Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Selasa, 10 November 2020

[Season 2] Eps 29 : Perpisahan



(Altarisk)

“Bagaimana menurutmu mengenai dia” sembari melihat cuplikan kehidupan manusia, ucap sang takdir.

Datanglah sang kehidupan dengan wujud manusia memasuki Aula Altarisk.

“sedari dulu aku penasaran dengan caramu memilih siapa yang layak hidup”

Ucap Sang Kematian terhadap Sang Kehidupan.

“bagaimana menurut kalian mengenai bocah itu” ucap sang kehidupan kepada semua para sang yang berada di Altarisk, lalu melirik ke Vilan.

“apakah itu tindakan yang di beNarakan” ucap Vilan yang merasa iba.

“lagi pula dia tidak merasakan penderitaan” ucap Sang Takdir.

“dia bukan tidak merasakan, tapi dia tidak memperlihatkannya”

“bagaimana jika buktikan pada bocah itu, untuk menentukan posisinya” ucap Sang Penentu sembari memegang bahu Vilan.

Para Sang lainnya sepakat dan saling menebak siklus yang akan terjadi pada bocah tersebut, namun Vilan merasa kesal melihat tindakan para Sang ia pun memutuskan untuk membela Bocah tersebut di kemudian hari.

(Arda-Bumi)

Sebelumnya Arif menanyai Mahaguru mengenai tugas dirinya sebagai D7, namun Mahaguru tidak menjawabnya, Arif pun menanyai hal lain pada Mahaguru.

“baiklah jika tidak di jawab, akan kucari tahu sendiri, tapi bagaimana bisa buku sakti tersebut bisa memperlihatkan segala yang terjadi.”

“karena yang membuat buku tersebutlah yang menulisnya berdasarkan apa yang ia ketahui” ucap mahaguru, Arif pun kebingungan mengenai apa yang di ucapkan oleh Mahaguru.

Badai angin pun mereda, mereka pun memutuskan untuk beristirahat seraya menunggu hari esok.

 

Usai menemui Pak Rex Nagisa pergi ke ruang bawah untuk mencari buku tersebut, namun ia di pertemukan dengan penjaga tersebut.

Nagisa pun mengatakan alasannya dengan jujur, lalu si penjaga tersebut meminta Nagisa untuk diam sejenak, usai pemeriksaan melalui penglihatan Nagisa mengambil buku tersebut, namun si penjaga melarang membawa buku tersebut, Nagisa pun membacanya di sana, namun setiap halamannya tidak tertuliskan apa pun ia pun mencoba bertanya kepada penjaga mengenai isi dari buku tersebut, namun tidak ada reaksi, Nagisa pun meletakan buku tersebut lalu pergi menemui Pak Rex dan menanyainya.

“jika memang terlihat tidak ada tulisan, berarti Anda bukanlah yang terpilih oleh buku tersebut.”

“lalu siapa yang terpilih”

“D3 dan D6 terpilih oleh buku tersebut”

“bagaimana bisa kakakku terpilih oleh buku tersebut, bagaimana dengan Anda”

“aku tidak terpilih juga, setahuku buku tersebut yang memilih siapa pemiliknya”

Nagisa pun pergi ke ruangannya dan berpikir “jika bukan laki-laki, apa yang membuatnya terpilih” dengan berjalan ke sana kemari.

 

Esok harinya Arif memulai latihannya dengan Mahaguru berawal dari menguasai Ilmu bela diri Tapakkan, Tepian, dan Silat mata.

Lalu berlanjut memperdalam pemahaman jiwa dan keberadaan.

Setelah itu iya meningkatkan kekuatan elemennya secara sendiri kadang ia juga bertarung dengan mahaguru sebagai uji coba kekuatan barunya.

5 tahun telah berlalu Arif telah menguasai segala hal yang bisa di ajarkan oleh Mahaguru.

Sementara itu Nagisa telah memutuskan untuk mencari kembali Mahaguru yang sempat tertunda.

“aku pergi dulu, aku titipkan Akademi kepadamu”

“iya, hati-hati” ucap Pak Rex.

Dengan letih karena lemparan Mahaguru Arif meminta istirahat sejenak.

“ini”

“apa ini” Arif pun membukanya.

“minumlah itu untuk menjaga tubuhmu jika suatu saat kekuatanmu melebihi batas tubuhmu”

“terima kasih”

“ada hal terakhir yang akanku ajarkan kepadamu”

“baiklah, mari kita mulai”

“tapi apa kamu siap mati demiku”

“maksudnya, risikonya kematian.”

“tidak kamu akan kubunuh”

“boleh saja”

“apa kamu tidak keberatan untuk mati”

“aku sudah mati sebanyak 3x”

“gila kamu ya”

“asal aku bisa kembali.”

