Seusai berpidato
panjang Lapis pergi ke permukaan dan kembali ke pulau air, ia pun mendirikan
kota besar di pulau air tersebut, sebagai penghubung Atlantis dengan permukaan.
Setelah perginya Arif
dari the Portal kembalilah Catly menemui Pyli dengan berlinang air mata dan
mengemis “aku mohon jangan tinggalkan aku”
“sudah Waktunya
aku tiada, maka dari itu aku mau Catly menjaga apa yang aku punya bisa kan”
dengan senyuman melas, Catly pun kesulitan untuk menolak.
“tapi aku tidak
sehebat dirimu”
“maka dari itu
aku meminta dia menjagamu”
“mengapa harus
dia”
“di masa depan,
dia akan membuat perubahan melebihi impianku”
“bagaimana
caranya”
“maka dari itu
aku memintamu untuk membantunya”
“bisa tidaknya,
serahkan pada dia, kamu mau kan membantunya”
demi mewujudkan
impian terakhir Pyli, Catly pun bersedia membantu Arif.
Sesampai di luar Portal
Arif bertemu dengan Kage yang sedang termenung melihat kondisi kehancuran
total.
Arif pun
menghampiri Kage dan berkata “apa yang terjadi pada kota ini” tanya Arif penuh
penasaran.
“bagaimana kamu
bisa mengenali aku” tanya Kage
“Sesama Undead
kita bisa membedakan, apa yang terjadi di sini”
“3 tahun setelah
ujian Undeadku, muncullah seorang manusia yang mengaku sebagai pembawa
kepunahan, dan menyebabkan ini semua”
“manusia lain ada
di mana”
“aku tidak tahu,
dilihat dari ulahnya populasi manusia pasti tinggal sedikit”
“kenapa kamu
tidak di serang”
“bukan targetnya
katanya, dia hanya menyerang manusia”
“bantu aku
mencari dia”
Beberapa hari telah
terlewati kota pulau air telah selesai di bangun, Lapis pun memutuskan untuk
mencari Nagisa.
Ia pun pergi
mengikuti aliran Airnya yang mengarah ke Nagisa.
sesampai di sana
ia dikejutkan dengan berbaringnya Nagisa, Lapis pun berusaha menyadarkan Nagisa,
namun Nagisa tetap tak terbangun, ia pun mengambil barang Nagisa, dan membawa Nagisa
ke Donya Roh, untuk memeriksakan Nagisa.
Beberapa hari
telah berlalu, kondisi Nagisa belum membaik sama sekali, Lapis pun memutuskan
untuk menemui Sang Kehidupan untuk meminta pertolongan.
“Kawula tidak
bisa melakukan itu” jawab Sang Kehidupan yang enggan membantu.
“apa alasanmu
menolak” tanya Lapis yang kesal mendengar jawaban Sang Kehidupan.
“Pakanira tidak
lagi menjadi manusia”
“maksudmu apa”
“Lawat pakanira
sebelumnya”
“dia selalu
bersamaku”
“selepas itu”
“dia kembali ke Akademi
”
“selepas itu”
“aku tidak tahu,
aku menemukannya di hutan, apa tidak ada cara lain”
“coba temui
kakaknya”
“memangnya siapa
kakaknya”
“pakanira ialah
Sang Pembeda”
Mendengar ucapan
Sang Kehidupan, Lapis segera pergi menemui Vilan yang berada di Altarisk.
Entah bagaimana
dirinya bisa sampai di Altarisk, karena Altarisk hanya bisa di masuki oleh para
SANG.
Sesampai di sana
beberapa sang menolak kehadiran Lapis dan mengusirnya.
Setelah di usir,
pintu gerbang Altarisk tertutup, Lapis pun enggan kembali, ia pun merusak pintu
gerbang Altarisk, dengan membelahnya lalu masuk dengan paksa namun sebuah
penghalang tak terlihat membuatnya terpental, ia pun bersikeras menghindari
dorongan penghalang tersebut.
Vilan yang
melihat dari dalam merasa kasihan ia pun berusaha menolongnya dengan membukakan
penghalang tersebut, Lapis pun berhasil masuk, dan berkata
“di mana Vilan,
Nagisa dalam bahaya” dengan lantang di hadapan Vilan.
Para sang hanya
terdiam melihat tingkah Lapis.
“kenapa dengan
Nagisa” tanya Vilan.
“dia tidak
sadarkan diri”
“kamu ingin pergi
dari sini” tanya Sang Takdir, melihat Vilan melirik ke para Sang.
“apa aku di
izinkan untuk pergi sebentar”
“bagaimana jika
kami menjawab tidak” tanya Sang Kematian.
“aku akan tetap
menetap di sini”
“tapi Nagisa dalam
bahaya” Ujar Lapis
“aku tidak bisa
berbuat banyak” jawab Vilan dengan terpaksa
“aku tidak
melihat dia dalam daftar list ku” Ucap Sang Kematian.
