Customize


Choose Your Style


Choose Your Color

Light Skin
Wide


favorite Image


Post Layout

Minggu, 08 November 2020

Chapter 1; Part 15

 


"Boleh juga kalian. Tapi ini masih belum cukup"

Nar'u yang mulai merasa geram pun mulai mengeluarkan seluruh kekuatan sihirnya. Ia memanggil semacam orb-orb kecil disekitarnya yang melambangkan semua elemen dasar. Tiga orb. Tanah, Air, Udara. Orb itu, terus menerus bermunculan dan bergabung. Berubah warna, hingga mewakili tiap-tiap elemen. Api, Air, Tanah, Udara, Petir. Ia menyerang Pak Christ dengan ganas. Gerakannya menjadi lebih cepat. Ia menggunakan sihir [Haste] pada dirinya. Sihir yang membuat penggunanya mampu bergerak lebih cepat dari biasanya.

Tiap elemen menyambar dengan teratur ke Pak Christ. Ia mengeluarkan sihir api, yang cukup besar kearahnya. Namun, pak Christ masih mampu menghalaunya. Dan disaat pak Christ menahan serangannya dari depan, dari sisi-sisi lain pun datang serangan lain. Petir dari atas, tanah dari belakang, air dari kedua sisi. Dan udara menekan permukaannya. Tapi ia lupa satu factor. Ia lupa tentang sihir pak Christ.

Duar !!

Ledakan terjadi di dapur. Benturan antar elemen yang begitu keras membuat suara yang mampu memekakan telinga. Kepulan debu Kembali menjulang. Fa'I kini datang dan menghapus kepulan itu dengan tepukan tangannya, lalu memasang kuda-kuda untuk memukulnya. Dan ternyata, tak ada siapapun di sana. Lalu, satu belati menancap di punggungnya.

"Kamu lengah" ucapnya

Pak Christ keluar dari bayangan tubuhnya. Tubuhnya setengah merupakan bayangan yang menyatu langsung ke bayangan milik Fa'i. Fa'I pun memutar tubuhnya hendak menyikut Pak Christ namun ia menghindar dengan cara yang sama. Fa'I pun melompat berusaha menghindari serangan selanjutnya. Namun, begitu ia mendarat kaki kirinya tersayat belati. Tapi, tangan itu tidak Kembali. Tangan pak Christ yang memegang belati tetap dalam bentuk manusianya.

"ada apa ? kau tak bisa mengubah tanganmu ?" tanya Nar'u

Fa'I yang tengah kesakitan tak melewatkan kesempatan. Ia memegang tangan itu dan mematahkannya. Menjatuhkan belati yang ia pegang sebelumnya. Dan menariknya keluar. Ia pun menggapai kepala pak Christ dan menghantamkannya ke dengkul kakinya. Lalu, ia menggapai kedua tangannya, mencegahnya untuk roboh dan menendang kepalanya dengan kaki kanan. Lalu menjatuhkannya dengan menghantamnya ketanah dengan kaki yang sama.

Fa'I mengepal tangannya hendak memukul Pak Christ, namun ia meleset. Ia menghancurkan tanah tempat pak Christ berbaring sebelumnya.

"ada apa ? sudah cukup ?" ucap Fa'I sembari mengambil belati Pak Christ.

"Bajingan !" ucapnya. Ia pun melemparkan belatinya kearah Fa'I, dan dengan mudahnya Fa'I menghindarinya. Tapi bukan ia yang Pak Christ incar. Yang ia incar adalah orang yang dibelakangnya. Nar'u. Nar'u hendak mengelak namun, Pak Christ yang sudah dibelakangnya menyikut punggungnya dan menarik belatinya tepat kearah dadanya, membuat lawannya menjerit. Fa'I yang hendak melawan, dikejutkan dengan belati yang ia pegang bergetar seperti meminta untuk pergi darinya.

"belati itu bukan milikmu. Kembalikan" ucapnya

Belati itu pun meluncur kearah tangan Pak Christ. Dan begitu sampai di genggaman pak Christ, ia langsung mengarahkan belati itu kejantung Nar'u. Lalu, waktu serasa berhenti sesaat. Fa'I yang adrenalinnya terpacu melihat Gerakan itu dalam Gerakan lambat. Namun, tubuhnya tidak mau bergerak, ia membeku. Merasa takut akan hal yang ia rasakan selama ini. Kehilangan.

"tidak, jangan lagi, jangan lagi, aku tak mau ada yang mati lagi. Nggak, nggak, nggak!"

"lalu apa yang kau tunggu ? panggil aku. Panggil namaku. Namaku adalah..."

Ting !

Ia menahan belati pak Christ dengan pedangnya. Pak Christ pun terkejut. Ia tidak melihat Fa'I membawa pedang sebelumnya. Fa'I pun memukulnya dengan tangan kirinya. Begitu, Pak Christ terlempar, ia menangkap Nar'u.

"kau tak apa ?"

