"Jes'ka, kamu Jes'ka kan ?"
"Nas'ti ?"
Seorang pelayan memanggil Jes'ka. Ia berdiri didekat ruang ganti itu. Ia begitu cantik hingga terlihat seperti sebuah permata. Mereka berbincang-binicang menghiraukan Fa'I. Fa'I yang tak tahu apa-apa hanya diam memperhatikan mereka.
"ah Nas'ti, ini temanku Fa'I. Dia adalah tuan ku saat ini."
"ah ya. Saya Nas'ti, salah satu pelayan keluarga Phial" ucapnya sembari membungkuk
"Ah ya, Saya Fa'i. kau tak perlu seperti itu. Cukup seperti ini saja" ucapnya sembari mengulurkan tangannya. Dengan ragu, Nas'ti meraih tangannya. Lalu, Fa'I menggenggamnya dan mengulang perkenalannya. Begitu pula Nas'ti
'Hei, tak apakah kau memanggilnya langsung dengan Namanya ?' bisiknya
"ah kukira apa ? tak apa. Malah ia yang menyuruhku seperti ini"
"apa nya ?" tanya Fa'i
"ah tak apa. Dia satu Angkatan dengan ku di sekolah pelayan"
"tunggu. Ada sekolah pelayan ?"
"tentu saja ada."
"Nas'ti !" panggil seseorang, memotong mereka. suara itu dari balik tirai yang hendak dimasukki Jes'ka tadi
"Ya Nyonya ?" jawabnya sembari cekikikan
"Hei itu kasar, kita seumuran" ucapnya lalu tertawa. Ia pun keluar, melihat gaunnya sembari memutarkan tubuhnya, menerbangkan roknya rendah.
"bagaimana ?" tanyanya sembari melihat kearah Nas'ti
Iapun sadar bahwa ada orang lain di sana, lalu meminta maaf.
"cantik" ucap Fa'I
"makasih. Saya adalah Philo dari keluarga Phial. Salam kenal" ucapnya sembari membungkuk dan mengangkat roknya dengan anggun, yang mampu membuat siapapun terpana saat melihatnya
"Saya adalah Fa'I dari keluarga kecil biasa" ucapnya sembari membungkuk penuh hormat
"Kau punya sopan santun yang baik" ucapnya
"terima kasih, dan ini pelayan sekaligus teman saya. Jes'ka" ucapnya sembari menunjuk Jes'ka dengan sopan.
Jes'ka pun melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Philo tadi, dan Philo membalasnya.
"Jes'ka adalah teman seangkatan ku saat di akademi pelayan dulu"
"benarkah. Wow, suatu kebetulan. Apa yang menarikmu ketempat seperti ini ?"
"Ah, aku membelikannya beberapa pakaian"
"ah begitu... Date ya ..." ucapnya genit.
"bu-bukan seperti itu" jawab Jes'ka gelagapan
"Hei. Kenapa kau diam sa-
"Bisa dibilang seperti itu"
"Hooh... Baiklah, jika begitu saya permisi dulu. semoga lancar ucapnya. Dan jika kau mencari bunga kau bisa datang ke toko kami." Ucapnya sembari memberinya kartu nama lalu pergi
Wajah Jes'ka yang memerah Nampak begitu manis di mata Fa'i. ia menunduk untuk menyembunyikannya. Namun, Fa'I sudah melihatnya dengan jelas. 'kenapa ? bukankah menghabiskan waktu berdua dengan lawan jenis disebut dengan date ' pikirya. Jes'ka pun masuk ke ruang ganti dan mencoba pakaiannya.
Tak lama setelah itu, Jes'ka keluar dengan pakaian yang Fa'I pilih tadi. Ia dengan malu-malu bertanya ke Fa'I tentang pendapatnya. "Cantik" jawabnya kagum. Walaupun begitu, ia tetap tak yakin dengan gaun ini. Pasalnya harganya cukup mahal. Ia pun Kembali dan mengganti pakaiannya dengan rok hitam selutut, dan atasan kaos putih dengan gambar hati di dadanya. Ia pun Kembali bertanya ke Fa'i. "lumayan" jawabnya. Ia pun melihat dirinya dari cermin dan menghembuskan nafas berat. 'ternyata aku memang lebih cocok dengan gaun tadi'
"ada apa ? kau tak suka gaun tadi ?"