“jika dia berkata
begitu, berarti kawanmu itu masih hidup” ucap Sang Takdir
“Apa yang harus
aku lakukan”
“kenapa kamu
tidak mendampinginya” Jawab Sang Penentu.
“aku tidak bisa
ke sana tapi tolong sampaikan pada adikku, bahwa dirinya harus tetap hidup jika
masih ingin bertemu denganku” ucap Vilan menitipkan pesan untuk Nagisa melalui Lapis,
Lapis pun pergi dari Altarisk, kembali ke samping Nagisa.
Kage pun
memutuskan untuk ikut bersama Arif mencari dalang dari kehancuran, setiap
perjalanannya ia tidak menemukan makhluk yang di sebutkan oleh Kage.
Sementara itu
Nagisa menemukan seekor hewan yang sedang dalam kondisi kritis, ia pun
membantunya dengan mengobatinya, setelah hewan tersebut tampak jauh lebih baik,
Nagisa pun memintanya untuk mengantarnya ke tempat kehidupan berada, karena
selama ini Nagisa tidak menemukan kehidupan sama sekali.
Setelah mengikuti
burung tersebut ia menemukan beberapa wilayah yang masih bertahan, namun yang ia
lihat tidak layak di sebut sebagai kehidupan karena para manusia berusaha
membunuh, dan saling membunuh, kanibalisme terjadi di mana-mana, saat Nagisa
menghampiri salah satu manusia tersebut, Nagisa pun di serang, merasa dirinya
terancam Nagisa membunuh Manusia tersebut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
[ ~ Nama : Arif ~ ]
{ ~ Umur : 12th-? (berkembang seiring cerita) ~ }
{ ~ Status : Hidup | Non Pribumi | Manusia ~ }
{ ~ Kekuatan : Angin-Topan-Tornado | Waktu |
Pilihan ~ }
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah Sang Waktu
berbincang dengan Pyli ia pun pergi meninggalkan Arif berdua dengan Pyli karena
Arif masih ada urusan dengan Pyli, Sang Waktu pun kembali ke Altarisk untuk
pergi menemui Sang Takdir.
“Ada perlu apa”
tanya Sang Takdir
“bantu aku
mengubah sejarah” Jawab Sang Waktu
“mana mungkin
bisa bodoh”
“kalau begitu
bantu aku menutupi sejarah”
“maksudmu”
“cukup lihat apa
yang terjadi lalu katakan padaku”
“baiklah, apa yang
ingin kamu coba”
“kepunahan”
“apa!, bagaimana
bisa”
“ikut aku”
Lalu muncullah
Sang Waktu dengan Sang Takdir berwujud manusia berkata
“ini semua masih
bisa diubah” ucap Sang Takdir
“aku akan
memundurkan Waktu, segera pindahkan semua manusia”
“caranya bagaimana”
tanya Nagisa.
“itu terserah
kamu: ucap Sang Takdir
“bagaimana” tanya
Sang Waktu
“baiklah akanku
coba”
Muncullah jam
besar di belakang Sang Waktu dan
beberapa jam kecil perlahan bumi berputar berbalik, semesta pun bergerak mundur
bintang-bintang pun juga bergerak mundur, namun hanya Nagisa yang tidak
bergerak mundur karena Sang Takdir telah mengubah takdirnya.
3 hari yang lalu,
Kepunahan ke 2 telah muncul dan di turunkan Vilan datang dengan wujud
Manusianya menghampiri Nagisa dan berkata “sekarang Waktunya” lalu pergi
menjadi cahaya hilang dengan perlahan.
Mengingat ucapan
Sang Takdir dan Sang Waktu Nagisa pun menggunakan kekuatan Ruangnya yang ia dapat
dari Sang Hampa, ia pun membuat semua manusia tak sadarkan diri, lalu membuat
bayangan Manusia dengan kekuatan Airnya, Para manusia asli yang tak sadarkan
diri, ia pindahkan ke ruang pribadinya.
Manusia tiruan
pun berhasil dibuat dan di letakan layaknya manusia benaran.
Kage yang melihat
kejadian ketiadaan secara langsung, ia merasa bersalah karena tidak bisa
menyelamatkan Manusia, semua manusia tidak ada yang bisa mendengarnya, saat
meraih tangan manusia tersebut, selalu tertembus seakan ia adalah akhir bagi
manusia.
Kage hanya
termenung melihat kejadian tersebut.
Lalu datanglah
Arif yang melihat Kage termenung sendirian di tengah kehancuran, Arif pun
menghampirinya dan menanyainya.
Karena
perencanaan Nagisa, Manusia pun berhasil selamat.
Arif dan Kage pun
memutuskan untuk mencari penyebab kehancuran.
Nagisa pun
memutuskan untuk mencari si pembawa kepunahan ke dua.
Bersambung...
Posting Komentar