Jam menunjukan pukul tiga pagi. Fa'I sudah tertidur lelap di kamarnya. Ia tertidur dalam pelukan ibunya. Dan seperti sudah menunggunya, Jes'ka datang dan membopongnya ke kamar. Walaupun ibunya sempat menolak, namun Jes'ka begitu memaksa. Alhasil, Rose. Ibu Fa'I kini tengah sendiri di taman sedari itu.
Ia mengingat masa Bahagia mereka. saat keluarga mereka masih lengkap. Tidak seperti sekarang. Hanya tersisa mereka bertiga. Ia mengingat akan apa yang akan mereka bertiga lakukan, menunggu ayahnya pulang. Melakukan suatu permainan Bersama.
Lalu, ia melihat sosok bayangan yang ia kenal. Ia melihat nya begitu jelas. Seperti tak percaya akan apa yang ia lihat. Ia mengusap kedua matanya untuk memastikan. Namun apa yang ia lihat Nampak begitu nyata. Bayangan itu pun pergi keluar kediaman. Karena taman dan pintu masuk kediaman cukup dekat, kau bisa melihatnya dengan jelas.
Ia menutup mulutnya tak percaya. "Ir'ha ?" panggilnya. Namun sosok yang dipanggil tidak menanggapi dan hanya terus berjalan tanpa peduli. Ia memanggilnya berulang kali. Dan tetap dihiraukan. Ia pun pergi mengikutinya. Mengejarnya dengan cepat.
Di tempat lain, Nar'u tengah menyelidiki kematian ayahnya. Kematiannya begitu singkat. Tanpa sesuatu yang menyakitkan. Seperti hendak benar benar membunuh seseorang dengan rencana yang begitu matang. Namun, kenapa ayahnya ?. kenapa disaat ia Bersama dengan pak tua. Sedangkan ia adalah guru ku. Dan juga seperguruan dengan ayahku dan tante Rose. Apa yang pembunuh ini rencanakan.
Ia tengah duduk di ruang kerjanya. Berkutat dengan buku penuh coretan di depannya. Tak ada yang berhubungan. Bahkan bagaimana ia bisa keracunan pada teh yang ia buat dan seduh sendiri. Ia sungguh bingung. Berbagai petunjuk sudah ia coba, hingga akhirnya ia menemukan jalan buntu.
Telepon berdering di sebelahnya membuatnya terkejut. Ia pun mengangkat telepon itu. Berharap ada harapan. Dan ternyata jalan sudah terbuka walaupun sedikit.
"ada racun pasif yang terkandung dalam tubuh ayahmu. Diperkirakan umurnya sudah beberapa hari. Penyebabnya seperti terkena luka tusuk kecil di jari telunjuknya."
"luka tusuk kecil ? seukuran jarum ?"
"eh ya bisa dibilang seperti itu. Aku bisa mengetahui jenis racunnya tapi aku tidak bisa mengetahui cara ia masuk ke tubuh korban"
"baiklah terima kasih dok" balas Nar'u lalu menutup teleponnya.
Ia pun bangun dari kursi. Lalu, pergi dari kamarnya. Ia melihat jam di dinding. Ini masih jam setengah empat pagi. Setengah jam lagi para pelayan akan bangun. Ia pun berbegas menuju Lorong ujung barat kediaman. Tempat yang tidak pernah dijamah oleh pelayan.
Di Lorong itu, cukup sepi. Dan hanya ada satu kamar kecil. Dengan jendela kaca yang menghadap langsung kearah kolam ikan di tengah kediaman. Tempat yang ibunya suka dulu. Ia mengeluarkan sebuah kunci dari kantongnya. Kunci yang hanya dimiliki oleh ayahnya dan dia. Ia memasukan kunci itu, lalu memutarnya. Dan pintu itu pun terbuka.
Kamar itu hanyalah kamar kecil. Kamar tempat ibunya tinggal dulu. Memang, ibunya tidur seranjang dengan ayahnya. Tapi mereka tidur di ranjang ini. Bukan di ranjang kamar ayahnya. Karena ini adalah tempat kesukaan ibunya. Bau bunga peony tercium begitu harum.
Bunga kesukaan ibunya itu, bertengger di vas kecil samping ranjang ibunya. Kamar yang hanya berisikan satu ranjang sedang di ujung kamar. Dengan meja kecil dan vas kecil berisi bunga peony di atasnya. Lalu ada lemari kecil dengan pakaian-pakaian kesukaan ibunya. Pakaian yang kini sering digunakan oleh Nar'u. dan sebuah meja lain di sebrang lemari yang biasa digunakan untuk merias dirinya.