"tak apa, aku lebih suka yang ini"
Mereka pun pergi ke kasih untuk membayar. Jes'ka langsung mengenakan baju itu, sedangkan baju pelayannya dibungkus menggantikannya. Lalu saat kasir mengucapkan nominalnya, Fa'I menyela. "Tunggu" ucapnya. Ia pun pergi meninggalkan mereka, meminta salah satu pegawai untuk mengambilkan gaun tadi. Lalu meminta kasir untuk memasukkan pakaian itu Bersama dengan pakaian pelayan Jes'ka.
"Lho, Fa'I. aku beli yang ini. Kenapa kamu ambil juga yang itu ?"
"siapa bilang kamu yang beli ? Baju ini aku yang beli. Dua duanya untukmu"
"untukku ?"
Fa'I pun mengangguk sebagai jawaban, lalu membayar kedua pakaian itu lalu pergi.
Sudah lebih dari satu jam mereka berkeliling, membuat mereka merasa Lelah. Walaupun sebenarnya yang Lelah hanya Jes'ka. Alhasil, disinilah mereka sekarang. Tengan duduk ditengah salah satu restoran keluarga dengan dua gelas minuman pesanan masing-masing.
"Kemana lagi kita harus pergi ?" tanya Jes'ka
Lalu seorang pelayan datang, menanyakan tentang pesanan mereka. Fa'I pun memberikannya beberapa uang dan memesan dua gelas minuman yang sama. Namun Jes'ka menolak, berkata bahwa ia sudah cukup. Dan saat Fa'I merogoh kantongnya. Ia menemukan kartu nama Philo tadi. Ia membacanya dan menemukan bahwa ada satu toko lagi yang belum ia kunjungi. Dan mereka pun membatalkan pesanannya, lalu pergi.
Mereka hampir sampai. Tokonya tidak berada di pusat kota, namun berada di daerah pinggir kota. Cukup jauh dengan berjalan kaki. Namun, itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Fa'i. Mereka pun sampai di depan suatu rumah kecil dengan kios di depannya. Banyak bunga-bunga bertebaran di sana. Dan dibalik kios itu, terlihat Nas'ti dengan pakaian pelayannya tengah duduk diam menghadap kedalam sembari mengayunkan kipasnya.
"Permisi. Aku tengah mencari bunga" Ucap Fa'I mendekat
"ah ya- kalian lagi ? apa yang kalian cari ?" tanyanya
"Aku mencari bunga"
"bunga apa yang kalian cari ? bunga mawar, peony, Lilith, petunia ?"
"aku mencari bunga mawar mana"
"mawar mana ? sebentar " ucapnya lalu pergi ke dalam
Tak lama kemudian ia Kembali dengan Philo.
"kalian mencari bunga mawar mana ?"
"eh... ya. Seratus tangkai"
"Seratus tangkai ?!. Warna apa yang kalian cari ?" tanyanya berusaha terlihat tenang.
Mawar mana adalah sejenis bunga mawar, yang menerima mana cukup banyak hingga ia mampu merubah warna kelopaknya. Warna kelopaknya akan berubah mengikuti perasaan pemegangnya. Namun, mawar mana ini cukup berbahaya, karena jika cara mencabutnya salah, orang itu akan terkena ledakan mana yang cukup deras hingga mampu menghancurkan kolam mana orang itu. Sehingga ia tidak lagi mampu menggunakan sihir.
"aku ingin yang polos"
"yang polos. Itu cukup sulit"
Dan warna yang paling sulit untuk didapat adalah warna polos atau warna putih bening. Karena warna putih bening adalah warna mawar itu saat ia belum dicabut.
"aku tidak bisa menjual mawar ini dalam keadaan seperti itu. Itu cukup berbahaya bagi pelanggan"
"tak apa, kau cukup menaruhnya di pot bunga. Nanti, ibuku akan mencabutnya. Ia suka seperti itu. Lagipula ia cukup ahli seputar tentang bunga"
"apa kau yakin ?"
"ya. Dulu kami punya kebunnya. Jadi itu tidak masalah"
"baiklah tunggu sebentar"
Tak lama kemudian, Philo Kembali dengan membawa pot bunga dengan bunga mawar diatasnya. Bunga mawar itu berwarna begitu putih bersih, dengan pot bermotif daun yang melingkar cukup indah.
