Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Jumat, 13 November 2020

[Season 2] Eps 32 : Awal Era


Keesokan Harinya kami kembali ke dunia Roh, kami pun pergi berkeliling dunia roh sedangkan Mahaguru menemui Vivien untuk menyiapkan rencana berikutnya.

Lapis pun mengajakku ke tempat daratan kering, yang berisi rongsokan, ia pun memberitahu bahwa ini tempat Lapis pertama kali diturunkan,

“bagaimana bisa itu terjadi” tanya Mahaguru.

“aku juga tidak tahu, itu terjadi begitu saja”

“dan pedang itu akan kamu biarkan” melirik Excalibur berdiri tegap di atas batu.

“aku sudah tahu, siapa yang layak memakainya”

“oh iya, siapa”

“nanti kamu pasti tahu”

“keburu mati nanti aku”

“memangnya kamu bisa mati”

 

“baru di bicarakan, sudah muncul kamu ya”

“siapa aku”

“bukan, tapi dia” yang sedang memandangi Arif.

“ada hal penting yang ingin aku bicarakan”

“duduk lah”

“bolehku tanya sesuatu”

“iya, silakan”

“kenapa aku bisa ada di sini ya”

“aku yang membawamu” ujar Sang Waktu.

 

Ketika banyak hal yang telah tercipta dalam skala tiada tara, terciptalah the Portal pusat Portal berada, namun alasan sederhana itu tidak membuat  Donya berjalan pada semestinya, namun Alam masih  bisa bertahan hingga sekarang.

Terdapat 3 Alam terbesar yang menjadi titik kuasa dan skala tak terhingga dan mereka adalah Fana, Swarga, Naraka, apakah mereka sekedar nama, jika bukan di manakah mereka berada, dan itu lah yang masih belum terjawab.

Namun ada kabar yang mengatakan bahwa Fana telah berkhianat dari tugasnya, entah itu tugasnya atau hendaknya dan itu masih menjadi misteri.

Sejak terciptanya pencitraan banyak hal yang tak terduga terjadi, namun hal tersebutlah yang di butuh kan, tapi ke tidak dugaan tersebut melebihi proporsi semestinya, tapi mau bagaimana lagi karena itu lah Isine Donya.

 

Usai berkeliling Nagisa kembali menemui Mahaguru, mereka pun berpamitan dengan Vivien dan kembali ke dunia manusia.

Sesampai di tepi sungai di Arda, Mahaguru mengingat sesuatu

“aku masih ada urusan, jangan lupa kembali ke Akademi ”

Mahaguru pun pergi meninggalkan mereka, Lapis pun meminta Nagisa merahasiakan keberadaannya, mereka pun berpisah, dan Nagisa kembali ke Akademi .

2 tahun telah berlalu, namun tubuhnya tidak menuai sama sekali, sesampai di Akademi para guru menyambutnya.

Nagisa pun menceritakan perjalanannya bersama dengan Mahaguru, Pak Rex mendengarkannya sembari memberikan berkas yang harus di urus Nagisa.

Dengan rasa malas, Nagisa mengerjakannya, ia pun mencari sebuah alat tulis, saat ia membuka lacinya ia menemukan catatan dirinya yang berisi perencanaan untuk mencegah pemicu awal.

Nagisa pun merenungkan persoalan perencanaan tersebut, dan berusaha melupakannya, namun kawan rohnya berkata “lebih baik mencegah, dari pada mengatasinya” dengan penuh pikiran Nagisa pun berbaring di kasurnya lalu tertidur.

Malam pun ia terbangun dan melanjutkan pengerjaannya mengurus berkas tersebut, usai mengurus berkas tersebut, ia pun memikirkan isi catatan tersebut.

Pak Rex yang sedang berjalan melihat Nagisa sedang duduk di depan ruangannya, menghampirinya dan berkata “kesulitan tidur”

“oh pak rex, aku akan pergi, dan ini jauh lebih lama”

“masih belum selesai urusanmu dengan Mahaguru”

“kalau itu sudah, yang ini jauh lebih berat, dan ini hanya bisa di atasi oleh diriku”

“kalau begitu, silakan kerjakan”

“maaf ya, kalau harus merepotkanmu, mengurus Akademi ”

“umurku sudah cukup tua, nanti putriku yang menggantikanku mengurus Akademi ”

“boleh aku bertemu dengannya”

“besok akanku bawa kesini”

“apa ia murid di sini”

“tidak dia masih kecil”

“ketika dia cukup umur, sekolah kan dia di sini”

“aku tidak sanggup membiayainya”

“kenapa harus di biayai”

“kan Akademi  juga butuh pemasukan”

“kalau begitu, aku buat khususkan bagi dia gratis, bagaimana”

“mana bisa aku menerimanya”

“tidak apa-apa, anggap saja dia adalah asistenku”

Perbincangan malam ini membuat pikiran Nagisa sedikit lebih tenang.

Esok harinya, sesuai janji Pak Rex membawa putrinya, menemui Nagisa.

