“tadi saat aku terlempar, aku tidak melihat gua ini”
“memang tidak ada, gua ini hanya muncul jika aku izinkan”
“tunggu... maksudnya bagaimana”
“ya... intinya gua ini hanya aku yang bisa masuk”
Arif pun diminta untuk membuka mata adventifnya
“jangan lepaskan genggamanku,
sebelum sampai di sana”
“di sana mana”
“Alam roh”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ Matralis ]
Alam roh adalah dunia roh berada terdapat 3 pemahaman dalam Uns yaitu Ruth,
rukh dan ruh.
Ruth : roh awal yang baru tercipta – di serahkan ke dalam wadah.
Contoh : Ruth di masukan pada seorang bayi dalam kandungan.
Rukh : roh yang berada dalam diri – digunakan dalam wadah.
Contoh : semua makhluk hidup mempunyai roh dan di namakan Rukh selama
kalian hidup, berarti kalian memiliki Rukh
Ruh : roh yang telah digunakan – usai keluar dari kerongkongan.
Contoh : semua makhluk hidup yang mati akan tertinggal wadahnya dan
tidak di gunakan, untuk rohnya yang telah diambil kembali (dicabut nyawanya) Ruhnya
masih utuh.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“di mana ini”
“ini Alam roh”
“jadi tempat peri Waktu itu di sini”
“aku rasa tetua roh membawanya ke Donya roh”
“apa bedanya”
“aku sudah lama tidak kesini” mereka berdua berjalan menuju desa
terdekat.
“jadi ?” ujar Arif
“pokoknya beda tempat, intinya begitu”
“bagaimana aku bisa bernafas” sambil memandangi rumah pohon yang besar
“kalau itu setahuku, ini tempat kehidupan berawal, jadi makhluk mati
atau hidup mungkin bisa bernafas, pokoknya jika berada di Alam lain, kita tetap
bisa bernafas” Arif berlari melihat rombongan cahaya berlalu-lalang
“terus kita ke mana”
“mempelajari makna hidup dan mati” Arif pun ditarik pergi ke seberang
lorong sungai berputar.
“Sedang apa kita di sini”
“Menunggu tumpangan”
“siapa ?” sedang bermain air.
Tiba-tiba air dari kincir bergejolak menyembur dan muncullah seorang
perempuan dari dalam air.
“ini temanku, namanya Vivien” S3 bersalaman dengan Vivien
“dia tinggal di dalam air” ujar Arif
“halo, aku Vivien, aku bukan roh, aku penjaga danau ini”
‘tadi S3 bilang sungai sekarang danau’ Vivien pun tersenyum dan
berkata
“sungai dan danau hampir sama, mungkin itu yang membedakan”
“wauh... hebat bisa membaca pikiran”
“ini muridku” sambil memukul Arif
“salam kenal aku Arif aku muridnya S3”
Vivien pun membuat kan tangga ke dalam danau, danau yang dangkal pun
berubah menjadi dalam, mendalam mengarah ke dalam, S3 dan Arif pun berjalan di
tangga air menuruni danau tersebut.
Suasana semakin mencekam mungkin berada di bawah permukaan, Vivien pun
menyalakan bara air sebagai penerang, sekali lagi Arif merasa takjub melihat
kejadian luar biasa.
“jadi apa yang membuatmu datang kemari” ujar Vivien kepada S3
“aku akan mengajarkan teknik menghidupkan yang mati”
“bukanya itu ilmu terlarang”
“dia terbawa arus Waktu dan sampailah pada masaku, aku ingin
membantunya kembali, juga dia memikul masa depan yang suram”
“jadi dirimu mempercayainya”
“sangat, sangat percaya padanya”
“baiklah silakan nikmati tempat ini” Arif yang berkeliling melihat
sekitar.
“kamu tidak mempercayainya”
“aku kan baru mengenalnya, akan kulihat hasilnya nanti”
“baiklah, selamat menilainya” S3 memanggil Arif dan membawa Arif ke
laut lapang
Untuk menjelaskan makna hidup dan mati.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : Vivien ~ ]
{ ~ Umur : tidak di ketahui ~ }
{ ~ Status : berada ~ }
{ ~ Kekuatan : pengendalian dalam diri ~ }
{ ~ tugas : menjaga danau tempat Excalibur bernaung ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Sebenarnya dalam hidup itu hanyalah masalah, sedangkan dalam mati itu
hanyalah beban, untuk membedakan siapa yang pernah mati atau siapa yang pernah
hidup, bagaimana menurutmu.” Ujar S3
“bukanya sama saja, yang pernah hidup kan, berarti sekarang mati, dan
untuk yang pernah mati juga kan berarti sekarang mati.”
“jika menurutmu begitu, mengapa kematian dan kehidupan di bedakan”
Ujar S3
“Jadi bingung aku”
“inilah isine Donya ketika seorang berpikir Alam itu adil, di manakah
letak keadilannya apakah pencipta menginginkan kita adil seperti ini”
“jadi harus bagaimana”
“apa yang kamu rasakan selama kamu mati”
“tenang, dan menyesal”
“dan apa yang kamu rasakan selama kamu hidup saat mendengar kamu akan
mati”
“takut mungkin”
“itulah yang membedakan, jika kamu masih mempunyai rasa takut berarti
kamu masih hidup, dan jika kamu sudah mempunyai penyesalan berarti kamu telah
mendekati kematian” Arif menyimak segala ucapan S3
“di atas ada yang namanya sang kematian dan sang kehidupan, mereka
kuat, tapi mereka tidak layak untuk di lawan, walaupun jika kamu jauh lebih
kuat”
“jadi mereka yang mengatur” ujar Arif
“bisa di bilang begitu” S3 pun berdiri, dan mengambil butiran ingatan
lalu menunjukkannya kepada Arif.
