Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Kamis, 22 Oktober 2020

Eps 18 : Sejarah yang menjadi sejarah

 


“Senang melihat kematian yang berlaku”

“Sungguh tak berperasaan dirimu ya sang kematian”

“Kita di ciptakan bukan untuk merasakan tapi untuk meniadakan”

“jangan samakan aku dengan mu”

“percuma jika aku membicarakan kehendakku dengan mu”

“bukanya sudah jelas kita berbeda kehendak”

2 cahaya saling membicarakan apa yang mereka lihat, dan yang terlihat adalah keberlangsungan kehidupan.

 

“baiklah kisanak tetap tegak dan kenali suara saya berada dimana”

Mereka berdua pun sedang berlatih kepekaan indra.

2 minggu terlewati, segala rasa telah terkuasai, memahami maksud dari keberadaan dan membuktikan pada.

“tembakan api mu  wahai kisanak dari kerikil ini !” S4 melempar batu kerikil kecil dengan jumlah yang banyak mengarah ke Arif, tapi kondisi mata Arif di sedang tertutup, Arif merasakan pergerakan suara dan merasakan alur udara yang berlalu, lalu menembaki semua kerikil tersebut dengan tepat.

“sepertinya sudah cukup kuat kisanak untuk mengenali siapa awak kisanak”

Latihan ini pun terus berlanjut hingga petang, saat S4 membuka penglihatan lain dalam diri Arif, datanglah sang waktu berwujud manusia.

 

(sebelumnya)

“Sedang apa kalian berdua” merujuk kedua cahaya yang saling adu argumen.

“lama tidak kemari, dari mana saja kau” ujar sang kematian

“seperti biasa mengerjakan tugasku, dimana takdir”

“mungkin berada di lantai 3” ujar sang kehidupan

Sang waktu pun menuruni lantai keberadaan menuju ke lantai 3, lantai ketetapan,

“sedang apa wahai waktu yang terhormat” ujar sang takdir

“beritahu padaku, apa bedanya takdir yang kau berikan, dan suratan takdir”

“memangnya ada apa gerangan menanyai hal tersebut”

“katakan saja padaku, ini berhubungan dengan tugasku”

“suratan takdir adalah hal yang ditakdirkan oleh dirinya sendiri, dan takdir yang kuberikan adalah kehendakku”

“apa bisa dirubah”

“jika itu kehendakku, sebenarnya bisa di rubah, tapi akan menyebabkan ketidakseimbangan karena apa yang telah di hendaki aku telah menjadi pilihan yang terbaik”

“lalu kalau suratan takdir bagaimana”

“untuk itu, aku masih belum tahu, karena itu sudah di takdirkan sebelum ia terlahir jauh sebelum tercipta, dan sang penciptalah yang bisa melakukannya”

Lalu sang waktu melihat Arif yang berlatih dengan S4 Dari cermin penglihatan milik sang takdir.

“oh ini, ada ketidakselarasan dengan siklus takdirnya, dan ini aku sedang memperbaikinya, tapi masih belum menemukan takdir yang tepat.”

“dia akan memiliki izin waktu”

“kenapa kau izinkan”

“aku juga tidak tahu, sepertinya ini sudah di atur”

“bagaimana jika itu manusia, melakukan..”

“ya!! Aku tahu itu, biarkan itu terjadi dan aku yang bertanggung jawab, aku memohon dengan segala hormat jangan persulit takdirnya.”

“akanku coba karena ini pertama kalinya aku menemukan kerumitan ini”

Sang waktu pun pergi meninggalkan Altarisk dan menuju ke masanya S4 untuk menemui Arif.

Dengan cepat sang waktu melewati siklus waktu dan sampai lah di masa nya S4 ia pun menggunakan wujud manusianya dan turunlah di hadapan mereka berdua.

Mereka berdua pun terkejut dengan kedatangan sang waktu.

Burung yang terbang melintasi terhenti dan tidak bergerak sembari sang waktu turun menyentuh danau, aliran danau pun terhenti, sang waktu pun berjalan menyentuh air tersebut tanpa ter kena basah sedikit pun.

“mohon maaf, bila kedatanganku ini mendadak, bagaimana penguasaanmu mengenai indra”

“Sudah terbilang selesai” ujar S4

Sang waktu pun menghampiri mereka berdua dengan berjalan dan membuat angin terhenti “untuk menghindari kekacauan siklus waktu, aku minta kalian berdua ikut dengan ku” sembari menjulurkan tangannya dan saling memegang tangan mereka berdua pun pergi ke ruang waktu.

“kenapa disini saya merasakan kekosongan” ujar S4

“karena disini semua putih dan tidak ada apapun sama sekali kecuali pohon ini”

“sebenarnya itu pohon tidak ada, namun aku berikan pohon untuk kalian bisa bernafas, aku masih belum tahu  cara kerja bernafas, selain dengan oksigen.”

sang waktu pun mendapat panggilan dari Altarisk.

“aku pergi dulu sebentar.”

(Altarisk)

“ada apa”

“tentang anak yang tadi kita bicarakan sedang bersama mu”

“iya, kenapa”

“hati-hati dengan dia, sepanjang masanya penuh kesulitan, dan aku tidak berani mengubahnya, mungkin ini pertama kalinya suratan takdir keluar.”

“jadi aku harus bagaimana”

“terserah sih, tapi hati-hati saja”

Sang waktu pun kembali ke tempatnya Arif dan berubah wujud menjadi manusia.