“namamu siapa” tanya Nagisa ke putrinya Pak Rex.

Di usia dini anak dari Pak Rex harus hidup mandiri.

Nagisa pun memutuskan untuk merawatnya, dengan menjadikan dirinya sebagai murid Akademi  ini, Usai rapat Nagisa pergi ke ruangannya, lalu mengambil catatan perencanaannya dan menemui beberapa Dewan Guru, usai berpamitan Nagisa bertemu dengan Pak Rex yang berkata “bawalah buku sakti itu”

“kenapa, bukanya jauh lebih aman di sini”

“kepergianmu ini, tidaklah selama kemarin, aku mempunyai firasat buruk jika meninggalkan buku sakti tersebut, jauh lebih baik buku tersebut bersamamu”

“baiklah” Nagisa pun pergi ke sisi lain Akademi dan mengambil buku tersebut.

Penjaga buku tersebut pun lenyap menjadi abu, Nagisa pun terkejut

“kenapa bisa begitu”

“dia terikat perjanjian”

“begitu ya” Nagisa pun pergi meninggalkan Akademi .

Ia pun pergi ke bukit tempat tinggalnya Mahaguru.

“mau ke mana kamu” tanya Mahaguru

“aku mohon izin untuk mengubah takdir”

“memangnya apa yang kamu ubah”

“entahlah, tapi lebih baik mencoba dari pada tidak”

Mahaguru pun merestui kepergian Nagisa, ia pun berjalan ke utara sembari membawa Matralis bersamanya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

[ ~ Nama : Coelancanth (Raja Lautan) ~ ]

{ ~ Umur : N/A ~ }

{ ~ Status : berada  ~ }

{ ~ Kekuatan : Trisula (menundukkan semua penghuni lautan) ~ }

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah melakukan perpisahan dengan Nagisa Lapis memasuki sungai terdekat lalu bergerak mengikuti arus sungai tersebut, hingga ke laut lepas.

“Waktunya mengambil apa yang menjadi milikku” ucap Lapis yang bergumam

Untuk sekali lagi Sylph merasakan penjara, ia pun bernaung sendiri di bawah terik matahari, Tetua Roh pun menghampirinya dan berkata

“apa kamu merasa tersiksa”

“tidak juga, aku menyukainya”

“alangkah baiknya, kamu menemukan tempat untuk kembali, dari pada kamu terusan-terusan terusik oleh dirimu sendiri”

“kenapa kau harus peduli padaku”

“setidaknya..., aku hanya ingin membantu”

Setelah Pyli mendengarkan alasan kedatangan Sang Waktu, Pyli sempat curiga mengapa dia ingin adiknya di bebaskan

“bukanya wajar, kalau kakaknya peduli” ucap Arif

“begini, adiknya berbeda jauh dari dia, dia si perusak Waktu”

“kenapa dia merusak Waktu”

“aku juga tidak” Catly pun menyuguhkan minuman kepada mereka bertiga.

Sesampai di lautan Lapis pun mendirikan pulau dari air.

Perlahan pulau air tersebut ia bangun.

Raja Lautan yang menyadari keberadaan Lapis, ia pun mengutus beberapa manusia ikan hiu untuk mengintainya.

Setelah melewati beberapa desa, sampai lah Nagisa di tempat yang ia tuju.

Ia pun memasuki kuil tersebut, sembari membawa obor.

Setiap langkahnya ia mempelajari maksud dari gambaran prasasti tersebut.

Dan tanpa sengaja ia menginjak jebakan, dan membuatnya terjatuh di ke bawah kuil, saat ia membuat api, ia di kejutkan dengan tumpukkan kerangka.

Saat Nagisa mencoba berdiri, dan melihat sekitar, ia di kejutkan dengan seekor laba-laba Raksasa, dengan penuh Kaget, Nagisa pun membunuhnya seketika.

Arif pun tidak terima dengan tindakan gegabah Sang Waktu yang berencana membunuh adiknya.

Arif pun bertaruh dengannya bahwa ia akan membuat si adik tersebut akur kembali dengan Sang Waktu, tapi Arif tidak menjanjikan kapan itu terjadi.

Menyadari ada yang mengintai, Lapis pun membunuh ketiga manusia hiu tersebut.

Ia pun melepaskan satu manusia hiu, untuk menyampaikan pesannya, bahwa dirinya akan kembali mengambil apa yang menjadi miliknya.

Seusai melakukan kesepakatan Arif pun meminta Waktu sendiri dengan Pyli, Sang Waktu pun pergi meninggalkan mereka, Catly pun datang dengan wujud kucingnya dan berpura-pura tidur di dekat Pyli.

Mendengar Pesan dari Lapis, Coenlan pun marah meronta, dan membunuh Manusia Hiu tersebut, ia pun meminta pasukan bersiap untuk melakukan penyerangan dadakan dengan Lapis yang berada di permukaan, perebutan laut pun akan segera terjadi.

Bersambung

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search