“benda kecil ini bisa untuk menghidupkan yang telah mati melalui
ingatan, makanlah” rasa kecut dan pahit terasa pekat di lidah membuat Arif
ingin memuntahkannya
“jangan di muntahkan itu hanya batu kerikil danau ini” Arif yang
terkejut mendengar ucapannya S3 merasa jijik karena memakan benda di dalam
sungai.
“bercanda kok, tapi bisa juga sih”
“apa tujuanmu ingin membunuhku lagi”
“tidak, itu hanya untuk menekan Alam bawah sadarmu, supaya tidak Kaget
nantinya”
Vivien pun menghampiri mereka berdua, dengan membawa pedang Excalibur,
S3 pun meminjamnya lalu memukulkan di kepala Arif “keras juga” lalu menusukkan
ke Arif.
Vivien langsung merebut pedang tersebut dari S3 “kenapa kamu kotori
pedang berharga ini”
“antarkan dia ke Alam baka” Vivien mengambil batu obsidian besar lalu
menancapkan ulang pedang tersebut, darah yang tersisa di pedang Excalibur itu
terserap ke dalam batu tersebut.
Perlahan tubuh Arif mengeluarkan uap, mereka berdua pun S3 dan Vivien
pergi ke permukaan dan segera mencari sampan untuk pergi menemui sang kematian.
Saat S3 berusaha mencari sampan Vivien pun menyuapkan Pearl (batu
kerikil kecil) ke dalam mulut Arif.
S3 pun datang membawa sampan, dan mereka bertiga pun segera pergi
mengikuti arus sungai, S3 pun mendayung secara perlahan, sedangkan Vivien
sedang membukakan jalan menuju Alam baka, air sungai pun bergerak cepat dengan
menurun bagaikan air terjun ke dalam tanah, S3 pun berteriak riang merasakan
sensasi terjun yang sangat cepat.
Kecepatan air tersebut membuat perahu terkoyak secara perlahan, air
terjun pun telah dekat, perahu pun bergerak ke bawah, S3 pun berusaha menekan dayung
ke dalam sungai untuk memperlambat pergerakan, tapi dayung tersebut malahan
patah, kecepatan tersebut membuat sampan berlubang, air pun mulai masuk,
semakin ke bawah suasana semakin memanas, atmosfer bawah sangatlah panas
dingin, dan sampai mereka ke Alam baka, sampan tersebut pun bergerak ke depan
secara perlahan sisa dayung terpotong, digunakan kembali untuk mendayung, Arif
pun terbangun.
Lubang di dadanya pun masih berlubang, Arif pun panik “kenapa aku
masih hidup dengan luka seperti ini”
“kamu belum hidup, kamu masih mati, kita berada di Alam baka” ujar S3
“coba lihatlah ke bawah” Arif pun menengok ke bawah, ribuan manusia
meminta tolong, dengan berayun memohon, tengkorak berjatuhan dari langit
sedikit-demi sedikit, Arif pun mencoba bertenang diri “ini Naraka”
“bukan ini Alam baka, Naraka jauh lebih parah dari ini” ujar S3
“selama masih ada kendaraan pengantar seperti ini, kita baik-baik
saja” ujar Vivien berkata seperti itu untuk menenangkan Arif.
“Tapi aneh, bagaimana kamu bisa sadar, padahal sudahku bunuh ke 2xnya”
“aku juga tidak tahu” sebenarnya alasan Arif bisa sadar karena Pearl
yang di makan Arif.
S3 pun menggunakan telepatinya untuk berbicara dengan Vivien ‘pasti
ini ulahmu kan, apa kamu sudah percaya pada muridku’ ~ ‘belum, aku akan percaya
jika dia bisa menguasai penghidupan dan mematikan’ ~ ‘kalau itu tidak akan aku
ajarkan, aku hanya ajarkan dasarnya saja’ ~ ‘kalau begitu kita tunggu saja’
“S3 itu apa” menunjuk pintu besar yang sedang menggonggong karena
gagangnya adalah anjing.
“itu tempat yang kita tuju”
“Deadhell tempat jiwa di pilah dan di hukum di awal setelah mati”
S3 pun mendayung perlahan mendekati gerbang Raksasa tersebut.
“bagaimana cara membukanya” Ujar S3
Vivien pun mengangkat kerah baju belakang Arif, gagang anjing tersebut
mencium bau kematian, gerbang pun terbuka, S3 pun mendayung maju ke depan.
“kan ada manfaatnya kamu kubunuh” ujar S3 yang sedang bergurau dengan Arif.
Sesampai di tepi pasir hitam berkilau mereka pun masuk ke dalam.
Semakin dalam mereka masuk jalan pun semakin sempit, tumpukkan
tengkorak menjadi membuat suasana mencekam, dan terlihatlah jembatan
penyeberangan di bawah jembatan tersebut terdapat para manusia beserta makhluk
lain yang meminta tolong. “ini jembatan, benar menggelikan” ujar S3
“ini benaran tulang ya” setiap detail jembatan ini terbuat dari
belulang.
Setelah melewati jembatan, kami menuruni tangga dan di bawah kami di
sambut dengan anjing berkepala tiga Raksasa, seakan menunggu kami.
Bersambung...
Posting Komentar