kesulitan untuk bergerak ia pun memutuskan untuk melompat dan menggunakan
tapakkan ke bawah, sontak beberapa orang bebal terpental menjauh, ia pun
berlari ke depan membuka jalan sembari menebas orang bebal yang menghalangi
jalan dengan tepiannya.
“ikuti aku, gunakan elemenmu” ujar Mahaguru
sembari menebas dan berlari.
Beberapa orang bebal berusaha mengejarnya tapi
karena cepatnya pergerakan mereka berdua, dan lambatnya orang bebal, kesulitan
untuk mengejar, saat Arif menoleh ke belakang, ia tidak melihat orang bebal
yang mengejar mereka, desa pun terlihat dari kejauhan, mereka pun menghentikan
pelarian, dan memulai jalan kembali, tapi dengan cepat pacuan kuda sembari
membawa sabit berusaha menebas Arif, dengan sigap Arif segera melompat sebelum
tebasan mengenainya, lalu Mahaguru melakukan Tarikkan dan membuat orang bebal
tersebut terjatuh dari kuda tersebut, saat tebasan hampir mengenai Mahaguru,
lengan orang bebal tersebut telah terputus, lalu Mahaguru memotong kepala orang
bebal tersebut, perlahan orang bebal tersebut menjadi asap yang melayang dan
menghilang secara perlahan, tapi tidak cukup sampai di sini, datanglah pacuan
lain dengan tebasannya dan melukai Arif, dengan cepat Mahaguru melakukan Tarikkan
kepada Arif, sembari melihat luka yang di timpa Arif, lalu melompat menggunakan
pijakan udara, dan menarik orang bebal tersebut ke atas, lalu memotong menjadi
beberapa bagian dan perlahan berubah wujud menjadi asap dan perlahan
menghilang, saat itu juga Mahaguru melihat beberapa pacuan lain yang mendekat,
dengan cepat mengumpulkan Marwah di kakinya lalu menjatuhkan pacuan tersebut
dengan menendang kepala pacuan tersebut dan membuatnya terjatuh dari kuda,
Mahaguru pun juga melakukan menghantamkan 2 lengannya di kedua kepala pacuan
tersebut hingga membuatnya terjatuh dari kudanya lalu menjegal 2 kuda yang
berusaha melewatinya, hingga membuat 2 pacuan terjatuh, namun ada 1 pacuan yang
berhasil terlewatkan saat Mahaguru menoleh ke pacuan yang mendekati Arif, ia
pun menggunakan Tarikkan dan membuat orang bebal tersebut tertarik menuju
tempat Mahaguru berpijak.
Perlahan Mahaguru menarik nafas lalu menggunakan
tepian untuk memotong 2 kepala orang bebal di depannya dengan 2 tebasan dari
kanan dan kiri, lalu menjegal 2 orang
bebal yang di sebelahnya dengan memotong
kepala mereka saat mereka terjatuh, saat 2 orang bebal yang berada di
belakangnya mengarah ke Mahaguru juga orang bebal yang bergerak mundur akibat Tarikkan,
di saat bersamaan 2 orang bebal tersebut tertebas dengan cepat sekali tebasan
lalu membuang nafasnya, itu semua di lakukan dalam sekali tarikan nafas.
Arif yang berada dari kejauhan melihat aksi
Mahaguru begitu takjub, Mahaguru pun menghampiri Arif dan melakukan pemunduran
pada luka yang berada di pinggang Arif, saat itu juga luka tersebut tertutup
secara perlahan “apa yang Mahaguru lakukan padaku”
“aku hanya memundurkan siklus Waktu yang berada
di pinggang, untuk membuat membatalkan luka yang akan terjadi, dan terjadi di
pohon itu”
“jadi Waktu pinggangku terluka di pindahkan ke
pohon itu” sembari menunjuk pohon tersebut.
“iya, kenapa”
“tolong ajari aku, semua yang Mahaguru kuasai”
“untuk bela diri mungkin bisa tapi kalau Waktu
itu...”
“aku menguasai kematian dan Waktu”
“bagaimana bisa” kejutnya Mahaguru mendengar
ucapan Arif.
Bersambung....
Posting Komentar