“Senang
melihat kematian yang berlaku”
“Sungguh
tak berperasaan dirimu ya sang kematian”
“Kita di
ciptakan bukan untuk merasakan tapi untuk meniadakan”
“jangan
samakan aku dengan mu”
“percuma
jika aku membicarakan kehendakku dengan mu”
“bukanya
sudah jelas kita berbeda kehendak”
2 cahaya
saling membicarakan apa yang mereka lihat, dan yang terlihat adalah
keberlangsungan kehidupan.
“baiklah
kisanak tetap tegak dan kenali suara saya berada dimana”
Mereka
berdua pun sedang berlatih kepekaan indra.
2 minggu
terlewati, segala rasa telah terkuasai, memahami maksud dari keberadaan dan
membuktikan pada.
“tembakan
api mu wahai kisanak dari kerikil ini !”
S4 melempar batu kerikil kecil dengan jumlah yang banyak mengarah ke Arif, tapi
kondisi mata Arif di sedang tertutup, Arif merasakan pergerakan suara dan
merasakan alur udara yang berlalu, lalu menembaki semua kerikil tersebut dengan
tepat.
“sepertinya
sudah cukup kuat kisanak untuk mengenali siapa awak kisanak”
Latihan
ini pun terus berlanjut hingga petang, saat S4 membuka penglihatan lain dalam
diri Arif, datanglah sang waktu berwujud manusia.
(sebelumnya)
“Sedang
apa kalian berdua” merujuk kedua cahaya yang saling adu argumen.
“lama
tidak kemari, dari mana saja kau” ujar sang kematian
“seperti
biasa mengerjakan tugasku, dimana takdir”
“mungkin
berada di lantai 3” ujar sang kehidupan
Sang
waktu pun menuruni lantai keberadaan menuju ke lantai 3, lantai ketetapan,
“sedang
apa wahai waktu yang terhormat” ujar sang takdir
“beritahu
padaku, apa bedanya takdir yang kau berikan, dan suratan takdir”
“memangnya
ada apa gerangan menanyai hal tersebut”
“katakan
saja padaku, ini berhubungan dengan tugasku”
“suratan
takdir adalah hal yang ditakdirkan oleh dirinya sendiri, dan takdir yang
kuberikan adalah kehendakku”
“apa bisa
dirubah”
“jika itu
kehendakku, sebenarnya bisa di rubah, tapi akan menyebabkan ketidakseimbangan
karena apa yang telah di hendaki aku telah menjadi pilihan yang terbaik”
“lalu
kalau suratan takdir bagaimana”
“untuk
itu, aku masih belum tahu, karena itu sudah di takdirkan sebelum ia terlahir
jauh sebelum tercipta, dan sang penciptalah yang bisa melakukannya”
Lalu sang
waktu melihat Arif yang berlatih dengan S4 Dari cermin penglihatan milik sang
takdir.
“oh ini,
ada ketidakselarasan dengan siklus takdirnya, dan ini aku sedang
memperbaikinya, tapi masih belum menemukan takdir yang tepat.”
“dia akan
memiliki izin waktu”
“kenapa
kau izinkan”
“aku juga
tidak tahu, sepertinya ini sudah di atur”
“bagaimana
jika itu manusia, melakukan..”
“ya!! Aku
tahu itu, biarkan itu terjadi dan aku yang bertanggung jawab, aku memohon
dengan segala hormat jangan persulit takdirnya.”
“akanku
coba karena ini pertama kalinya aku menemukan kerumitan ini”
Sang
waktu pun pergi meninggalkan Altarisk dan menuju ke masanya S4 untuk menemui Arif.
Dengan
cepat sang waktu melewati siklus waktu dan sampai lah di masa nya S4 ia pun
menggunakan wujud manusianya dan turunlah di hadapan mereka berdua.
Mereka
berdua pun terkejut dengan kedatangan sang waktu.
Burung
yang terbang melintasi terhenti dan tidak bergerak sembari sang waktu turun
menyentuh danau, aliran danau pun terhenti, sang waktu pun berjalan menyentuh
air tersebut tanpa ter kena basah sedikit pun.
“mohon
maaf, bila kedatanganku ini mendadak, bagaimana penguasaanmu mengenai indra”
“Sudah
terbilang selesai” ujar S4
Sang
waktu pun menghampiri mereka berdua dengan berjalan dan membuat angin terhenti
“untuk menghindari kekacauan siklus waktu, aku minta kalian berdua ikut dengan
ku” sembari menjulurkan tangannya dan saling memegang tangan mereka berdua pun
pergi ke ruang waktu.
“kenapa
disini saya merasakan kekosongan” ujar S4
“karena
disini semua putih dan tidak ada apapun sama sekali kecuali pohon ini”
“sebenarnya
itu pohon tidak ada, namun aku berikan pohon untuk kalian bisa bernafas, aku
masih belum tahu cara kerja bernafas,
selain dengan oksigen.”
sang
waktu pun mendapat panggilan dari Altarisk.
“aku
pergi dulu sebentar.”
(Altarisk)
“ada apa”
“tentang
anak yang tadi kita bicarakan sedang bersama mu”
“iya,
kenapa”
“hati-hati
dengan dia, sepanjang masanya penuh kesulitan, dan aku tidak berani mengubahnya,
mungkin ini pertama kalinya suratan takdir keluar.”
“jadi aku
harus bagaimana”
“terserah
sih, tapi hati-hati saja”
Sang
waktu pun kembali ke tempatnya Arif dan berubah wujud menjadi manusia.