“sebelum waktu ini menjadi milikmu, dari pada nanti banyak pertanyaan, lebih baik aku tunjukan ini semua”

Muncullah tampilan tipis yang berisi kejadian masa lalu mengelilingi ruangan putih ini, Arif yang melihatnya begitu syok.

“ini hanya sebagian, amatilah dan berilah jawaban yang akan kupertanyakan”

Tampilan tipis pertama menunjukkan tentang peperangan antar manusia yang terjadi sepanjang zaman dari era perebutan takhta hingga perebutan harta.

Tampilan tipis kedua menunjukkan tentang kesamaan sifat manusia yang haus akan harta dan posisi.

Tampilan tipis ketiga menunjukkan tentang kematian tiada henti akibat penyakit yang melanda, wabah ini menjadi ketakutan awal.

Tampilan tipis keempat menunjukkan 2 keputusan yang mengubah seluruh siklus : keputusan pertama menunjukkan membantai penghianat akan mengurangi dampak pengkhianatan tapi juga akan menimbulkan kebencian dari berbagai pihak, keputusan ke dua menunjukkan berbuat baik dan saling membantu akan di percaya namun dari segi lain banyak para penjahat memanfaatkan kebaikan itu.

Tampilan tipis kelima menunjukkan krisisnya dunia akibat bencana, tapi di perlihatkan penyebab bencana lain karena ulah manusia tersendiri.

Tampilan tipis keenam perang antar kerajaan menunjukkan seberapa kuat kerajaan tersebut namun menimbulkan krisis ketiadaan

Tampilan tipis ketujuh perang antar kerajaan menunjukkan seberapa kuat kerajaan tersebut namun menimbulkan kesengsaraan rakyat serta lingkup sekitar.

Tampilan tipis kedelapan menunjukkan tentang tangisan seorang bayi namun di artikan bahwa ia meminta ke ibunya untuk membunuhnya tapi si ibu tidak memahami apa yang dikatakan oleh bayi tersebut, setelah ia dewasa si bayi tersebut melakukan pembunuhan secara berantai.

Tampilan tipis kesembilan menunjukkan seluruh Alam yang begitu benci kepada 3 Alam besar yaitu swarga naraka dan Fana.

Tampilan tipis ke sepuluh menunjukkan para makhluk benci terhadap seluruh manusia.

Tampilan tipis ke sebelas menunjukkan terusirnya dan penyebab manusia keluar dari sorga dan awal dari kebencian iblis.

Tampilan ke dua belas menunjukkan seluruh Alam bersatu melawan pembawa kepunahan.

Tampilan ke tiga belas menunjukkan terciptanya buku Index, lalu terbagilah buku tersebut menjadi kesepuluh buku.

Ribuan tampilan tersebut mengelilingi ruangan putih ini membuat Arif menangis tanpa air mata, S4 yang merasakan batin dari Arif, meminta Arif untuk teguh.

“jika kau menutup matamu, maka kau akan buta”

Dalam benaknya Arif ‘aku harus menahannya, walaupun ini bukan rasa sakit fisik, tetap harus aku tahan’

Kejadian ini berlangsung selama 2000 tahun cahaya, namun karena tidak ada yang namanya waktu, hal itu pun dihiraukan.

Sang waktu pun menghentikan tampilan ini dan berkata “selamat menguasai waktu, mohon gunakan dengan baik”

“aku tidak bisa menggunakan dengan baik, karena aku bukan orang baik”

“ begitu ya, gunakanlah bila memang di perlukan saja, bagaimana”

“baiklah, jadi aku harus bagaimana”

Sang waktu pun meluruskan tangannya dan menekuk ketiga jarinya hingga tersisa jari tengah dan telunjuk ia pun membalikkan tangannya lalu mengangkat 2 jari tersebut dan muncullah 3 jam besar yang berputar secara berbalikan di belakang sang waktu, lalu menarik jamnya dengan mengarahkan 2 jari tersebut ke arahnya Arif dengan memberikan salah satu jamnya ke belakang Arif, dan berkata “waktu itu tidaklah bebas, tapi terkekang, jadi jangan pernah mengeluh pada apa yang namanya waktu”

Setelah melakukan itu sang waktu pun bertepuk sekali dan 2 lubang muncul di bawah mereka berdua, terjatuhlah mereka berdua, ke Arda.

S4 pun menghadangkan tubuhnya ke bawah seakan siap mendarat, Arif pun menyentuhkan jari kakinya di daratan dan mendarat dengan melayang.

Mereka bertiga yang melihat mereka berdua jatuh segera menghampirinya.

“bagaimana” dengan semangat bertanya

“tanya saja pada muridmu wahai kisanak”

“bagaimana, bagaimana” sambil berlari girang

Arif pun menarik nafas dengan perasaan lega “berhasil”

D3 dan D5 tersenyum melihat keberhasilannya.

S3 pun berlari kesana-kemari mendengar jawaban dari Arif.

D5 pun menghampiri Arif “bila sudah berhasil sekarang ikutlah denganku” sambil menarik kerak baju Arif, dan membawanya pergi.

“tapi kan aku baru sampai”

S3 yang melihat pergi berkata “segera selesaikan aku tunggu gilaranku”

“dia hebat, dia menerima segala rasa sakit batin yang menimpanya dengan lapang dada” ujar S4 ke S3

“mungkin karena dia sudah siap menanggung segalanya, aku hanya bisa berharap kelak dia tidak salah jalan”

Bersambung...

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search