Keesokan Harinya
kami kembali ke dunia Roh, kami pun pergi berkeliling dunia roh sedangkan
Mahaguru menemui Vivien untuk menyiapkan rencana berikutnya.
Lapis pun
mengajakku ke tempat daratan kering, yang berisi rongsokan, ia pun memberitahu
bahwa ini tempat Lapis pertama kali diturunkan,
“bagaimana bisa
itu terjadi” tanya Mahaguru.
“aku juga tidak
tahu, itu terjadi begitu saja”
“dan pedang itu
akan kamu biarkan” melirik Excalibur berdiri tegap di atas batu.
“aku sudah tahu,
siapa yang layak memakainya”
“oh iya, siapa”
“nanti kamu pasti
tahu”
“keburu mati
nanti aku”
“memangnya kamu
bisa mati”
“baru di
bicarakan, sudah muncul kamu ya”
“siapa aku”
“bukan, tapi dia”
yang sedang memandangi Arif.
“ada hal penting
yang ingin aku bicarakan”
“duduk lah”
“bolehku tanya
sesuatu”
“iya, silakan”
“kenapa aku bisa
ada di sini ya”
“aku yang
membawamu” ujar Sang Waktu.
Ketika banyak hal
yang telah tercipta dalam skala tiada tara, terciptalah the Portal pusat Portal
berada, namun alasan sederhana itu tidak membuat Donya berjalan pada semestinya, namun Alam
masih bisa bertahan hingga sekarang.
Terdapat 3 Alam
terbesar yang menjadi titik kuasa dan skala tak terhingga dan mereka adalah Fana,
Swarga, Naraka, apakah mereka sekedar nama, jika bukan di manakah mereka
berada, dan itu lah yang masih belum terjawab.
Namun ada kabar
yang mengatakan bahwa Fana telah berkhianat dari tugasnya, entah itu tugasnya
atau hendaknya dan itu masih menjadi misteri.
Sejak terciptanya
pencitraan banyak hal yang tak terduga terjadi, namun hal tersebutlah yang di
butuh kan, tapi ke tidak dugaan tersebut melebihi proporsi semestinya, tapi mau
bagaimana lagi karena itu lah Isine Donya.
Usai berkeliling Nagisa
kembali menemui Mahaguru, mereka pun berpamitan dengan Vivien dan kembali ke
dunia manusia.
Sesampai di tepi
sungai di Arda, Mahaguru mengingat sesuatu
“aku masih ada
urusan, jangan lupa kembali ke Akademi ”
Mahaguru pun
pergi meninggalkan mereka, Lapis pun meminta Nagisa merahasiakan keberadaannya,
mereka pun berpisah, dan Nagisa kembali ke Akademi .
2 tahun telah
berlalu, namun tubuhnya tidak menuai sama sekali, sesampai di Akademi para guru
menyambutnya.
Nagisa pun
menceritakan perjalanannya bersama dengan Mahaguru, Pak Rex mendengarkannya
sembari memberikan berkas yang harus di urus Nagisa.
Dengan rasa
malas, Nagisa mengerjakannya, ia pun mencari sebuah alat tulis, saat ia membuka
lacinya ia menemukan catatan dirinya yang berisi perencanaan untuk mencegah
pemicu awal.
Nagisa pun
merenungkan persoalan perencanaan tersebut, dan berusaha melupakannya, namun
kawan rohnya berkata “lebih baik mencegah, dari pada mengatasinya” dengan penuh
pikiran Nagisa pun berbaring di kasurnya lalu tertidur.
Malam pun ia
terbangun dan melanjutkan pengerjaannya mengurus berkas tersebut, usai mengurus
berkas tersebut, ia pun memikirkan isi catatan tersebut.
Pak Rex yang
sedang berjalan melihat Nagisa sedang duduk di depan ruangannya, menghampirinya
dan berkata “kesulitan tidur”
“oh pak rex, aku
akan pergi, dan ini jauh lebih lama”
“masih belum
selesai urusanmu dengan Mahaguru”
“kalau itu sudah,
yang ini jauh lebih berat, dan ini hanya bisa di atasi oleh diriku”
“kalau begitu, silakan
kerjakan”
“maaf ya, kalau
harus merepotkanmu, mengurus Akademi ”
“umurku sudah
cukup tua, nanti putriku yang menggantikanku mengurus Akademi ”
“boleh aku
bertemu dengannya”
“besok akanku
bawa kesini”
“apa ia murid di
sini”
“tidak dia masih
kecil”
“ketika dia cukup
umur, sekolah kan dia di sini”
“aku tidak
sanggup membiayainya”
“kenapa harus di
biayai”
“kan Akademi juga butuh pemasukan”
“kalau begitu,
aku buat khususkan bagi dia gratis, bagaimana”
“mana bisa aku
menerimanya”
“tidak apa-apa,
anggap saja dia adalah asistenku”
Perbincangan malam
ini membuat pikiran Nagisa sedikit lebih tenang.
Esok harinya,
sesuai janji Pak Rex membawa putrinya, menemui Nagisa.
