Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Minggu, 09 Agustus 2020

Chapter 1;part 2


 

Prang !!!

Dengan jelas terdengar suara barang pecah dari dapur. Fa’I pun langsung pergi kedapur untuk memeriksa ada apa. Sesampainya ia melihat puluhan piring hanya tinggal pecahannya di lantai dengan ibunya didekatnya. Ayahnya melihatnya dengan tajam. Dan Fa’I hanya bisa menunduk. Ayahnya berdecak lidah melihatnya. Ia Kembali ke apa yang ia lakukan sebelumnya. Berbagai macam sumpah serapah keluar dari mulut ayahnya untuk ibunya. Bahkan ia hampir memukulnya lagi. Fa’I pun hendak menghentikannya. Namun mereka dihentikan oleh suara bel.

“Siapa sih ? pagi pagi seperti ini” ucapnya geram sembari menghampirinya. Begitu ayahnya keluar dari dapur. Fa’I mengangkat ibunya, membantunya berdiri.

“Mama ga apa apa ?” tanyanya

Ibunya hanya menggeleng lemas sebagai jawaban.

Dengan kesal ayah mereka menghampiri tamu tak diundang itu. Hentakan kaki yang ia keluarkan menunjukkan  seberapa kesal. Sekali lagi bel itu bersuara. “Iya bentar ! yang sabar dikit napa sih !” ucapnya keras. Namun, begitu ia melihat siapa yang ada dibalik pintu ia menyesal sudah berkata seperti itu. Seorang gadis cantik dan seorang pria paruh baya adalah tamunya.

“ada apa ?” tanyanya gugup

“sudahlah keyx. Aku sudah tau tabiat mu. Aku akan membawa adik dan keponakanku Kembali.”

“tunggu ini tanpa sebab. Kalian tidak bisa seperti itu saja membawa mereka. Kalian tidak punya bukti.”

Raut wajah lawan bicaranya mulai terlihat cukup yakin.

“Fa’I, apa ayahmu baru saja melakukan kdrt ?”

Fa’I hendak menjawabnya namun ragu. Ia melihat ekspresi yang dibuat ayahnya seakan berkata “awas saja kalau kau sampai berkata ya”. Namun ia tak lagi ingin melihat ibunya sengsara. Tapi, ia tak ingin keluarga mereka terpisah. Sudah cukup sekali, ia tak ingin kehilangan  satu keluarga lagi.

“hei, dik. Berhenti mencoba melindunginya. Setelah apa yang ia lakukan terhadap kalian selama beberapa tahun ini, ia tak pantas mendapatkanya.” Ucap gadis itu.

“Jika kau kesulitan untuk memutuskan, setidaknya pikirkan ibumu”

Ia pun menatap ibunya yang baru saja datang. Ia hanya tersenyum kepadanya. Lalu berkata “Apa ? Ada apa ?”. Fa’I tampak mempertimbangkan keputusannya hingga akhirnya. Satu kata keluar dari mulutnya. Satu kata yang merubah seluruh hidupnya. Satu kata sebagai bentuk dari pilihannya. Namun, sejak ia mengucapkan satu kata itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan ayahnya

“Ya. Ia melakukannya”

 

*

 

“Dimana ini ?” Tanya Fa’I begitu melihat sebuah istana di depannya.

“Ini rumah kalian yang sebenarnya. Kediaman Mer” Jawak gadis itu

“Maksudnya ?”

“ Ini adalah tempat ibumu dan ayahku dilahirkan. Istana keluarga Mer.”

“Berarti paman juga keluarga Mer ?”

“Kurang lebih seperti itu”

Fa’I tak mengerti maksud ucapan dari paman itu, namun ia hanya mengiyakan karena mereka sudah sampai. Kereta kuda berhenti di depan pintu masuk istana. Begitu ia turun, puluhan pelayan sudah siap menyambutnya. Ini adalah suatu hal yang jarang ia lihat. Beberapa pelayan itu langsung mengambil barang bawaan Fa’I dan ibunya. Namun ibunya menolak dan meminta untuk langsung menunjukkan kamarnya. Berbeda dengan Fa’I, ia meminta untuk diberi tour ke seluruh Istana. Ia Nampak begitu menikmatinya.

“Fa’I, Ini Jes’ka. Dia adalah pelayan pribadimu sekarang. Apapun yang kau inginkan sampaikan saja padanya.” Ucap pamannya sembari menunjukkan seorang gadis dengan pakaian pelayan disisinya.

“Tapi paman Shi’ka, dia perempuan.”

“Memangnya kenapa ?”

“Apa dia tak apa dengan ini ?”

“Kenapa tak kau tanyakan sendiri saja ?”

“Eh…… Apa tak apa kau menjadi pelayan pribadiku ?”

“Saya tidak merasa keberatan tuan. Walaupun saya masih baru sebagai pelayan di sini, saya akan berusaha untuk memenuhi apa yang tuan butuhkan. Dan jika tuan menganggap saya tidak pantas, saya bersedia untuk digantikan.”

“eh… tak apa. Aku tak keberatan. Oh dan satu lagi, tolong jangan panggil saya Tuan. Panggil saja nama ku.Kelihatannya kita sepantaran”

“Maaf tuan tapi saya tidak berani untuk memanggil anda seperti itu.”