"baik tunjukkan alamatmu, akan kukirimkan sendiri kesana"
"ah, tak perlu. Aku akan membawanya sendiri. Lagipula Jes'ka bisa menggunakan sihir teleportasi"
"apa kau yakin ?"
"aku seratus persen yakin. Sudahlah, kau tak perlu khawatir"
"baiklah" ucapnya. Lalu ia menyebutkan nominalnya. Fa'I pun membayarnya lebih dari seharusnya. Ia memberikan tiga kali lipat dari harga aslinya. Begitu Philo hendak memberikan kembaliannya, Fa'I menolak. Ia berkata bahwa itu sebagai ucapan terima kasih karena telah menyediakan mawar yang ia cari. Dan mereka pun pergi, Kembali ke kediaman mer.
Begitu sampai, Fa'I langsung pergi ke taman. Di taman itu terdapat ratusan macam bunga, dengan luas sekitar 100m² dengan bentuk lingkaran. Di tengahnya terdapat suatu tempat untuk berteduh. Semacam gazebo, tapi dengan sungai kecil berisi ikan-ikan kecil dibawahnya.
Di sekitarnya, hanya ada tanah kosong tanpa bunga sedikitpun. Tanah itu dibiarkan kosong untuk mawar mana yang ibunya suka. Ia berkata bahwa semua tanaman yang ada di sini semua ibunya kumpulkan dan tanam di sini. Namun sebelum ia mengisi tempat kosong itu dengan bunga favouritnya ia pergi. Dan ia tak pernah memberi tahu Fa'I alasannya. Ia hanya berkata bahwa itu karena ia begitu menyayangi mereka. Dan sekarang, taman itu sudah penuh.
Setelah itu, Fa'I pergi ke kamar ibu nya. Mengetuk pintunya, berusaha memanggilnya. Namun, tak jawaban yang ia terima. Ia pun membuka pintunya. Hanya untuk melihat ibunya tengah tertidur dengan tersedu. Ia begitu terluka mengetahui kenyataan ini. Karena itulah Fa'I hendak menghibur ibunya walau sesaat. Ia pun menggoyangkannya, berusaha membangunkannya. Dan percobaan nya berhasil. Ibunya terbangun dan menatapnya.
"Eh, Nak. Ngapain ? udah malem ini. Nggak tidur?" ucapnya sembari mengusap matanya. Berusaha menghapus jejak air mata. Fa'I menggeleng dan mengajak ibunya untuk pergi. Ibunya pun terbangun, lalu ditariknya keluar dari kamar.
"kita akan kemana ? udah malem ini."
"udah mama ikut aja. Aku punya sesuatu buat mama"
"apa ?"
"udah diem aja"
Mereka pun sampai ke taman bunga. Ia mengajak ibunya ketengah taman dan ibunya pun terkejut akan apa yang ia lihat. Tamannya sudah lengkap. Warna-warna bunga itu begitu selaras. Begitu enak dipandang.
"kamu beli di mana ini nak ?"
"aku nemu di pinggir kota, ada yang menjualnya"
"siapa ? kenapa mama nggak pernah tau ?"
"dari toko milik kenalanku. Ini kartunya" jawabnya sembari memberi kartu nama tadi.
"tunggu dulu. Phial ? aku pernah mendengarnya ntah di mana"
"mungkin itu hanya perasaan mama aja. Sudah lah yang penting bunganya terkumpul"
"makasih ya nak" ucapnya sembari memeluk anak sulung nya itu.
Angin malam berhembus perlahan. Mengangkat rambut ibunya dengan ringan. Hari mulai dingin namun tak menghentikan mereka untuk tetap di sana. Sudah beberapa hari sejak Shi'ka meninggal. Namun, ini menjadi malam yang indah untuk mereka berdua.
"seandainya ..."
"sudah ma, aku tau. Aku juga berharap hal yang sama"
"iya..." ucap ibunya. Tatapannya menjadi lesu. Seperti merasa tidak ada hari esok bagi mereka.
"jangan tinggalin mama ya nak. Apapun itu, jangan pergi sebelum mama"
"pasti kok ma" jawab Fa'I dalam dekapan ibunya.
Posting Komentar