Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Minggu, 25 Oktober 2020

Chapter 1 ; Part 13

 


"mbak, ada... tunggu mbak ngapain ?"

Pandangannya Kembali menjadi jelas. Ia pun melihat Fa'I yang terpaku di depan pintu menatapnya. Ia menatap tubuhnya dan sadar. Ia tidak mengenakan sehelai pun. Ia langsung mengambil handuknya yang jatuh lalu melemparnya ke Fa'I .

"kamu ngapain idiot ?"

"ah maaf!" ucapnya lalu menutup pintu nya dengan keras.

Ia keluar dan melihat Fa'I di sana. Ia menatapnya dengan tajam, namun Fa'I hanya cengengesan.

"apa ?"

"ah itu, ada orang di depan nyari mbak"

"siapa ?"

"ntahlah, kata Jes'ka ia dari dewan keamanan kota"

"dewan keamanan kota ? ngapain ?"

Fa'I hanya mengedikan bahunya. Tak tahu.

Mereka pun pergi ke pintu depan kediaman. Dan menemukan dua orang tengah berdiri di sana. Salah satu dari mereka mengenakan seragam penyihir, dan salah satunya berdiri dengan acuh dibelakang nya.

"kami dari dewan keamanan kota. Apa benar anda orang tertua di keluarga ini ?" ucapnya sembari menunjukkan kartu identitasnya

Nar'u pun melihatnya dan mengangguk.

"ya saya sendiri. Nar'u Mer. Ada apa pagi-pagi ke kediaman Mer?"

"Kami menemukan jasad yang diperkirakan adalah jasad Rose Mer" ucapnya

Nar'u pun sontak melihat kearah Fa'I disebelahnya. Fa'I pun menarik kerahnya dengan kasar lalu berteriak.

"apa yang kaumaksud? Lelucon apa ini ?"

"tenanglah nak, aku tahu ini berat, tapi kami sudah mengkonfirmasinya. Dia benar Rose Mer"

"dimana dia sekarang ?!" tanya Fa'I

"di rumah sakit pusat kota. Kami menunggu keputusan keluarga yang bersangkutan, apakah akan kalian kubur atau kalian kremasi" Fa'I pun roboh begitu mendengarnya.

"akan kami kubur sendiri, aku akan mengambilnya. Dan aku ingin kasus ini ditutup. Tanpa sangkut paut pihak manapun. Tanpa terkecuali" ucap Nar'u tegas. Fa'I pun menatapnya tak percaya

"tapi..."

"tidak ada tapi. Apapun itu!" potong Nar'u tegas.

"APA MAKSUDMU MBAK ? KENAPA KAU TUTUP KASUS NYA ? BAGAIMANA BILA IA MATI DIBUNUH ? BAGAIMANA BILA PEMBUNUHNYA MASIH BERKELIARAN ?"

"Tenang lah Fa'I. tak hanya kau yang tertekan di sini. Baik ayahku juga ibumu, mereka berdua mati dibunuh. Dan aku sedang mencarinya"

"eh, maaf tapi kau tidak bisa -"

"tak bisa apa ? aku juga punya lisensi penyihir jangan ganggu aku" ucapnya tajam

"tapi itu akan melanggar protocol"

"siapa yang peduli dengan protocol payah itu. Jangan halangi aku atau kalian akan tahu akibatnya sendiri. Berikan aku alamat rumah sakitnya. Aku akan mengambilnya sebentar lagi"

Pria itupun memberinya alamat rumah sakit tempat jasad ibunya terbaring. Dan mereka pergi setelahnya.

Dua hari kemudian.

Diwaktu penguburan jasad ibunya, Fa'I hanya terdiam. Tak ada air mata yang jatuh. Tatapan kosong terlukis di wajahnya. Jes'ka yang berada di sisinya berusaha menghiburnya. Namun, tak sekalipun Fa'I menatapnya. Dan setelah kejadian itu, Fa'I mulai mengurung diri. Tak makan, tak minum.