“kamu dengar itu kan” ujar Mahaguru, seketika muncullah Portal Waktu, dan keluarlah San Waktu.

“sebenarnya apa yang kamu rencanakan, Mahaguru” ucap Sang Waktu.

Sementara itu di Altarisk semua para Sang terkejut melihat keberadaan Sang Waktu berada di sana, mereka pun menganggap Sang Waktu berkhianat dari posisinya dan tugasnya.

“kamu bisa mempercayai anak ini” ucap Mahaguru.

“mengapa aku harus percaya padanya”

“karena dia di luar nalar, dan itu mustahil bagi manusia yang terbatas akan segalanya, selama aku melatihnya, aku menyadarinya.”

“aku tidak bisa langsung percaya padanya”

“kalau begitu bagaimana jika kita buktikan”

Sang Waktu pun menghampiri Arif dan berbisik kepadanya

“buktikan padaku, lakukan dengan caramu sendiri, aku sudah mengizinkanmu”

Arif hanya bisa terdiam mendengar ucapan sang Waktu.

Perlahan Sang Waktu pergi, Mahaguru meminta Arif untuk bersiap-siap

“kita mau ke mana”

“ikuti aku”

Dengan cepat Mahaguru melakukan perpindahan antara gunung ke gunung.

Usai melewati pegunungan yang panjang.

Mereka berdua beristirahat sejenak di dalam gua.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

[ ~ Nama : Catly ~ ]

{ ~ Umur : 1000+ ~ }

{ ~ Status : berada  ~ }

{ ~ Kekuatan : Portal ~ }

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mahaguru pun meminta Arif untuk menyerahkan nyawanya kepadanya.

“Dengan senang hati” ucap Arif menantikan hal ini yang terjadi.

Sementara itu di Altarisk para sang merasa aneh melihat reaksi Arif.

“aku sudah mengizinkanmu untuk menentukan siapa yang layak hidup” ucap Sang Kehidupan melihat Arif dari Altarisk bersama dengan para Sang yang lainnya.

Vilan pun meminta kepada para Sang yang lainnya untuk memberi kesempatan kepada Arif.

“kenapa, apa kamu mengenal” ucap Sang takdir.

“tidak, tapi sepertinya dia berbeda dengan yang lainnya”

Sang Waktu pun tiba di Altarisk, para sang lainnya menatap dengan sinis.

“kamu yang membenci manusia kenapa membelanya” ujar Sang Kematian.

“dia berbeda, dan dia bisa diharapkan” ujar Sang Waktu berjalan menuju ruangannya “jika kalian tidak percaya, kalian buktikan sendiri”

Vilan pun di turunkan bersama dengan Sang Kehidupan, berwujud manusia dan muncul secara tiba-tiba di hadapan mereka berdua.

“lama ya” ujar Mahaguru.

“aku sudah mengizinkanmu” ujar sang kehidupan.

“aku Vilan aku berharap penuh kepadamu” ujar Vilan sembari menepuk pundak Arif, lalu mereka berdua pergi dengan perlahan melayang menjadi cahaya.

Mahaguru pun memberikan pujian terhadap Arif dengan berkata “bagaimana bisa kamu menguasai izin dari ketiga Sang, benar-benar di luar nalar”

Dengan penuh rasa bangga Arif tersenyum, lalu berkata “segera bunuh aku”

“sudah siap, menjadi korban” ujar Mahaguru.

“siap” Mahaguru pun menghampiri Arif lalu memeluknya sembari berkata

“percayalah pada dirimu sendiri” terbunuhlah Arif dengan tangannya sendiri.

Setelah selesai membunuh, Mahaguru mencuci tangannya di air hujan yang menetes, sembari menunggu Skyjin dan Prejin datang menemuinya.

Dengan penuh penghormatan Mahaguru menghormati pengorbanan Arif, dan datanglah mereka berdua mengambil roh Arif dan raga Arif untuk di autopsi sebagai percobaan Undead pertama.

Mahaguru pun telah melakukan perjanjian dengan bangsa jin mengenai Project Undead, dan berharap tidak ada hambatan.

Usai itu Mahaguru pergi keluar untuk mengecek cuaca, setelah hujan reda, Mahaguru berjalan kembali ke gubuknya, untuk menyelesaikan urusan utamanya.

Sang Waktu pun mempersiapkan rencana selanjutnya yang berhubungan dengan pencitraan, perlahan dia akan menggunakan Arif sebagai objek percobaannya dan akan membuat dampak besar bagi Alam Donya, namun ia ambisi ini tidak menguntungkan dirinya saja, tapi juga akan menguntungkan Arif untuk mencapai impiannya saat ia di minta untuk menyebutkan impiannya saat di Akademi .

Bersambung...


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search