“namamu siapa”
tanya Nagisa ke putrinya Pak Rex.
Di usia dini anak
dari Pak Rex harus hidup mandiri.
Nagisa pun
memutuskan untuk merawatnya, dengan menjadikan dirinya sebagai murid Akademi ini, Usai rapat Nagisa pergi ke ruangannya,
lalu mengambil catatan perencanaannya dan menemui beberapa Dewan Guru, usai
berpamitan Nagisa bertemu dengan Pak Rex yang berkata “bawalah buku sakti itu”
“kenapa, bukanya
jauh lebih aman di sini”
“kepergianmu ini,
tidaklah selama kemarin, aku mempunyai firasat buruk jika meninggalkan buku
sakti tersebut, jauh lebih baik buku tersebut bersamamu”
“baiklah” Nagisa
pun pergi ke sisi lain Akademi dan mengambil buku tersebut.
Penjaga buku
tersebut pun lenyap menjadi abu, Nagisa pun terkejut
“kenapa bisa
begitu”
“dia terikat
perjanjian”
“begitu ya” Nagisa
pun pergi meninggalkan Akademi .
Ia pun pergi ke
bukit tempat tinggalnya Mahaguru.
“mau ke mana
kamu” tanya Mahaguru
“aku mohon izin
untuk mengubah takdir”
“memangnya apa
yang kamu ubah”
“entahlah, tapi
lebih baik mencoba dari pada tidak”
Mahaguru pun
merestui kepergian Nagisa, ia pun berjalan ke utara sembari membawa Matralis
bersamanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : Coelancanth (Raja Lautan) ~ ]
{ ~ Umur : N/A ~ }
{ ~ Status : berada ~ }
{ ~ Kekuatan : Trisula (menundukkan semua
penghuni lautan) ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah melakukan
perpisahan dengan Nagisa Lapis memasuki sungai terdekat lalu bergerak mengikuti
arus sungai tersebut, hingga ke laut lepas.
“Waktunya
mengambil apa yang menjadi milikku” ucap Lapis yang bergumam
Untuk sekali lagi
Sylph merasakan penjara, ia pun bernaung sendiri di bawah terik matahari, Tetua
Roh pun menghampirinya dan berkata
“apa kamu merasa
tersiksa”
“tidak juga, aku
menyukainya”
“alangkah
baiknya, kamu menemukan tempat untuk kembali, dari pada kamu terusan-terusan
terusik oleh dirimu sendiri”
“kenapa kau harus
peduli padaku”
“setidaknya...,
aku hanya ingin membantu”
Setelah Pyli
mendengarkan alasan kedatangan Sang Waktu, Pyli sempat curiga mengapa dia ingin
adiknya di bebaskan
“bukanya wajar,
kalau kakaknya peduli” ucap Arif
“begini, adiknya
berbeda jauh dari dia, dia si perusak Waktu”
“kenapa dia
merusak Waktu”
“aku juga tidak”
Catly pun menyuguhkan minuman kepada mereka bertiga.
Sesampai di
lautan Lapis pun mendirikan pulau dari air.
Perlahan pulau
air tersebut ia bangun.
Raja Lautan yang
menyadari keberadaan Lapis, ia pun mengutus beberapa manusia ikan hiu untuk
mengintainya.
Setelah melewati beberapa
desa, sampai lah Nagisa di tempat yang ia tuju.
Ia pun memasuki
kuil tersebut, sembari membawa obor.
Setiap langkahnya
ia mempelajari maksud dari gambaran prasasti tersebut.
Dan tanpa sengaja
ia menginjak jebakan, dan membuatnya terjatuh di ke bawah kuil, saat ia membuat
api, ia di kejutkan dengan tumpukkan kerangka.
Saat Nagisa
mencoba berdiri, dan melihat sekitar, ia di kejutkan dengan seekor laba-laba Raksasa,
dengan penuh Kaget, Nagisa pun membunuhnya seketika.
Arif pun tidak
terima dengan tindakan gegabah Sang Waktu yang berencana membunuh adiknya.
Arif pun bertaruh
dengannya bahwa ia akan membuat si adik tersebut akur kembali dengan Sang Waktu,
tapi Arif tidak menjanjikan kapan itu terjadi.
Menyadari ada
yang mengintai, Lapis pun membunuh ketiga manusia hiu tersebut.
Ia pun melepaskan
satu manusia hiu, untuk menyampaikan pesannya, bahwa dirinya akan kembali
mengambil apa yang menjadi miliknya.
Seusai melakukan
kesepakatan Arif pun meminta Waktu sendiri dengan Pyli, Sang Waktu pun pergi
meninggalkan mereka, Catly pun datang dengan wujud kucingnya dan berpura-pura
tidur di dekat Pyli.
Mendengar Pesan
dari Lapis, Coenlan pun marah meronta, dan membunuh Manusia Hiu tersebut, ia
pun meminta pasukan bersiap untuk melakukan penyerangan dadakan dengan Lapis
yang berada di permukaan, perebutan laut pun akan segera terjadi.
Bersambung
Posting Komentar