Disisi lain Nar'u tengah bingung dengan pecahan misteri yang ia kumpulkan. Racun alami dari bunga yang tidak berkembang di benua ini. Bayangan hitam yang menyerang nya. kematian Rose Mer yang tak jelas. Ia mengenal betul siapa Rose Mer itu. Ia adalah idolanya. Ia begitu kuat dalam pertarungan, begitu megah, begitu... luar biasa. Namun, siapa sangka orang sekuat Rose Mer meninggal karena tenggelam. Ia merasa seperti kehilangan satu potong penting dalam kasus ini. Lalu, ia teringat sesuatu...

"tunggu dulu. jangan-jangan-

Ia pun langsung bergegas pergi. ada satu poin penting yang ia lupakan. Dan poin itu mengarah hanya ke satu orang saja.

*

"Ah, ternyata sudah tengah malam" ucap Fa'I begitu melihat jam. Ia belum makan seharian penuh, membuat perutnya bersuara meronta-ronta. Ia mencoba berajalan, namun tenaganya yang lemah membuatnya kesulitan berjalan. Ia merutuki dirinya karena telah menolak semua makanan yang dikirimkan. Ia pun memaksakan diri untuk berjalan, dengan dinding sebagai pegangannya. Tanpa sengaja, ia menendang pedang miliknya. Menimbulkan suara gaduh.

Lalu Jes'ka dan satu pelayan lain masuk ke kamarnya. Terkejut karena tiba-tiba mendengar suara gaduh. "kau tak apa tuan ?" tanyanya sembari mendekat berusaha membantu Fa'I untuk berdiri. Fa'I tersenyum kecil begitu sadar bahwa masih ada saja orang yang peduli padanya. "aku lapar" ucapnya dengan lemas lalu tertawa kecil.

"kami sudah menunggumu tuan" ucap mereka sembari tersenyum.

Tak lama dari itu, mereka menghidangkan makanan yang jauh dari kata mewah. Mereka menghidangkan nasi goreng sederhana. Fa'I melihatnya dan bertanya "kenapa kalian membuat ini ?". dan salah satu pelayan itu menjawab "tuan coba saja dulu.". Alhasil, Fa'I pun mulai menyendok nasi goreng itu dan memakannya. Begitu ia merasakan nasi goreng itu, air matanya mulai mengalir.

"apa ini ? bagaiamana bisa kalian membuat ini ? ini kan..."

"ini resep yang nyonya ajarkan ke kami. Ia bilang kau begitu menyukai nasi goreng buatannya. Apakah itu enak ?"

"enak... ini enak sekali. Ini begitu enak" ucapnya dengan mulut penuh dan pipi banjir air mata.

"Fa'I, ijinkan aku mengatakan sesuatu" ucap Jes'ka.

"katakan saja"

"berdua" ucapnya tegas.

"bisakah kau keluar ?" ucapnya kepada pelayan itu dengan tersenyum.

Pelayan itupun mengangguk perlahan lalu keluar. Rasa lega dalam dirinya keluar mengetahui tuannya sudah mulai membaik. Ia menutup pintu dari luar dan berdiri di sampingnya, menunggu perintah lain darinya.

"aku tahu siapa yang membunuh ibumu, siapa yang membunuh paman Shi'ka" ucap Jes'ka

*

"apa yang kau lakukan di sini ?"

"ah kepala pelayan ? saya menunggu Fa'I di sini"

"mana Jes'ka ?"

"dia didalam, ia seperti hendak mengatakan sesuatu. Ntah apa"

Pak Christ pun mulai mengernyitkan dahinya. Ia lalu mengetuk pintu, meminta ijin untuk masuk. Namun tak ada jawaban yang ia terima. Ia pun mengetuk pintu itu untuk kedua kalinya dengan ijin yang berbeda. Lalu, ia membuka pintunya dan menemui Jes'ka tengah menautkan bibirnya ke Fa'I.

"apa yang kaulakukan ?" ucapnya membuat Jes'ka kaget.

"itu seharusnya menjadi pertanyaanku. Apa yang kau lakukan ?"

"ah maaf atas kelancangan saya tuan, saya mengira sesuatu terjadi pada anda. Karena itu saya tanpa ijin membuka pintunya. Saya mohon maaf tuan"

"baiklah, ada perlu apa ?"

"saya ada perlu dengan Jes'ka"

"baiklah silahkan pergi"

Dan Jes'ka pun mulai menurut dan pergi dari tempatnya. Sejenak ia menatap Fa'I lalu pergi dari kamarnya.


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search