“Kau akan memenuhi apa yang kubutuhkan bukan ?”

Gadis itu terdiam mendengar ucapan Fa’i

“jadi perintah pertamaku untuk mu adalah, panggil aku dengan nama asliku jangan dengan embel embel tuan”

“baik lah, Tuan Fa’I”

“tanpa ‘Tuan’”

“baik Fa’I”

“Bagus, sekarang aku ingin tahu tentang seluruh istana ini”

“Kalau begitu akan saya pandu” Ucap seorang pelayan dibelakang pamannya

“saya Christ. Kau bisa memanggilku sesukamu. Saya adalah pelayan pribadi tuan Shi’ka”

“Kalau begitu Pak Christ, tunjukan jalannya”

Mereka pun pergi mengelilingi istana dipandu oleh Pak Christ.

 

*

 

Esoknya,

Fa’I pergi ke dapur. Mencari sesuatu untuk dimakan. Namun sesampainya ia melihat ada beberapa pelayan tengah memasak. Ia menghampiri mereka, membuat mereka terkejut karenanya. Fa’I pun tertawa melihat mereka.

“Tak apa, aku terbiasa masak sarapan sendiri atau dibuatkan ibuku. Aku belum terbiasa dengan ini" ucapnya

“bila tuan ingin, tuan bisa memasaknya sendiri kami takkan menghalangi anda” jawab salah satu pelayan yang ada di sana

“tak apa, aku hanya belum terbiasa” ucapnya lalu pergi

Begitu ia keluar ia melihat kabut tipis menyelimuti sekitarnya. ‘Ini masih terlalu pagi untuk bangun’ pikirnya. Ia melihat ada seorang gadis di tengah kabut itu. Itu adalah gadis kemarin yang menjemputya. Ia pun menghampirinya.

“Mbak Nar’u ?”

“Oh hei Fa’I apa yang kaulakukan sepagi ini ?”

“Aku belum terbiasa dengan suasana ini. Bagaimana dengan mu mbak ? apa yang kau lakukan sepagi ini ?”

“Aku baru saja Latihan”

“Latihan sihir ?”

“Yap, kau ingin ikut ?”

“Aku hanya akan melihatmu saja”

Ia pun pergi dengannya. Melihatnya Latihan sihir membuat nya iri akan sepupu nya itu. Nar’u mengeluarkan gelombang sihir yang cukup besar. Sekilas Nampak ia tengah berusaha untuk mengontrol gelombang sihir itu. Aura yang ia keluarkan cukup untuk memberikan tekanan yang begitu besar.

“apa yang kau lakukan mbak ?”

“aku berusaha untuk meningkatkan sihir ku”

“apa itu bisa dilakukan ?”

“itu tidak mustahil. Namun ini adalah caraku sendiri, jadi kau takkan bisa menggunakannya”

“baiklah”

Beberapa waktu telah berlalu. Peluh keringat membanjiri Nar’u. Fa’I yang melihat hal itu ia memberinya handuk disebelahnya. Tepat setelah itu, Jes’ka datang memanggil mereka.

“Nyonya muda, Fa’I sarapan sudah siap” ucapnya

Mendengar hal itu mereka menghentikan aktivitas mereka. Pergi ke ruang makan Bersama-sama.

 

*

 

Denting suara piring dan sendok yang beradu memenuhi ruang makan. Mereka hampir selesai dengan aktivitas mereka. Begitu makanan penutup sudah habis, paman Shi’ka mulai membuka percakapan.

“Fa’I, besok akan datang penjahit. Ia akan mengukur pakaian yang cocok untukmu di akademi nanti”

Fa’I hanya diam tak menjawab.

“akan kupastikan ia mengukurnya besok dek” ucap ibunya

“aku akan menata keperluanku, aku akan undur diri terlebih dahulu. Makasih makanannya paman” ucap Fa’I lalu pergi.

“ada apa ?” tanyanya begitu Fa’I sudah tidak ada di ruangan

“apa kau tau gejala keluarga Mer ?”

“ya, gejala dimana saat mereka akan kehilangan kekuatan mereka untuk sesaat lalu mendapatkan yang lebih banyak”

“Fa’I mengalaminya. Namun bukannya meningkat kekuatannya malah semakin surut. Bahkan ia sering di bully karena nya. Jika bukan karena suamiku, aku sudah memindahkannya sedari dulu”

“aku akan menyusulnya.” Ucap Nar’u

 

Suara pintu diketuk membuyarkan lamunan Fa’I. ia melihat Nar’u tengah berdiri di depan pintu. Ia tersenyum lalu bertanya “ada apa mbak ?”

“Kau tak apa ?”

“Aku tak apa. Emangnya kenapa ?”

“Kau… Sihirmu…”

“Ah, kau sudah tau ya ? ibuku sudah cerita ?”

“apa kau akan berhenti dengan mimpi sebagai seorang penyihir ?”

“apa aku masih pantas memimpikannya ?”

Ucapannya membuat Nar’u membisu. Lalu, Nar’u punya ide untuknya.

“Baiklah jika itu maumu”


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search