"aku tak apa, aku bisa menyembuhkan diriku. Pokoknya jangan biarkan ia hidup"

"Aku janji"

Ia pun membaringkan Nar'u di belakangnya. Mencabut belati di dadanya dan melemparnya ke Pak Christ. Dan Nar'u pun menghilang, menggunakan sihir teleportasinya untuk berpindah. Pak Christ pun mulai berdiri, dengan kedua belati ditangannya.

Fa'I pun mulai menyarungkan Kembali pedangnya. Kini pedangnya berubah, menjadi pedang dan perisai. Dan ia mencabut pedangnya dari perisainya.

"[First Mode, Knight]" ucapnya.

"wujud pedangmu tak mempengaruh i cara bertarungmu"

Fa'I menghiraukan ucapannya dengan mengambil ancang-ancang.

"boleh juga kau, oke, SINI !!!"

Fa'I pun meluncur dengan cepat. Lebih cepat dari biasanya, menghunuskan pedangnya. Desingan suara besi terdengar, Pak Christ menghindari serangan Fa'I dengan menahannya dengan belati di tangan kanannya, dan melancarkan serangan dengan belati di tangan kirinya. Saat ia melancarkan serangan, ia melihat tatapan Fa'I yang begitu tenang. Dan sesaat sebelum belati itu menyentuh Fa'I, ia menghilang dan muncul dibelakangnya. Fa'I menghantamnya dengan perisainya. Membuatnya terlempar cukup jauh.

Tak berhenti di situ. Ia dengan cepat berpindah ke jalur terbang Pak Christ dan menyerang dengan pedangnya. Pak Christ menahannya dengan kedua belatinya. Kali ini, Fa'I menghantam kedua belati pak Christ dengan perisanya. Membuat bilahnya patah dalam sekejap.

"apa ? bagaimana ?"

"kenapa pak Christ ? mana rasa percaya dirimu tadi ?" ucapnya sembari menatapnya dingin. Hawa membunuh yang begitu kuat tertanam di ruangan ini. Semua orang yang melihat hal ini bergidik ngeri. Tidak ada yang menduga, anak perian seperti Fa'I mampu membuat atmosfir seperti ini.

Pak Christ pun berpikir untuk lari dari situasi ini, namun. Fa'I yang lebih dulu meluncur menghentikannya. Dan,

Slash !

Satu sayatan kecil mendarat di kaki kirinya. Lalu,

Stab !

Fa'I menusuknya di punggungnya, lalu menghilang lagi.

Stab ! Stab !

Dua tusukan tepat di dadanya. Lalu, untuk yang terakhir kalinya, ia menghantam pak Christ dengan perisannya. Menindihnya, dan berkata, "ada kata-kata terakhir pak ? Oh aku lupa, kau tak berhak mendapatkannya kan ?".

"ada apa ini ? kenapa aku tak bisa menggunakan sihirku ?"

"apa kau tau apa yang terjadi saat mana dan Ki Bersatu ? Mereka akan tercerai berai, tanpa peduli pondasinya"

"tunggu, jangan bilang-

"bilang apa ?!" ucapnya sembari mengayunkan pedangnya hendak memenggalnya. Dan,

Slash !

Pedangnya terhenti tepat di sebelah lehernya. Ada darah mengalir di bilang pedang itu.

"sudah lah, aku tau, ini berat, tapi jika kau meneruskannya, kau tak ada bedanya dengannya. Oke?"

Fa'I mengeratkan genggaman pedangnya, ia mengenal suara ini dengan begitu jelas. Ini suara gurunya.

"Apa yang kau lakukan pak tua ? Minggir"

"aku akan minggir setelah kau menjawab pertanyaan ku yang satu ini. Apa ini yang ibumu inginkan ? Putra sulungnya menjadi seorang pembunuh ?"

"Minggir pak tua... orang itu harus mati" ucap Nar'u dengan berjalan sempoyongan dibelakangnya. tiga orb miliknya masih mengambang di sekitarnya.

"Apa yang akan dipikirkan Ayahmu Nar'u ? yang dipikirkan ibumu ? apakah mereka puas anaknya menjadi seorang pembunuh ?"

"AKU BILANG MINGGIR PAK TUA !!!"

"Tunggu mbak. Kurasa pak tua ada benarnya. Kematian hanya akan menjadi jalan mudah baginya. Kita serahkan ia pada yang berwewenang. Biarkan mereka yang memutuskan. Lagi pula, aku tak mau ada yang merasakan hal yang sama denganku." Ucapnya sembari melihat Jes'ka yang pingsan.

"apa ini yang kau mau Fa'I ?"

Fa'I mengangguk mantap sebagai jawaban.

"Baiklah, setidaknya aku sudah puas dengan menghajarnya"

"walaupun aku yang menghajarnya" ucapnya sembari cengengesan

"Apa yang kalian inginkan ? Cepat bunuh saja aku- Akh!"

Fa'I memukul tengkuk lehernya sebelum ia selesai bicara. Membuatnya pingsan.


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search