“sebelum
waktu ini menjadi milikmu, dari pada nanti banyak pertanyaan, lebih baik aku
tunjukan ini semua”
Muncullah
tampilan tipis yang berisi kejadian masa lalu mengelilingi ruangan putih ini, Arif
yang melihatnya begitu syok.
“ini
hanya sebagian, amatilah dan berilah jawaban yang akan kupertanyakan”
Tampilan
tipis pertama menunjukkan tentang peperangan antar manusia yang terjadi
sepanjang zaman dari era perebutan takhta hingga perebutan harta.
Tampilan
tipis kedua menunjukkan tentang kesamaan sifat manusia yang haus akan harta dan
posisi.
Tampilan
tipis ketiga menunjukkan tentang kematian tiada henti akibat penyakit yang
melanda, wabah ini menjadi ketakutan awal.
Tampilan tipis
keempat menunjukkan 2 keputusan yang mengubah seluruh siklus : keputusan
pertama menunjukkan membantai penghianat akan mengurangi dampak pengkhianatan
tapi juga akan menimbulkan kebencian dari berbagai pihak, keputusan ke dua
menunjukkan berbuat baik dan saling membantu akan di percaya namun dari segi
lain banyak para penjahat memanfaatkan kebaikan itu.
Tampilan
tipis kelima menunjukkan krisisnya dunia akibat bencana, tapi di perlihatkan
penyebab bencana lain karena ulah manusia tersendiri.
Tampilan
tipis keenam perang antar kerajaan menunjukkan seberapa kuat kerajaan tersebut
namun menimbulkan krisis ketiadaan
Tampilan
tipis ketujuh perang antar kerajaan menunjukkan seberapa kuat kerajaan tersebut
namun menimbulkan kesengsaraan rakyat serta lingkup sekitar.
Tampilan
tipis kedelapan menunjukkan tentang tangisan seorang bayi namun di artikan
bahwa ia meminta ke ibunya untuk membunuhnya tapi si ibu tidak memahami apa
yang dikatakan oleh bayi tersebut, setelah ia dewasa si bayi tersebut melakukan
pembunuhan secara berantai.
Tampilan
tipis kesembilan menunjukkan seluruh Alam yang begitu benci kepada 3 Alam besar
yaitu swarga naraka dan Fana.
Tampilan
tipis ke sepuluh menunjukkan para makhluk benci terhadap seluruh manusia.
Tampilan
tipis ke sebelas menunjukkan terusirnya dan penyebab manusia keluar dari sorga
dan awal dari kebencian iblis.
Tampilan
ke dua belas menunjukkan seluruh Alam bersatu melawan pembawa kepunahan.
Tampilan
ke tiga belas menunjukkan terciptanya buku Index, lalu terbagilah buku tersebut
menjadi kesepuluh buku.
Ribuan tampilan
tersebut mengelilingi ruangan putih ini membuat Arif menangis tanpa air mata,
S4 yang merasakan batin dari Arif, meminta Arif untuk teguh.
“jika kau
menutup matamu, maka kau akan buta”
Dalam
benaknya Arif ‘aku harus menahannya, walaupun ini bukan rasa sakit fisik, tetap
harus aku tahan’
Kejadian
ini berlangsung selama 2000 tahun cahaya, namun karena tidak ada yang namanya
waktu, hal itu pun dihiraukan.
Sang
waktu pun menghentikan tampilan ini dan berkata “selamat menguasai waktu, mohon
gunakan dengan baik”
“aku
tidak bisa menggunakan dengan baik, karena aku bukan orang baik”
“ begitu
ya, gunakanlah bila memang di perlukan saja, bagaimana”
“baiklah,
jadi aku harus bagaimana”
Sang
waktu pun meluruskan tangannya dan menekuk ketiga jarinya hingga tersisa jari
tengah dan telunjuk ia pun membalikkan tangannya lalu mengangkat 2 jari
tersebut dan muncullah 3 jam besar yang berputar secara berbalikan di belakang
sang waktu, lalu menarik jamnya dengan mengarahkan 2 jari tersebut ke arahnya Arif
dengan memberikan salah satu jamnya ke belakang Arif, dan berkata “waktu itu
tidaklah bebas, tapi terkekang, jadi jangan pernah mengeluh pada apa yang
namanya waktu”
Setelah
melakukan itu sang waktu pun bertepuk sekali dan 2 lubang muncul di bawah
mereka berdua, terjatuhlah mereka berdua, ke Arda.
S4 pun
menghadangkan tubuhnya ke bawah seakan siap mendarat, Arif pun menyentuhkan
jari kakinya di daratan dan mendarat dengan melayang.
Mereka
bertiga yang melihat mereka berdua jatuh segera menghampirinya.
“bagaimana”
dengan semangat bertanya
“tanya
saja pada muridmu wahai kisanak”
“bagaimana,
bagaimana” sambil berlari girang
Arif pun
menarik nafas dengan perasaan lega “berhasil”
D3 dan D5
tersenyum melihat keberhasilannya.
S3 pun berlari
kesana-kemari mendengar jawaban dari Arif.
D5 pun
menghampiri Arif “bila sudah berhasil sekarang ikutlah denganku” sambil menarik
kerak baju Arif, dan membawanya pergi.
“tapi kan
aku baru sampai”
S3 yang
melihat pergi berkata “segera selesaikan aku tunggu gilaranku”
“dia
hebat, dia menerima segala rasa sakit batin yang menimpanya dengan lapang dada”
ujar S4 ke S3
“mungkin
karena dia sudah siap menanggung segalanya, aku hanya bisa berharap kelak dia
tidak salah jalan”
Bersambung...
Posting Komentar