Nar'u pun masuk dan mengambil bunga itu. Dan yang mengejutkan adalah bunga ini memiliki duri. Ini bukan bunga peony. Ini adalah bunga roleanea. Bunga yang ditemukan di barat. Bunga ini memang mirip bunga peony biasa, namun durinya mengandung cairan yang berisi racun pasif. Dan satu satunya hal yang bisa membuatnya menjadi aktif adalah gula. Nar'u tau akan hal ini, karena ia sudah pernah menemukannya sewaktu ia turun di medan perang. Ia yang masih memegang jabatan sebagai salah satu pasukan negara, harus tau akan hal ini.
Yang menjadi masalah saat ini, adalah bunga ini tidak berasal di daerah ini. Bahkan di hutan selatan tidak ada bunga seperti ini. Ia pun membawa bunga itu. Berusaha mencari asal usulnya.
*
"Ir'ha. Kamu mau kemana ?" teriak Rose
Sosok itu pergi kearah jembatan taman kota. Dan Rose mengikutinya terus menerus dari kediaman. Begitu sampai di atas jembatan kota, sosok itu melihat kearah Rose lalu melompat ke dasar sungai. Sontak Rose pun ikut terkejut, ia pun ikut lompat kearah sungai. Dan tanpa ia sadari sosok yang ia ikut sedari tadi hanyalah sebuah bayangan hitam. Sosok itu melihat kearah Rose dan tersenyum lalu berkata,"Di sini kau akan mati" dengan suara seramnya.
Lalu sosok itu pun menghilang, menyisakan Rose sendiri di dalam sungai. Sungai itu cukup dangkal hanya sedalam dua setengah meter, cukup mudah untuk berenang ke permukaan. Namun, tidak pada saat itu. Air di sungai itu terasa seperti menarik Rose untuk lebih masuk ke dalam. Rose berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari sungai itu. Nafas nya mulai tercekat. Namun, semakin ia berusaha, semakin kuat air sungai itu menariknya. Ia bahkan berusaha untuk menggunakan sihirnya namun tidak berhasil. Dan setengah jam kemudian. Yang bisa ditemukan di sungai itu hanyalah tubuh Rose yang sudah tak bernyawa
"Bagaimana dengan hasilnya ?"
"Bagaimana kau bisa tau ?"
"karena hari dimana ayahku meninggal adalah hari di mana ibuku menghilang. Ia selalu meletakan bunga peony di kamar ibu ku di hari ibu ku meninggal"
"maaf"
"tak apa. Jadi hasilnya positif? "
"ya. Hasilnya positif"
"baiklah. Kalo seperti ini, teka teki nya mulai berjalan"
Lalu, Jes'ka mendengar ada mengetuk pintu. Iapun menutup teleponnya, berjalan mendekat dan bertanya "siapa di sana ?". yang ternyata adalah Fa'I . ia pun membuka pintunya dan melihatnya yang dalam keadaan bingung.
"ada apa ?"
"eh, apa kau melihat mama ?"
"tante Rose ? tidak aku tidak melihatnya. Lagipula jam berapa ini ? bukankah ia masih tidur ?"
"ia tidak ada di kamarnya, dan aku terbiasa bangun jam segini. Hanya untuk kedapur dan melihat menu yang akan kumakan"
"sebenarnya kau disana hendak melihat apa atau siapa ?"
"maksudnya ?"
"lupakan. Kita cari saja ibumu"
"ah tak usah aku akan mencarinya sendiri" ucapnya lalu pergi.
Nar'u pun Kembali kedalam, ia belum tidur semalaman dan tubuhnya mulai merasa Lelah. Ia pun menyeduh kopi yang sudah dingin itu kedalam gelas dan meminum hal yang paling ia benci itu. Tiap kali ia menelan satu tegukan ia menjulurkan lidahnya. "pahit" ucapnya. Lalu, ia pun pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya.
Begitu selesai, ia mendengar ada yang mengetuk pintu lagi. Ia pun menghampirinya dan membukanya. Namun, tidak ada siapapun di sana. Lalu,
Wush!
Ia mundur menghindari sebuah serangan yang mengarah ke lehernya. Ia tak melihat musuhnya dimana. Ia pun langsung memasang kuda-kudanya siap bertarung. Berbagai serangan meluncur kearahnya dan tak satupun dari itu yang kena. Ia lalu menggunakan sihir anginnya, membuat gelombang yang cukup kerasm berusaha mencari tahu dimana musuhnya. Dan ia menemukannya. Begitu ia hendak menyerang, pandangannya menjadi gelap. Ia terkejut dan terhuyung ke depan, lalu
Cklek.
"mbak, ada... tunggu, mbakngapain ?"
Posting Komentar